Bab 9

737 21 0
                                    

Setelah perjalanan hampir satu jam, akhirnya sampailah mereka berdua di gedung tempat pernikahan mereka nanti berlangsung.

Aurora berjalan terlebih dahulu memasuki gedung tersebut, dan ia terkagum-kagum melihat betapa luasnya gedung itu.

"Ini serius, kita nikah disini?" tanya Aurora.
"Ya iyalah, lo pikir dimana?" tanya Edgar.
"Gue pikir di tempat biasa aja," ujar Aurora.

Seorang wanita pun datang menghampiri mereka berdua, "Wahh, kalian berdua calon mempelainya, kan?" tanya wanita tersebut.
"Ah, iya," balas Aurora sambil tersenyum.
"Mau, rekomendasi dekorasinya, ya?"
"Iya," balas Aurora.

"Mari ikut saya." Wanita tersebut mengajak Aurora dan Edgar menunju ke lantai dua, yang dimana terdapat sebuah ruangan.

"Silahkan duduk," ujarnya.
Aurora dan Edgar pun duduk, sambil menunggu wanita tersebut mencari sesuatu.
"Ini buku yang berisi beberapa disain dekorasi untuk pernikahan," ujar wanita tersebut sambil memberikan sebuah buku besar.

Aurora pun membuka buku tersebut dan melihat satu persatu dekorasi gedung untuk pernikahan mereka.
"Kayaknya ini bagus, deh," ujar Aurora.
"Coba lihat," balas Edgar. Aurora pun menunjukkan buku tersebut kepada Edgar.

"Lo, suka?" tanya Edgar, dan Aurora pun mengangguk sambil tersenyum.
"Ya udah, ini aja. Lagian bagus kok, terlihat simpel tapi mewah," ujar Edgar.

"Ok, kami mau dekorasi nya nanti kayak gini, ya," ujar Aurora kepada wanita tersebut sambil tersenyum.
"Baiklah, kami akan mulai mengerjakannya besok," ujar wanita tersebut.
"Kalau begitu, kami mau lihat persiapan yang lainnya, boleh?" tanya Aurora.
"Boleh, mari saya antar." Wanita tersebut pun membawa Edgar dan juga Aurora untuk berkeliling melihat persiapan yang akan dilaksanakan.

Jika kalian bertanya soal pertunangan, itu sudah terjadi sejak beberapa hari yang lalu.

Flashback On
Hari ini tepat 10 hari sebelum pernikahan, Edgar dan Aurora melangsungkan pertunangan, yang dilakukan secara tertutup dan hanya mengundang keluarga saja.

Aurora sudah siap dengan dress putih yang dipilihkan langsung oleh calon ibu mertuanya, yang adalah Mama Edgar. Sedangkan Edgar, sudah siap dengan kemeja putihnya yang dipilihkan langsung oleh Bunda Aurora.

Acara pertunangan yang sederhana adalah keinginan dari Aurora, sementara pernikahan yang mewah adalah keinginan dari Edgar.

Setelah acara pertukaran cincin, Edgar mengajak Aurora ke suatu tempat.

"Ngapain, bawa gue ke sini?" tanya Aurora, setelah sampai di sebuah pantai.
"Gue tau, kita bersatu karena perjodohan. Tapi satu hal yang harus lo ingat, gue gak akan menikah untuk kedua kalinya dalam seumur hidup gue. Gue harap, lo mengerti itu."
"Gue tau, gue juga gak mau menikah untuk kedua kalinya, cukup pernikahan yang nanti akan terjadi, yang menjadi pernikahan pertama dan terakhir gue," balas Aurora.

"Lo, cinta sama gue?" tanya Edgar.
"Enggak."
"Kalau, lo?" tanya Aurora.
"Enggak."
"Tapi, gue bakal berusaha untuk membuka hati gue buat lo," ujar Edgar.

"Takdir kita lucu banget, ya."
"Kita, yang udah satu sekolah dari SD, tapi baru taunya beberapa hari yang lalu, kalau kedua orang tua kita sahabatan. Kita yang gak pernah akur, dan sekarang harus disatukan karena perjodohan."
"Gue bingung deh, sama Tuhan. Kenapa harus takdir yang kayak gini."

"Tuhan, gak pernah salah,"balas Edgar.
"Gue tau, tapi gue merasa gak adil dengan takdir ini," ujar Aurora.
"Apapun yang sudah ditakdirkan Tuhan, akan indah pada waktunya. Mungkin, untuk saat ini belum ada kebahagiaan, tetapi tidak lama lagi, kebahagiaan itu akan datang."

Edgar menggenggam tangan Aurora, lalu menatapnya dengan teduh.
"Kita mulai, dan kita akhiri secara bersama-sama, biar Tuhan yang mengatur, kita cukup jalani."
"Jangan tinggalin gue. Gue tau, kita belum saling mencintai, tapi gue percaya sama lo," ujar Aurora.

Setelah cukup lama menikmati angin Pantai, mereka berdua pun kembali.

Flashback Off

Setelah mengecek keadaan gedung, Aurora dan Edgar memutuskan untuk pulang karena jam yang sudah menunjukkan pukul 21.25 WIB.

"Mau mampir makan?" tanya Edgar.
"Boleh," balas Aurora, karena ia memang sudah sangat lapar sedari tadi.
Mereka berdua pun mampir di sebuah restoran.

"Menunya samain aja," ujar Aurora, dan Edgar pun mengangguk, lalu memanggil pelayan untuk menuliskan pesanan mereka.

Di tengah keheningan mereka makan, datanglah seorang pengganggu, yang merusak acara makan malam mereka.

BRAK
Aurora yang sedang makan pun tersedak, sementara Edgar segera memberikan air untuk Aurora.

Edgar menatap seseorang yang menjadi penganggu, yaitu mantan pacarnya sendiri.

"Clarisa! Lo, apaan sih!" ujar Edgar marah.
"Seharusnya aku yang tanya, kamu ngapain sama si gembel ini!" ujar Clarisa yang juga marah.
"Terserah gue, ini bukan urusan lo. Dan ingat, kita udah gak punya hubungan apa-apa lagi, jadi jangan ganggu gue!" Setelah mengatakan hal tersebut, Edgar langsung saja berdiri dan membawa Aurora pergi, mereka pun membayar pesanan mereka,  lalu pergi begitu saja.

Di mobil, Edgar masih dengan amarahnya yang menggebu-gebu, ingin menyetir mobil, tetapi ditahan oleh Aurora.

"Kalau lo masih marah, mending gak usah bawa mobil, nanti yang ada gak selamat sampai tujuan," ujar Aurora.
"Sini, biar gue yang bawa."
Edgar menolak, ia pun menatap ke arah Aurora.
"Maaf, karena Clarisa, makan malam kita hancur," ujar Edgar.

"Gak papa, lihat mukanya aja gue mau muntah, jadi gak selera makan," balas Aurora dengan kekehan kecilnya.
"Udah tenang?" tanya Aurora.
"Udah," balas Edgar.

"Nih, minum dulu, baru kita jalan," ujar Aurora sambil memberikan sebotol air mineral kepada Edgar.
"Makasih." Edgar pun meminum air tersebut, lalu mulai menjalankan mobilnya menuju rumah Aurora.

Setelah mengantarkan Aurora, Edgar langsung saja pulang ke rumahnya.

Pagi ini, Edgar sudah datang ke ruang Aurora, untuk pergi bersama ke sekolah.

"Tunggu ya Edgar, Rora nya masih tidur," ujar Bunda Aurora.
"Iya, tan, Edgar tunggu kok."
Bunda Aurora pun naik ke atas untuk membangunkan Aurora yang masih saja tidur, padahal jam sudah menunjukkan pukul 06.45.

"5 menit lagi, bun," ujar Aurora yang masih belum bangun.
"Gak ada 5 menit lagi, itu Edgar udah nunggu," balas Bunda Aurora.
Aurora langsung saja terbangun dari tidurnya.
"Bunda, gak bohong kan?" tanyanya yang masih dengan muka bantalnya.
"Enggak, kalau gak percaya lihat aja sendiri di bawah," ujar Bunda Aurora.

Aurora pun segera berlari ke kamar mandi, dan memulai ritual mandinya dengan cepat. Cukup 15 menit, yang menurut Aurora sudah waktu tercepat, karena biasanya ia mandi selama setengah jam.

Setelah bersiap-siap, Aurora langsung saja turun kebawah, ia pun hanya mengambil roti dan meminum susu yang sudah dibuatkan oleh bundanya.

"Dah, ayok, gue gak mau nanti dihukum sama, lo," ujar Aurora.
Mereka pun langsung saja berangkat ke sekolah, padahal memang sudah terlambat 5 menit, tetapi Edgar tetap diam saja.

Hai Guys,ini Cerita untuk Event PENSI VOL 3
Support aku ya😊
Jangan lupa Vote,Komen, dan Follow ❤️✨
Tunggu kelanjutannya besok ya
Pantengin terus akunnya Renn
Khamsahamnida ✨❤️❤️

My Ketos My Husband |END| (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang