Bab 14

758 19 0
                                    

Setelah sampai di rumahnya, Edgar dengan segera membawa Aurora ke kamar mereka. Baru saja membuka pintu, ia melihat begitu banyak bunga yang sudah ditata rapi di atas kasur, dengan beberapa lilin di atas meja.

"Pasti kerjaan Mama sama Bunda," gerutu Edgar.
Edgar pun meletakkan Aurora di atas sofa, lalu berjalan ke arah kasur untuk membersihkan bunga-bunga tersebut, lalu mematikan lilinnya.

Setelah itu, baru ia meletakkan Aurora di atas kasur, lalu mengambil minyak kayu putih untuk ditaruh di hidung Aurora.

Karena merasa sangat pengap melihat gaun yang dipakai oleh Aurora, Edgar pun pergi ke arah lemari yang sudah tersedia baju mereka. Edgar pun mengambil baju tidur yang bergambar Pororo.

"Bocil," gumamnya, lalu ia menghampiri Aurora dan mengganti bajunya. Sebenernya Edgar sangat degdegan saat ini, tetapi mau bagaimana lagi, lagian mereka sudah suami istri, jadi tidak masalah bukan.

Setelah selesai mengganti baju Aurora, Edgar kembali mengusap tangan Aurora yang dingin, sambil membangunkannya dengan memanggil namanya.

"Rora," ujarnya dengan lembut. Edgar terus saja mengusap tangan Aurora, sampai pada akhirnya dengan perlahan Aurora mulai sadar.

"Eungh."
"Gimana? Kepalanya pusing?" tanya Edgar.
"Ngapain lo di sini!" ujar Aurora kesal.
"Amnesia lo? Kita udah nikah bego," ujar Edgar sambil memukul kening Aurora.

"Baju gue?" tanya Aurora panik.
"Gue yang ganti," ujar Edgar dengan entengnya.
Aurora terbelak kaget mendengar penuturan dari Edgar, dengan segera ia melayangkan bertubi-tubi pukulan kepada Edgar, tidak lupa dengan makian.

"ANJIR! BANGKE! BANGSAT! MATI LO SANA!!!" teriak Edgar.
"Aduh, sakit njir! Gue cuma ganti, gak ngapa-ngapain!" ujar Edgar kesal.
"Sama aja, berarti lo udah lihat!" balas Aurora tak kalah kesal.
"Udah lah, gue ngantuk. Lagian kita kan udah nikah," ujar Edgar lalu pergi ke kamar mandi untuk berganti baju, ia akan mandi besok pagi saja, karena ini sudah sangat malam.

Aurora sebenarnya masih sangat kesal, tetapi saat ini kepalanya sangat sakit, ia pun berjalan ke arah meja rias untuk membersihkan make up di wajahnya.

Edgar yang sudah berganti baju, keluar dari kamar mandi, dan menatap ke arah Aurora yang sibuk melepaskan beberapa hiasan yang ada di kepalanya.

Setelah selesai, Aurora memutuskan untuk hanya mencuci rambutnya saja ke kamar mandi. Setelah sampai di kamar mandi, Aurora kesusahan untuk mencuci rambutnya.

Edgar yang melihat Aurora belum keluar dari kamar mandi, memilih untuk menghampirinya, dan ia melihat Aurora yang kesusahan, ia pun memutuskan untuk membantunya. Aurora di buat kaget dengan kedatangan Edgar yang tiba-tiba, dan langsung memegang kepalanya.

Ketika ingin protes, Edgar dengan berkata,"Diam."
Edgar pun membantu Aurora untuk keramas, ia menuangkan shampoo ke kepala Aurora dan menggosoknya dengan pelan.

Setelah 10 menit keramas, Edgar sekarang sedang membantu Aurora untuk mengeringkan rambutnya dengan  hair dryer.

"2 hari lagi kita baru masuk sekolah, besok kita ke rumah Mama," ujar Edgar memecahkan keheningan.
"Iya," balas Aurora dengan singkat.

Setelah selesai mengeringkan rambutnya, Aurora memutuskan untuk tidur di kamar tamu, ketika ingin keluar, Edgar bertanya kepadanya.

"Lo, mau kemana?"
"Kamar tamu, gue mau tidur di sana," balas Aurora lalu keluar dari kamar tersebut. Edgar sama sekali tidak perduli, dan ia memilih untuk langsung tidur.

Pagi-pagi sekali, Aurora sudah bangun. Bagaimana bisa? Karena bundanya membuat alarm di ponsel miliknya pukul 05.00, dan ia juga mengingat perkataan bundanya, Kalau alarmnya sudah bunyi, jangan tidur lagi, ingat kamu udah punya suami yang harus kamu urus.

Karena itu ia sekarang sudah berada di dapur dan sedang berkutat dengan alat masaknya. Edgar yang baru saja bangun, langsung duduk dan memperhatikan setiap gerak gerik Aurora.

"Gini ya, rasanya punya istri, pagi-pagi udah ada yang masakin," batin Edgar
Setelah selesai memasak, Aurora langsung saja menghidangkan masakannya di atas meja, lalu duduk berhadapan dengan Edgar.

Aurora hanya mengambil piring untuknya sendiri, lalu mengambil nasi dan lauk. Sementara Edgar hanya menatapnya saja.

"Kalau di rumah, pasti Mama yang ambilkan nasi Papa, istri gue gak peka banget," batin Edgar.
Ia pun mengambil piringnya juga dan mulai mengambil apa yang sudah dimasak oleh Aurora.

"Pintar masak juga lo," ujar Edgar.
"Terpaksa belajar, kalau bukan gue yang masak, lo mau makan apa?"
"Go food bisa," balas Edgar.
"Ohh, jadi ceritanya lo terpaksa makan masakan gue. Kalau iya, buang aja," ujar Aurora kesal, entah kenapa pagi ini mood nya sedang tidak baik-baik saja.

"Gue gak bilang," ujar Edgar.
"Terserah," balas Aurora lalu melanjutkan acara sarapannya.
Setelah sarapan, Aurora langsung saja mengambil baju pernikahan mereka, dan memasukkannya ke dalam tas, karena ia ingin pergi ke laundry hari ini. Aurora juga menyempatkan diri untuk mencuci pakaian mereka setelah mandi nanti, lalu membersihkan rumah.

Barulah pukul 10.03, Aurora akan pergi ke ruang Ibu mertuanya, sesampainya di sana mereka berdua sudah disambut dengan hangat.

"Menanti Mama, makin cantik aja," ujar Mama Edgar.
"Mama, bisa aja," balas Aurora tersipu malu.
"Kita hari ini belanja ya, untuk bahan masakan kamu di rumah," ujar Mama Edgar.
"Iya, mah," balas Edgar.

Mama Edgar pun bersiap-siap untuk belanja, ia akan pergi dengan menantunya dan juga putranya. Setelah berbelanja, Mama Edgar mengajak Aurora untuk pergi ke toko perhiasan.

"Mah, kita mau ngapain?" tanya Aurora.
"Mama mau belikan kamu perhiasan," ujar Mama Edgar sambil memilih beberapa kalung.
"Gak usah, mah. Yang waktu itu Mama beli untuk pernikahan Rora, udah banyak," ujar Aurora.

"Gak papa, kalung ini Mama belikan khusus untuk kamu, karena kamu adalah menantu keluarga Adison," ujar Ibu mertuanya.
Setelah berbelanja, barulah mereka pulang tepat pukul 18.56. Edgar dan Aurora memutuskan untuk makan malam di rumah mamanya saja.

Mereka sampai di rumah pukul 20.34, Aurora langsung saja masuk ke kamar tamu, dan mandi, setelah itu baru ia menyusun belanjaan yang mereka beli tadi. Setelah itu baru ia tidur.

Malam ini hujan deras, Aurora yang memang takut dengan hujan, tidak bisa tidur. Tidak lama kemudian lampu pun padam, karena takut, Aurora refleks berteriak.

Ia pun menyalakan senter ponselnya, lalu keluar kamarnya menuju lantai dua untuk pergi ke kamar Edgar.

Tok tok tok
Edgar yang memang belum tidur, hanya menatap ke arah pintu tersebut tanpa berniat untuk membukanya. Sementara Aurora yang tidak mendapatkan balasan dari dalam, memilih untuk langsung masuk saja, karena kamarnya tidak di kunci.

Edgar langsung saja berpura-pura tidur, karena ia ingin melihat apa yang akan dilakukan oleh istrinya itu.

Aurora pun naik ke tempat tidur lalu merebahkan dirinya di samping Edgar. Ia pun langsung memeluk Edgar dengan tubuh yang bergetar karena menangis, Edgar tertegun dengan apa yang dilakukan oleh Aurora.

Hai Guys,ini Cerita untuk Event PENSI VOL 3
Support aku ya😊
Jangan lupa Vote,Komen, dan Follow ❤️✨
Tunggu kelanjutannya besok ya
Pantengin terus akunnya Renn
Khamsahamnida ✨❤️❤️

My Ketos My Husband |END| (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang