Bab 25

1.2K 19 7
                                    

Selama di sekolah, Aurora berusaha untuk tidak bertemu dengan Edgar, karena sejujurnya hati nya masih sakit, dan ia juga sudah memastikan bahwa ia memang sudah mencintai Edgar.

Aurora tidak ingin mengatakannya, ia takut Edgar akan membencinya dan malah semakin menjauh.

Seperti saat ini pulang sekolah, Aurora melihat Edgar bersama dengan perempuan yang bernama Angelia tersebut. Perempuan itu melihat kearahnya lalu tersenyum, dengan sengaja perempuan itu mencium pipi Edgar, tidak terasa air matanya jatuh begitu saja tanpa ia minta.

Aurora berbalik badan lalu pergi dari tempat itu dengan cepat, sementara Edgar sudah mendorong Angelia yang baru saja menciumnya.

"Lo apaan, sih!" ujar Edgar marah.
"Gak papa, cuma buat seseorang sadar diri aja," balas Angelia acuh.
Edgar mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Angelia, ia pun melihat ke segalanya arah, dan pandangannya tertuju kepada seorang perempuan yang berlari menjauh. Ia mengenali perempuan tersebut, perempuan itu adalah Aurora.

"Dia salah paham pasti."
Edgar ingin menyusul Aurora, tetapi tangannya di tahan oleh Angelia.
"Udah, gak usah, biarin aja."
Edgar menghempaskan tangan Angelia begitu saja, lalu berlari mengejar Aurora.

Edgar terus saja berlari mencari Aurora, ia sadar bahwa ia yang paling bersalah di sini, ia ingin meminta maaf dan mengubah semuanya. Ia mengetahui bahwa ia yang paling egois dalam rumah tangga mereka.

"Rora, lo dimana."
Edgar berhenti dan ia memandang jalanan yang ramai untuk mencari keberadaan istrinya. Dan pandangannya tertuju kepada seorang perempuan yang sedang menyeberang jalan tanpa melihat kanan kiri.

"Itu Rora." Edgar langsung saja berlari, ia melihat sebuah mobil yang melaju kencang ke arah Aurora.
Edgar segera berlari, ketika mobil tersebut hampir menabrak Aurora, Edgar sudah terlebih dahulu mendorongnya.

Edgar terpelanting begitu jauh, Aurora merasa sangat syok karena ada seseorang yang baru saja mendorongnya, dan ketika ia sadar seseorang tersebut sudah menyelamatkannya. Ia melihat semuanya, itu adalah Edgar.

Aurora berlari ke arah kerumunan  banyak orang, Aurora mendorong semuanya untuk melihat keadaan Edgar, dan begitu terkejutnya ia melihat Edgar yang sudah berlumuran darah dimana-mana.

"Edgar..." lirih Aurora, ia melangkah lebih dekat, semakin dekat dan ia memeluk tubuh yang penuh dengan darah tersebut.
"Hiks..."
Aurora menangis, sementara semua orang sudah bergegas menelpon ambulans untuk datang.
"Kenapa lo selamatkan gue! Biarin aja gue yang mati Edgar! Kenapa!?"
"L-lo i-istri gu-gue, sudah se-seharusnya gu-gue ja-jaga l-lo," ujar Edgar dengan terbata-bata, tetapi ia tetap bisa tersenyum kepada Aurora.
"Hiks...hiks...jangan tinggalin gue."
Tangan Edgar yang penuh dengan darah memegang pipi Aurora dan membelainya.
"Maaf, gu-gue terlalu egois."
"Jangan, jangan minta maaf! Hiks...Lo gak salah, gue yang salah! Bangun jangan tinggalin gue!" Aurora menangis histeris.

"Bangun! Gue bilang bangun, buka mata lo." Aurora takut ketika melihat mata Edgar yang mulai menutup.
"Hiks...jangan tinggalin gue, jangan Edgar! Hiks...hiks..."
"Edgar, bangun!"
"G-gue cinta, sa-sama l-lo," ujar Edgar sebelum mataya benar-benar tertutup.
"Jangan! Jangan tinggalin gue, hiks.... hiks...."
"Gue juga cinta sama lo," lirih Aurora.

Ambulans datang, dan langsung membawa Edgar, Aurora menatapnya dengan tatapan kosong, seakan dunianya berhenti.

"Edgar gak akan ninggalin gue."
"Dia gak akan ninggalin gue!" Aurora berlari ke arah ambulans tersebut, tetapi ambulans tersebut sudah jalan.
Aurora mengambil ponselnya dan menghubungi Clara.

Call On
"Datang ke depan Cafe Fiola."
Belum sempat menjawab, Aurora sudah mematikan ponselnya.

Tidak lama kemudian Clara sampai, dan langsung berlari ke arah Aurora yang berdiri di pinggir jalan dengan seragam sekolah yang berlumuran darah dimana-mana.

"Rora! Apa yang terjadi!?" ujar Clara panik.
"Kita ke rumah sakit, Edgar kecelakaan," balas Aurora.
Clara dan Aurora langsung masuk kedalam mobil dan pergi ke rumah sakit.
"Kenapa jadi gini?" tanya Clara
"Dia selamatkan gue, gue takut Edgar pergi jauh ninggalin gue." Dapat Clara lihat hanya ada tatapan kosong dari mata Aurora.

"Edgar akan baik-baik aja, percaya sama gue," ujar Clara.
Setelah sampai di rumah sakit, Aurora dan Clara langsung saja berlari dan bertanya dimana pasien kecelakaan yang baru saja sampai.

Setelah mengetahui bahwa Edgar sudah berada di ruang IGD yang berada di lantai dua, karena IGD yang di lantai satu sudah memiliki pasien.

Aurora dan Clara menunggu di luar pintu IGD, Aurora terus saja berdoa agar Edgar bisa di selamatkan.

Tidak lama kemudian, kedua orang tua Edgar datang, karena Aurora sempat memberikan kabar bahwa Edgar mengalami kecelakaan.

Mama Edgar menghampiri Aurora, lalu menamparnya hingga Aurora terhuyung ke samping.

"Mah! Dia menantu kita!" ujar Papa Edgar.
"Dia yang udah membuat Edgar seperti ini, pah!" ujar Mama Edgar marah.
"Saya menyesal menikahkan Edgar dengan kamu, saya mau kamu urus surat perceraian kalian berdua, karena saya gak sudi punya menantu seperti kamu!"

Bagai disambar petir, Aurora menatap kedua mertuanya dengan tatapan yang sulit dipercaya.

"Kenapa?"
"Kamu tanya kenapa! Karena kamu yang sudah membuat Edgar begini! Kalau Edgar tidak selamat, saya gak akan pernah maafkan kamu!"

Aurora terjatuh kelantai, apakah begini akhir dari rumah tangga mereka? Berakhir berpisah, sepertinya takdir memang tidak pernah membuatnya bahagia.

Hai Guys,ini Cerita untuk Event PENSI VOL 3
Support aku ya😊
Jangan lupa Vote,Komen, dan Follow ❤️✨
Tunggu kelanjutannya besok ya
Pantengin terus akunnya Renn
Khamsahamnida ✨❤️❤️

Hai guys, doain cerita aku lolos terbit ya, dan lanjutan ceritanya nanti versi novel😁

My Ketos My Husband |END| (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang