Bab 21

720 16 0
                                    

Semua yang ada di ruangan tersebut merasa terkejut dengan rekaman suara yang ditunjukkan oleh Edgar. Guru BK langsung menatap tajam kepada Clarisa yang sudah gelagapan, begitu juga dengan kedua orang tua Aurora.

"Clarisa, apa yang sudah kamu lakukan!?" ujar guru BK tersebut.
"Itu gak benar, Bu. Saya yakin itu semua cuma akal-akalan mereka aja," ujar Clarisa dengan ekspresi takutnya.
"Jangan berbohong lagi! Semuanya sudah jelas, kamu yang merekayasa semuanya dan memfitnah Aurora!"
"Berani sekali kamu mencemari nama putri keluarga Adarson!" ujar Bunda Aurora.

"Adarson!?" ujar Clarisa kaget.
"Ya, dia adalah Aurora Lovania Adarson," balas Ayah Aurora.
"Jadi, selama ini..."
"Kamu sudah salah berurusan dengan keluarga Adarson. Kamu adalah putri dari keluarga Betavia, Papa kamu adalah manajer cabang perusahaan saya yang ada di Belanda, bukan begitu?"
"Jadi, saya mau kamu mengakui kesalahan kamu dan membersihkan nama baik putri saya," ujar Ayah Aurora.

Clarisa seolah mati kutu, ia terdiam kaku dengan keringat dingin  di pelipisnya. Saat ini ia dalam masalah besar, mau tidak mau Clarisa lebih baik mengakui kesalahannya.

"Saya mengakui, semuanya ulah saya," ujar Clarisa sambil menunduk.
"Edgar, rekam," ujar Ayah Aurora memberi perintah.
"A-apa!"
"Agar semua orang tau, putri saya tidak bersalah."

Edgar mulai merekam dan menyuruh Clarisa untuk berbicara dengan lantang tanpa menundukkan kepala, dan mau tidak mau Clarisa menuruti semuanya.

"Saya, Clarisa Betavia, ingin meminta maaf kepada putri dari keluarga Adarson, yaitu Aurora Lovania Adarson. Atas fitnah yang sudah saya lakukan, dan mencemarkan nama baiknya, saya akui semuanya adalah kesalahan saya yang merekayasa semua kejadian. Sekali lagi, saya meminta maaf sebesar-besarnya," ujar Clarisa dengan disaksikan oleh guru BK dan kedua orang tua Aurora, serta Aurora.
"Baiklah, Edgar kirim ke Ayah videonya." Edgar langsung melaksanakan perintah dari Ayah mertuanya tersebut.

Setelah menyelesaikan semuanya, dan Clarisa langsung dikeluarkan dari sekolah karena sudah mencemari nama baik seseorang. Sedangkan hukuman untuk Aurora ditarik kembali, dan ia sudah bisa kembali bersekolah besok.

Atas permintaan Aurora, kedua orang tuanya tidak jadi membawa masalah ini ke jalur hukum, sementara Clarisa memilih untuk kembali ke Belanda dan menetap di sana.

Beberapa hari sejak kejadian itu, semuanya sudah kembali membaik, dan hari ini Aurora akan pergi ke acara ulang tahun teman satu kelasnya. Ia sudah meminta izin kepada Edgar, dan Edgar mengizinkannya.

"Jangan pulang lewat dari jam 10, kalau lewat, lo tidur di luar," ujar Edgar.
"Iya iya, janji deh gak lewat jam 10," balas Aurora.
Aurora langsung saja pergi karena kedua sahabatnya sudah menunggu sedari tadi.

"Lama banget, sih," ujar Clara kesal.
"Kan izin dulu," ujar Alana.
"Nah, bener tuh, gue izin dulu tadi," balas Aurora.
"Ya udah, kita jalan sekarang." Clara langsung saja melajukan mobilnya menuju tempat acara ulang tahun tersebut akan diadakan.

Sampailah mereka di sebuah Club malam, Aurora merasa aneh, karena acara ulang tahun tersebut diadakan di sebuah Club malam.
"Lo, gak salah, kan?" tanya Aurora kepada Clara.
"Enggak, ini udah benar, si Angga sendiri yang Sherlock," balas Clara.
"Tapi, kenapa si Club?" tanya Alana.
"Aneh, gak sih," sambung Aurora.

"Udah deh guys, kalau gini mah udah biasa," balas Clara.
"Mending kita masuk sekarang." Clara langsung saja masuk kedalam Club tersebut, sementara Aurora dan Alana terpaksa mengikutinya.

"Tuh mereka, udah pada ngumpul semua," ujar Clara sambil menunjuk ke arah teman-teman mereka yang lainnya.
"Hai guys," sapa Clara.
"Selamat ulang tahun, bro," ujar Clara memberi selamat kepada Angga, begitu juga dengan Alana dan Aurora.

"Silahkan di minum," ujar Angga.
"Maaf, gue gak minum alkohol," ujar Aurora dengan sopan.
"Ok, gue ganti yang lain. Alana gimana?" tanya Angga. Aku
"Aku juga, ya," ujar Alana, lalu Angga segera pergi untuk mengambil minum yang lain.

"Lebay lo berdua, kita ini udah 17 tahun, masa minum alkohol aja gak bisa," ujar Clara.
"Diam lo, entar kalau gue mabuk si Edgar ngamuk," balas Aurora kesal.
"Ceritanya takut suami, ya," sindir Clara.
"Diam Clara, nanti ada yang dengar," ujar Aurora.

Tidak lama kemudian, Angga datang kembali dengan dua gelas sirup di kedua tangannya, lalu memberikannya kepada Aurora dan Alana.

"Makasih," ujar Aurora.
"Kalian cuma bertiga?" tanya Angga.
"Iya."
"Diminum," ujar Angga, karena ia melihat Aurora dan Alana belum meminum minuman mereka.

Aurora dan Alana pun meminumnya, setelah meminum beberapa kali, Aurora merasa gelisah dan tiba-tiba panas sekujur tubuhnya. Ia ingin memberitahukan kepada kedua sahabatnya, tetapi ia tidak bisa karena Clara dan Alana berada jauh dari dirinya. Tidak lama kemudian Angga pun datang.

"Loh, Rora lo kenapa?" tanya Angga
"Enggak, gak papa," ujar Aurora berusaha untuk tenang.
"Beneran? Gue lihat Lo kayak gelisah gitu," ujar Angga.
"Gue beneran gak papa," ujar Aurora.

Angga menyentuh tangan Aurora, membuat Aurora menghindar, "Jangan sentuh," ujar Aurora panik.
"Kenapa?" tanya Angga.
"Sial! Kenapa badan gue dingin kalau di sentuh Angga, kayaknya ada yang masukkan sesuatu ke minuman gue tadi," batin Aurora.

Aurora menatap nyalang kepada Angga. Aurora mengingat sesuatu yang bisa menjadi alasan bahwa Angga telah memasukkan sesuatu, 2 tahun yang lalu ia pernah menolak Angga, dan saat itu juga Angga selalu memandangnya dengan kebencian.

Cukup mencurigakan, karena hari ini Angga mengundangnya untuk datang ke acara ulang tahunnya, bahkan Angga bersikap seperti sudah sangat akrab dengannya.

"Kenapa?" tanya Angga yang merasa heran dengan tatapan Aurora. Aurora tetap berusaha mengendalikan dirinya.
"Apa yang lo masukkan ke minuman gue!?"
"Gak ada, lagian gak mungkin lah gue tega nyelakain, lo," ujar Angga dengan kekehan kecilnya.
"Jangan bohong, lo!" bentak Aurora.

"Ok ok, gue ngaku. Gua masukin obat perangsang ke minuman, lo," ujar Angga dengan senyum yang seperti seorang psikopat.
"Sial! Jahat lo!" ujar Aurora.
Tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka, karena suara musik yang sangat keras.

Angga Manarik tangan Aurora dan membawanya ke sebuah kamar yang ada di Club tersebut.
"Lepasin gue!" ujar Aurora memberontak.
"Gak akan, udah cukup lo nolak gue, sekarang lo harus jadi milik gue," ujar Angga.
"Enggak, gue gak mau! Lepasin Angga!"

Angga mendorong tubuh Aurora ke dinding dan mengukungnya, "Kalau waktu itu lo terima cinta gue, gue gak akan lakuin hal ini," bisik Angga tepat di telinga Aurora. Tubuh Aurora terasa semakin panas, ia mendorong tubuh Angga hingga tersungkur.
"ARGHH."

Kesempatan Aurora untuk kabur, Aurora langsung berlari menuju pintu kamar tersebut, dan mencoba untuk membukanya.

"Sial! Dikunci!" Aurora tetap berusaha untuk membuka pintu tersebut, ia sudah sangat takut karena Angga yang sudah berjalan perlahan ke arahnya.

"Hiks..." Runtuh sudah pertahanan Aurora, ia menangis tersedu-sedu karena merasa sangat takut dengan tatapan tajam dari Angga. Nama yang ada dibenaknya saat ini adalah Edgar.
"Edgar..."
"Bantu gue."

Hai Guys,ini Cerita untuk Event PENSI VOL 3
Support aku ya😊
Jangan lupa Vote,Komen, dan Follow ❤️✨
Tunggu kelanjutannya besok ya
Pantengin terus akunnya Renn
Khamsahamnida ✨❤️❤️


My Ketos My Husband |END| (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang