Bab 8.

855 24 0
                                    

Sementara Edgar dan yang lainnya, kembali ke kelas dan melewati kelas Aurora. Ketika Edgar menatap ke dalam, ia sama sekali tidak menemukan Aurora, Edgar pun masuk ke kelas Aurora.

"Aurora, ada?" tanya Edgar dengan wajah datarnya.
"Di rooftop, ujar Clara.
Edgar pergi begitu saja keluar dari kelas, menuju ke rooftop.

"Edgar, lo, mau kemana?" tanya Alvaro.
"Kalian duluan aja, gue mau ambil barang yang ketinggalan di kantin," ujar Edgar, lalu pergi menuju kantin terlebih dahulu.

Setelah dari kantin, Edgar segera menuju ke rooftop, dan mendapati Aurora yang sedang tertidur di sofa, ia pun menghampiri Aurora dan membangunkannya.

"He! Bangun, ini sekolah, bukan rumah." Edgar dengan pelan memukul lengan Aurora.
"Eunghh, 5 menit lagi, Bun," ujar Aurora yang masih belum sadar dari tidurnya.

"Gue bukan Bunda lo," ujar Edgar yang masih terus mengguncang badan Aurora. Akhirnya Aurora bangun, ia pun duduk dan mencoba untuk mengumpulkan nyawanya, setelah tersadar, ia menatap kesal ke arah Edgar.

"Ngapain lo, di sini!?" tanya Aurora kesal.
"Gue yang seharusnya nanya, lo ngapain di rooftop. Bukannya belajar, malah tidur."
"Mau, gue hukum?" tanya Edgar.
"Ck, berisik banget sih, lo!" ujar Aurora kesal.

"Pergi sana," ujar Aurora mengusir Edgar.
"Ngatur gue, lo! Gue ini ketos, lo ya harus pergi," balas Edgar.
"Ketos sialan! Bisa gak, sih, gak usah buat masalah," ujar Aurora kesal.

"Lo yang mancing gue," balas Edgar.
"Terserah lo, gue mau balik.", Aurora pun berdiri dan hendak pergi, tetapi dengan cepat Edgar menahan pergelangan tangannya.

Edgar memberikan sebuah kantung plastik berisi nasi goreng yang ia pesan dari kantin tadi, "Buat lo, gue tau, lo belum makan. Sekarang lo makan dulu, baru balik ke kelas," ujarnya. "Gak usah sok baik, deh," balas Aurora lalu melangkahkan kakinya.
"Kalau lo pergi. Berarti, lo siap untuk dihukum," ujar Edgar, dan sontak membuat Aurora berhenti berjalan dan menatap Edgar dengan tajamnya.

Ia pun menghampiri Edgar, lalu merampas kantong plastik tersebut dan memakannya. Sementara Edgar hanya tersenyum melihat kelakuan calon istrinya ini.

Sebenarnya Aurora memang sudah sangat lapar, tetapi karena gengsi nya yang terlalu besar, makanya ia sempat menolak. Ia bersyukur karena Edgar mau membawakannya makanan.

Selesai makan, Edgar langsung saja membawa Aurora untuk kembali ke kelasnya. Dan setelah mengantar Aurora, Edgar pergi menuju ruang osis karena hari ini ada rapat.

"Kok, lo bisa di antar sama Edgar?" tanya Clara penasaran.
"Dia sendiri yang datang sendiri ke rooftop," ujar Aurora.
"Masa, sih. Curiga gue," balas Clara. "Curiga mulu kerjaan, lo."

"Udah udah, gue mau tidur," ujar Aurora dan mengambil posisi nyaman untuk tidur.
"Tidur mulu kerjaan, lo."
"Baguslah, dari pada caper," sambung Alana.

Clara yang mendengar perkataan Alana, menjadi terpelongo kaget, sementara Aurora sampai terbangun dari tidurnya.
"Kenapa?" tanya Alana.
"Parah sih ini, Alana gue udah gak polos polos, bodoh lagi," ujar Clara terharu.

"Alay banget sih, lo" balas Aurora.
"Gue terharu bego," ujar Clara, sementara Aurora hanya memutar bola matanya malas.

Jam pulang sekolah pun tiba, Aurora dan kedua sahabatnya sudag bersiap-siap untuk pulang. Ketika sudah sampai di parkiran, Edgar yang memang sengaja menunggu Aurora, segera menghampirinya.

"Ngapain lo?" tanya Aurora dengan tatapannya yang memberikan kode, agar Edgar tidak mengatakan sedang menunggunya. Sementara Edgar, sepertinya ia tidak mengerti dengan kode tersebut,

"Kata lo kan, kita pulang sama-sama," jawab Edgar. Aurora menepuk keningnya pelan, "Ketos Sialan!" batin Aurora berteriak.
"Ha? Gue, gak salah dengar, kan?" tanya Clara, sementara Aurora sudah gelagapan sendiri.
"Ayok, Mama udah nunggu kita," ujar Edgar yang semakin membuat Clara dan Alana terpelongo di tempat.

"Rora..." Clara menatap Aurora.
"Ah, anu itu, emm, gue balik dulu ya guys, bye."Aurora langsung saja menarik pergelangan tangan Edgar, dan membawanya ke mobil.

Setelah masuk kedalam mobil, Aurora langsung saja memaki-maki Edgar dengan segala umpatannya.

"ANJIR LO, BANGKE, KETOS SIALAN!!"
Edgar yang mendengar teriakan Aurora, langsung saja membekap mulutnya agar berhenti berteriak.
"Diam, lo mau, kalau sahabat lo dengar? Nanti dikira kita ngapa-ngapain lagi."

Aurora langsung saja terdiam, tetapi tetap menatap Edgar seperti macan yang ingin menerkam mangsanya.

"Lebay banget, sih," ujar Edgar.
"Lebay mata lo! Kalau mereka curiga, terus cari tau, gimana?"
"Ya, tinggal Lo kasih tau aja, susah banget," ujar Edgar.

"Yakk, sialan!" Aurora memukul kepada Edgar dengan brutalnya.
"Aduh, sakit goblok!" ujar Edgar kesal.
"Lo sih, asal ngomong aja," balas Aurora.
Edgar pun menjalankan mobilnya menuju rumah Aurora.

Setelah mengantarkan Aurora, Edgar pun langsung berpamitan untuk pulang ke rumahnya. Sementara Aurora, ia sudah seperti orang gila di kamarnya.

"Besok, kalau mereka tanya, gimana? Gue harus jawab apa njir!" Aurora sedari tadi sudah berguling-guling di kasurnya untuk melampiaskan kekesalannya.

Tok tok tok

"Bunda masuk, ya," ujar Bunda Aurora, lalu membuka pintu kamar Aurora.
"YA AMPUN, RORA!" ujar Bunda Aurora berteriak karena melihat keadaan kamar Aurora yang sudah seperti kapal pecah.

"Ini, kok bisa berantakan!"
"Bunda jangan marah, ya, janji deh, nanti Rora beresin," ujar Aurora.
"Bunda gak mau tau, pokoknya harus diberesin sekarang!" Bunda Aurora pun keluar dari kamar Aurora.
"Huftt, untuk gak marah-marah banget," ujar Aurora, lalu beranjak untuk membersihkan kamarnya.

Setelah selesai, Aurora langsung saja berganti baju, dan turun ke bawah untuk menemui bundanya. Tetapi, ketika baru melangkahkan kakinya di tangga, Aurora melihat Edgar yang sedang duduk bersama dengan ayahnya.

Aurora pun berniat untuk kembali lagu ke kamar, tetapi bundanya sudah melihatnya duluan.
"Rora, sini, ada Edgar," ujar Bunda Aurora.
Aurora pun berbalik badan dan tersenyum palsu.

"Duduk di samping Edgar," ujar ayahnya memberi perintah, dan dengan terpaksa Aurora menurutinya.
"Pernikahan kalian kan, 6 hari lagi. Jadi, Ayah mau kalian berdua untuk memikirkan dekorasi apa yang cocok untuk gedungnya nanti.'

"Baik Om, sore ini juga, kamu akan cek ke tempatnya langsung. Dan memberitahukan dekorasinya nanti," ujar Edgar.
"Ya udah, karena ini udah mau sore, Rora siap-siap sana," ujar ayahnya.
"Tapi yah..." ucapan Aurora langsung dipotong oleh sang ayah, "Jangan membantah, Rora," ujar Ayah Aurora.

Dengan lesu, Aurora beranjak dan pergi menuju ke kamarnya untuk bersiap-siap. Setelah siap, Edgar dan Aurora langsung saja menuju ke gedung tempat pernikahan mereka yang akan berlangsung.

Hai Guys,ini Cerita untuk Event PENSI VOL 3
Support aku ya😊
Jangan lupa Vote,Komen, dan Follow ❤️✨
Tunggu kelanjutannya besok ya
Pantengin terus akunnya Renn
Khamsahamnida ✨❤️❤️


My Ketos My Husband |END| (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang