Bab 20

731 17 0
                                    

Setelah sampai di rumah sakit, Edgar langsung saja mencari letak ruangan yang ditempati oleh Aurora.

"Permisi, pasien atas nama Aurora Lovania Adarson, di ruang rawat berapa?" tanya Edgar.
"Tunggu sebentar ya, mas."
"Di ruang rawat nomor 14 lantai dua ya, mas."
"Baiklah, terima kasih." Edgar langsung saja berlari ke lantai dua, ia tidak menggunakan lift karena sudah penuh.

Edgar terus saja berlari di lorong rumah sakit untuk mencari ruang rawat nomor 14. Ketika sudah menemukannya, Edgar langsung saja masuk dan ia hanya mendapati Aurora yang sedang tertidur pulas dengan infus yang ada ditangannya.

Edgar berjalan dengan perlahan menuju ranjang Aurora, lalu ia duduk tepat di samping ranjang Aurora dan menatapnya sendu.

Ia menggenggam tangan Aurora, "Maaf," lirih Edgar. Aurora yang merasakan seperti ada seseorang, ia jadi terbangun dan terkejut melihat keberadaan Edgar.

"Edgar..."
"Rora."
"Lo, ngapain di sini?" tanya Aurora.
"G-gue, mau minta maaf. Soal apa yang udah terjadi beberapa hari ini," ujar Edgar yang membuat Aurora tertegun, Aurora menatap lekat kedua mata Edgar.

"Maaf, udah buat lo kayak gini, ini semua salah gue gak percaya sama, lo."
"Gak papa, gue bersyukur lo akhirnya percaya sama gue," ujar Aurora sambil tersenyum.
"Tapi, soal per..." belum selesai berbicara, Edgar langsung saja memotong pembicaraan Aurora.
"Itu gak akan terjadi, kita udah pernah bilang kalau kita hanya akan menikah sekali seumur hidup," ujar Edgar.

"Jangan gitu, jadi terharu gue," ujar Aurora.
"Maaf ya, gue juga baru tau kalau Arka itu sepupu lo," ujar Edgar.
"Makanya jangan asal ngomong, cari tau dulu," balas Aurora.
"Kalian pakai Hoodie couple, jadi gue pikir dia pacar lo," ujar Edgar.
"Kenapa? Cemburu lo?" tanya Aurora bercanda.
"Enggak, ngapain juga gue cemburu," balas Edgar sambil memalingkan wajahnya.
"Iya iya, gue tau kok," balas Aurora.

"Gimana keadaan, lo?" tanya Edgar.
"Udah baikan, kata dokter juga besok udah boleh pulang," balas Aurora.
"Ya udah, biar lo bisa masuk sekolah."
"Edgar, lo lupa? Gue di skors dua Minggu," ujar Aurora.
"Gue bisa buktikan kalau lo gak bersalah," ujar Edgar.

"Maksudnya?" tanya Aurora bingung.
"Lo, difitnah."
"Sudah gue duga, dan jangan bilang yang fitnah gue adalah, Clarisa," ujar Aurora menebak.
"Memang benar dia orangnya," balas Edgar.
"Bagaimana, lo bisa tau?" tanya Aurora.
"Arka sama gue cari tau semuanya."

"Jadi, besok lo tetap sekolah, kita selesaikan masalah ini sama-sama," ujar Edgar.
"Gue takut, jadi bahan omongan mereka. Gue trauma jadi korban bullyan di sekolah," lirih Aurora.
"Jangan takut, ada gue," ujar Edgar sambil tersenyum dam mengusap kepala Aurora.

"Loh? Edgar?" tanya Clara yang baru saja datang.
"Kalian?"
"Kami udah baikan," balas Edgar cepat.
"Ohh, baguslah, jadi Lo udah tau semuanya?" tanya Clara dan Edgar pun mengangguk.
"Jadi, siapa?" tanyanya lagi.
"Clarisa yang fitnah Aurora," ujar Edgar.
"Si nenek lampir itu ternyata," desis Clara.

"Rora..."
Aurora dan yang lainnya menoleh ke arah pintu, dan melihat Ayah dan Bunda Aurora.
"Ayah... Bunda..."
Bunda Aurora langsung saja menghampiri sang putri yang terbaring dengan infus di ranjang.

"Maafin Bunda, udah gak percaya sama kamu," ujar bundanya.
"Bun..."
"Rora, udah maafin Bunda, kok."
"Maafin Ayah juga, ya." Ayah Aurora mengusap kepala sang putri.
"Iya yah."

"Edgar, kamu disini?" tanya Bunda Aurora yang baru menyadari keberadaan sang menantu.
"Iya bun," balas Edgar.
"Masalah perceraian kalian?" tanya Ayah Aurora.
"Tidak perlu dibicarakan lagi, yah. Dari sini Edgar belajar, untuk mencari tau semuanya baru mengambil keputusan," balas Edgar.
"Syukurlah, Bunda pikir kalian akan berpisah," ujar Bunda Aurora.

"Ohh iya, ini Bunda bawain kalian makanan." Bunda Aurora meletakkan beberapa kantong makanan di atas meja.
"Dimakan, ya. Rora kapan pulang?" tanyanya.
"Besok, bun," balas Aurora.
"Ya udah, yang jemput kamu besok Ayah sama Bunda," ujar bundanya.
"Tapi, besok Rora sekolah, ya," ujar Aurora.
"Rora kan baru sembuh," ujar bundanya.
"Rora mau membela diri, kalau Rora gak bersalah," balas Aurora.

"Ya udah, tapi Ayah sama Bunda ikut, karena ini sudah termasuk pencemaran nama baik. Karena foto tersebut sudah menjadi trending topik di Twitter, Ayah sama Bunda akan membawanya ke jalur hukum," ujar ayahnya.
"Tapi yah, bukannya terlalu berlebihan?" tanya Aurora.
"Tidak ada yang berlebihan Rora, rekan kerja Ayah sudah mempertanyakan berita tersebut, dan nama kamu sudah jelek. Ayah gak suka putri Ayah seperti ini, Ayah pikir tidak akan seperti ini jadinya."
"Iya Rora, biar Ayah sama Bunda yang mengurusnya," ujar Bunda Aurora.
"Iya, bun."

Pagi ini, Aurora sudah siap untuk keluar dari rumah sakit, kedua orang tuanya juga sudah menjemputnya, tidak lupa dengan sang suami yang juga ikut datang.

"Gimana, udah siap?" tanay Edgar.
"Sudah," balas Aurora.
"Ya udah, kita berangkat sekarang," ujar Bunda Aurora.
Mereka pun pergi. Setelah perjalanan kurang lebih satu jam, sampailah Aurora dan yang lainnya di SMA Pandarawa. Ayah dan Bunda Aurora memutuskan untuk pergi ke sekolah langsung dan mengurus semuanya.

Mereka segera pergi menghampiri guru BK dan menyelesaikan semua masalah ini.
"Jadi, ada urusan apa Bapak dan Ibu ke sini? Bukan kah Aurora masih dalam masa skors," ujar guru BK tersebut.
"Kami datang ke sini, untuk mengurus semua masalah yang sudah terjadi," jawab Ayah Aurora. "Apa lagi yang mau diselesaikan? Bukankah putri Anda memang bersalah?"
"Putri saya tidak bersalah, jadi saya meminta Ibu untuk memanggil Clarisa Anastasya ke sini," ujar Ayah Aurora.

"Baiklah." Guru BK tersebut langsung menghubungi guru yang sekarang berada di dalam kelas 12 yang ditempati oleh Clarisa.
Tidak lama kemudian, Clarisa pun masuk ke dalam ruang BK dan sudah mendapati banyak orang yang berada di dalam.

"Ada apa, Bu?" tanya Clarisa.
"Silahkan duduk Clarisa, orang tua Aurora ingin membahas masalah yang terjadi kemarin."
Clarisa duduk pun duduk, "Apa yang mau di bahas lagi? Bukankah putri Anda memang bersalah?" tanya Clarisa.
"Putri saya tidak bersalah, kamu yang memfitnah putri saya."

"Apa Anda punya buktinya?" tanya Clarisa.
"Gue punya buktinya," ujar Edgar.
"Edgar? Kamu ngapain di sini?" tanya Clarisa.
"Urusan Aurora adalah urusan gue juga," balas Edgar.
"Kamu bilang, kamu punya buktinya, mana?" tanya Clarisa menantang.

Edgar mengeluarkan ponselnya, dan memutar rekaman suara percakapan antara Clarisa dan Arka.

"Ohh iya, gue dengar-dengar, Aurora itu lagi viral ya di sekolah kalian."
"Nah iya, soalnya dia ciuman sama cowok, dan semua orang percaya itu, hahaha," ujar Clarisa sambil tertawa,"padahal mah, gue yang edit fotonya," sambung Clarisa.
"Apalagi yang lo lakuin sama dia?" tanya Arka.
"Aku rekayasa kejadian waktu dia mukul aku, padahal itu juga aku yang mulai duluan," balas Clarisa.
"Lo pintar ya," ujar Arka.
"Iya dong, makanya kamu harus punya pacar yang pintar kayak aku," ujar Clarisa.

Hai Guys,ini Cerita untuk Event PENSI VOL 3
Support aku ya😊
Jangan lupa Vote,Komen, dan Follow ❤️✨
Tunggu kelanjutannya besok ya
Pantengin terus akunnya Renn
Khamsahamnida ✨❤️❤️

My Ketos My Husband |END| (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang