Setelah dari rumah kedua orang tua Aurora, Arka langsung saja kembali lagi ke rumah sakit untuk memberikan makanan tersebut kepada Aurora.
"Nih, demi lo gue balik lagi," ujar Arka sambil meletakkannya di atas meja.
"Makasih Arka monyet," balas Aurora dengan senyumnya.
"Anjir, masih mending gak gue makan," balas Arka.
"Udah-udah pergi sana," ujar Aurora mengusir Arka."Enak aja lo, main usir gue aja. Kalau gak sakit, udah gue bales, lo," ujar Arka kesal.
Arka pun mendekat ke arah Aurora, lalu menempelkan tangannya di kening Aurora.
"Apaan sih."
Setelah itu ia menempelkannya lagi di bokongnya.
"Gak panas, lo tipu ya?" tanya Arka."Ya udah mendingan lah goblok, ya kali sakit terus," balas Aurora.
"Alay lo, gitu aja drop," ujar Arka dengan santainya tanpa melihat perubahan wajah Aurora. Karena tidak mendapatkan jawaban apapun, Arka pun melihat ke arah Aurora.
"Kenapa, lo?" tanya Arka.
"Diem, sebelum gue cekik lo," ujar Aurora dengan wajah datarnya.
"Ngeri ya, mending gue keluar aja." Arka langsung saja keluar dan kembali menutup pintu ruang rawat Aurora.Jam sudah menunjukkan pukul 17.34, Arka langsung saja pulang, karena ia akan menjalankan rencananya malam ini.
Arka sampai di Cafe Fiola tepat pukul 18.30, ia langsung saja duduk dan tinggal menunggu kedatangan Clarisa.
Jam 18.55, Clarisa baru saja datang, Arka dapat melihat Clarisa yang membawa sebuah paper bag di tangannya, dan ia juga melihat pakaian Clarisa yang seperti ingin ke sebuah Club malam.
"Hai Arka," sapa Clarisa dengan senyumnya.
"Baju lo, gak ada yang lain?" tanya Clarisa.
"Loh, emang kenapa? Kan bagus," ujar Clarisa sambil memperhatikan pakaiannya.
"Terlalu kebuka," balas Arka dengan wajah datarnya.
"Ohh, aku tau. Pasti kamu takut tubuh aku dilihat sama orang lain, kan?" tanya Clarisa.
"Terserah lo," balas Arka dengan malasnya."Langsung ke intinya aja. Gue mau tanya, lo masih ngejar-ngejar, gue?" tanya Arka langsung to the point.
"Iya, bahkan sampai kapanpun aku akan ngejar kamu," ujar Clarisa.
"Tapi lo masih ngejar-ngejar cowok lain juga kan?"
"Enggak, yang aku cinta itu cuma kamu Arka," ujar Clarisa.Arka terdiam, ia pun memandang sekitarnya untuk mencari keberadaan Edgar. Matanya pun menatap seorang laki-laki yang baru saja memasuki Cafe.
Arka pun mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Edgar.
Edgar
Jangan datang ketempat gue
lo duduk di kursi lain, jangan
sampai Clarisa tau keberadaan loClarisa?
Nanti gue cerita, intinya
lo jangan terlalu jauh dari gue
dan lo harus dengar pembicaraan kamiOk
Edgar yang sudah membaca pesan dari Arka langsung saja menatap Arka yang sedang menatapnya juga. Lalu Edgar mencari tempat duduk yang tidak terlalu jauh dari Arka, ia pun berpura-pura membaca menu sambil mendengarkan pembicaraan Arka.
"Kenapa diam?" tanya Clarisa.
"Gak papa."
"Kalau Edgar, gimana?" tanya Arka.
"Edgar? Aku gak ada apa-apa sama dia," balas Clarisa.
"Jangan bohong, gue tau lo juga suka sama Edgar. Makanya waktu SMP dulu lo juga ngejar-ngejar dia," ujar Arka."Itu dulu, Arka."
"Ohh, ok gue percaya."
Tidak lama kemudian minuman yang Arka pesan pun datang.
"Loh, kamu udah pesan minuman?" tanya Clarisa.
"Udah."
"Silahkan diminum," ujar Pelayan tersebut."Terima kasih," balas Arka.
Arka mengangkat minumannya, "bersulang," ujarnya. Clarisa tersenyum lalu bersulang dengan Arka, sebelum Arka meminum minumnya, ia tersenyum melihat Clarisa yang sudah meneguk minumannya.Sementara Edgar sedari tadi merasa kesal, "Ini maksudnya apa, sih. Buang-buang waktu aja, entah apa yang mau dibicarakan," ujarnya kesal.
Edgar pun menatap Arka dengan tajamnya, sementara Arka hanya menatapnya biasa saja.Tidak lama kemudian obat yang ada di dalam minuman Clarisa bereaksi. Arka yang menyadari hal itu langsung saja memulai rencananya, ia akan memberikan pertanyaan kepada Clarisa.
"Clarisa," panggil Arka.
"Eungh?"
"Kira-kira, lebih ganteng gue atau Edgar?" tanya Arka. Edgar yang mendengar ucapan Arka, tambah melotot.
"Nih orang, kok bawa-bawa gue," batin Edgar.
"Edgar," balas Clarisa.
"Jadi, gue gak ganteng?" tanya Arka."Ganteng juga, tapi lebih ganteng Edgar," ujar Clarisa.
"Lo, benci sama Aurora?" tanya Arka lagi.
"Aurora?" tanay Clarisa bingung.
"Iya, teman satu sekolah kamu, yang suka sama Edgar," ujar Arka.
"Ohh, si pelakor itu, aku benci sama dia. Karena dia, Edgar gak mau balik lagi sama aku," ujar Clarisa dengan wajah cemberutnya."Ohh iya, gue dengar-dengar, Aurora itu lagu viral ya di sekolah kalian."
"Nah iya, soalnya dia ciuman sama cowok, dan semua orang percaya itu, hahaha," ujar Clarisa sambil tertawa,"padahal mah, gue yang edit fotonya," sambung Clarisa.
Edgar yang mendengar hal tersebut merasa terkejut, ia pun berniat menghampiri meja Arka.Arka yang melihat Edgar ingin menghampirinya, langsung memberikan kode agar Edgar kembali duduk, dan dengan terpaksa Edgar pun kembali duduk.
"Serius?" tanya Arka pura-pura kaget.
"Iya, kenapa? Kok kamu kenal sama si pelakor itu?" tanya Clarisa.
"Ahh itu, dari dulu gue emang gak suka sama dia, soalnya dia itu caper," ujar Arka berbohong.
"Ha, dia caper sama kamu?" tanya Clarisa kaget.
"Iya."
"Wahh, benar-benar tuh pelakor. Awas aja nanti," ujar Clarisa kesal."Apalagi yang lo lakuin sama dia?" tanya Arka.
"Aku rekayasa kejadian waktu dia mukul aku, padahal itu juga aku yang mulai duluan," balas Clarisa. Edgar semakin mendidih mendengar semuanya.
"Lo pintar ya," ujar Arka.
"Iya dong, makanya kamu harus punya pacar yang pintar kayak aku," ujar Clarisa.
"Iya deh."
"Udah malam banget m, lo gak pulang?" tanya Arka."Iya, aku pulang dulu ya, soalnya masih ada urusan lain," balas Clarisa dan bersiap untuk pulang.
"Kerjaan apa?" tanya Arka.
"Biasa, Club."
"Aku pulang dulu, ya." Clarisa mendekat ke arah Arka lalu mencium pipinya dan pergi, hal tersebut membuat Arka merasa jijik."Gila tuh cewek." Arka mengambil tisu lalu mengelap pipinya.
Edgar yang melihat Clarisa sudah keluar dari Cafe, langsung saja menghampiri Arka. Arka tersenyum melihat wajah marah dari Edgar.
"Gimana? Udah dengar?" tanyanya.
"Jadi semua itu, ulah Clarisa?" tanya Edgar.
"Seperti yang lo dengar.""Kenapa semudah itu dia jujur?"
"Dia licik, gue juga bisa lebih licik. Intinya main pintar," balas Arka dengan nada sombongnya.
"Dan satu hal lagi, gue sama Aurora itu sepupuan," ujar Arka.
"Renungkan kesalahan lo, gue mau balik dulu." Arka pergi begitu saja meninggalkan Edgar dengan pikirannya yang berkecamuk."Sial!" desis Edgar.
Ia mengingat apa yang beberapa hari ini terjadi, dimana dia menyakiti Aurora dengan perkataannya dan tidak mau mendengarkan penjelasan dari Aurora sedikit pun. Dan sekarang Aurora yang sedang berada di rumah sakit karena dirinya, perasaan menyesal mulai menggerogoti hatinya.Edgar pun memutuskan untuk pergi ke rumah sakit yang pernah diberitahukan oleh Clara, sekarang juga ia akan meminta maaf kepada Aurora.
Hai Guys,ini Cerita untuk Event PENSI VOL 3
Support aku ya😊
Jangan lupa Vote,Komen, dan Follow ❤️✨
Tunggu kelanjutannya besok ya
Pantengin terus akunnya Renn
Khamsahamnida ✨❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ketos My Husband |END| (TERBIT)
Teen FictionEdgar Emiliano Adison, seorang laki-laki dengan sifat dinginnya dan ketegasannya dalam menjalankan tugasnya menjadi seorang ketua Osis. Datar adalah ekspresi wajah yang selalu ditunjukkannya kepada semua orang. Bagaimana jika seorang Edgar menjalin...