Bab 17

657 19 0
                                    

Pagi ini, Aurora sudah siap dengan seragam sekolah, karena hari ini ia dan Edgar akan kembali masuk ke sekolah. Aurora juga sudah memasak sarapan untuknya dan Edgar. Tidak lama kemudian, Edgar pun turun lalu duduk dan menikmati sarapan yang sudah dibuatkan oleh Aurora.

Hanya ada keheningan pagi ini di meja makan, Edgar yang sudah selesai, langsung saja pergi yang meninggalkan Aurora yang masih santai.

Hari ini mereka tidak pergi bersama. Edgar sudah sampai 15 menit yang lalu, semetara Aurora baru saja sampai, dan seperti biasa iya kan mendapatkan hukuman karena datang terlambat pagi ini.

Edgar yang memang sedang menghukum beberapa murid-murid yang terlambat, melihat arah Aurora yang berdiri di barisan paling belakang, ya pulang ke saja memanggil Aurora untuk maju ke depan.

"Alana, urus mereka, gue bakal urus manusia satu ini," ujar Edgar lalu menarik tangan Aurora dan membawanya ke depan kamar mandi.

"Sebagai hukuman, lo bersihkan semua kamar mandi, dari lantai satu ini sampai tiga, istirahat nanti harus sudah selesai," ujar Edgar.
"Anjir! Banyak banget Gilak!" protes Aurora.
"Gue gak peduli, intinya lo harus jalankan hukuman ini." Edgar pun pergi kembali ke lapangan, dan meninggalkan Aurora yang kesal.

Dengan terpaksa aurora pun menjalankan hukumannya. Ketika sedang menjalankan hukuman datanglah kedua sahabatnya.

"Terlambat lagi, lo?" tanya Clara.
"Seperti yang lo lihat, gue lagi dihukum berarti gue terlambat," balas Aurora yang masih saja fokus membersihkan kamar mandi tersebut.

"Jadi hukuman lo bersihkan kamar mandi?" tanya Clara.
"Iya, semuanya," balas Aurora.
"Ha, gilak ya si Edgar," ujar Clara.
"Baru tau lo? Gue sih udah lama," ujar Aurora.
"Edgar tega ya, sama istri sendiri," ujar Alana.
"Iya tuh, udah termasuk KDRT juga ini," ujar Clara.

"KDRT apanya njirr," ujar Aurora.
"Dia kan udah tega nyuruh lo bersihkan kamar mandi sekolah, yang jumlahnya ada 20, berarti itu KDRT."
"Enggak tolol, KDRT itu, kalau Edgar melakukan kekerasan," ujar Aurora.

"Ohh gitu."
"Rora, butuh bantuan?" tanya Alana.
"Kalau emang kalian punya otak, ya bantuin," ujar Aurora. Alana sama sekali tidak sakit hati dikatakan seperti itu.
"Kita bantuin, ya," ujar Alana kepada Clara.
"Sebagai sahabat yang baik, gue bakal bantuin." Alana dan Clara pun membantu Aurora untuk membersihkan kamar mandi, mereka berdua rela tidak mengikuti jam pelajaran demi membantu Aurora.

Jam istirahat pun tiba, dan hukuman Aurora sudah selesai. Sekarang ia dan kedua sahabatnya sedang duduk di kantin sambil menikmati es kelapa muda.

Tidak ada angin, tidak ada hujan. Edgar bersama dengan Cakra dan Alvaro, menghampiri meja Aurora, Edgar pun menggebrak meja tersebut dan membuat semua yang ada di kantin terkejut.

"Apaan sih, lo!" ujar Aurora kesal.
"Ikut gue." Edgar langsung saja menarik tangan Aurora.
"Ehh, lo mau bawa dia ke mana?" ujar Clara panik dan ingin mengejar, tetapi ditahan oleh Cakra.
"Udah, itu urusan mereka," ujar Cakra.

Sementara Edgar menarik Aurora menuju mading, Aurora sudah memberontak, ia tidak mengetahui apa yang sedang terjadi saat ini. Ia melihat sudah ramai orang di depan mading, dan ada juga yang sedang melihat ponselnya.

Setelah sampai di depan mading, Edgar langsung saja mencabut semua foto tersebut, dan melemparkannya ke wajah Aurora. Aurora merasa terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Edgar.

"Apa maksud foto ini!" ujar Edgar dengan raut wajah marahnya.
Aurora pun memungut semua foto tersebut, dan merasa terkejut setelah melihatnya. Foto tersebut adalah dirinya yang seperti sedang berciuman dengan seseorang,  dan sebagian lagi foto dirinya yang sedang melakukan kekerasan kepada seseorang yang adalah Clarisa.

"Ini gak benar," ujar Aurora.
"Masih mau ngelak lo! Murahan!" bentak Edgar, yang membuat Aurora terdiam kaku mendengar penuturan Edgar.
"Tapi ini bukan gue, Edgar!" ujar Aurora marah dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.

"Terus siapa kalau bukan lo? Jelas-jelas yang ada di foto ini adalah, lo!"
"Gue bisa jelasin," ujar Aurora yang mencoba untuk membuat Edgar mau mendengarkan penjelasannya.
"Gak ada yang perlu dijelaskan! Ini sudah jelas!"
"Edgar, dengerin gue," ujar Aurora memohon.

Tidak lama kemudian teman-teman mereka pun datang.
"Ada apa ini?" tanya Clara yang melihat Aurora dan Edgar berdebat.
"Lo lihat kelakukan sahabat lo yang murahan ini," ujar Edgar sambil menunjukkan foto yang ada ditangan Aurora.

Clara mengambil foto tersebut dari tangan Aurora, dan merasa terkejut melihatnya, Aurora menatap Clara dengan sedihnya.
"Itu bukan gue, lo percaya kan?" tanya Aurora.
"Gue yakin, ini bukan Rora," ujar Clara.

"Masih mau belain dia? Udah jelas-jelas di foto ini itu dia!"
Semua murid melihat perdebatan mereka, sampai pada akhirnya seorang guru BK datang.
"Aurora saya sudah melihat semuanya, saya minta kamu datang ke ruangan saya," ujar guru BK tersebut.

Aurora pun menatap Edgar dan teman-temannya, lalu mengikuti guru BK tersebut, untuk pertama kalinya ia takut masuk ke dalam ruangan BK, padahal hal seperti masuk ke ruang BK karena masalah, sudah sangat biasa untuknya, tapi kali ini berbeda.

"Bisa dijelaskan?"
"Itu bukan saya Bu, saya gak mungkin melakukan hal tersebut. Tetapi untuk foto yang satu lagi, itu memang saya, dan itu juga Clarisa yang memulainya duluan,"  ujar Aurora menjelaskan.
"Kamu yakin itu bukan kamu?"
"Ibu gak percaya? Walaupun saya murid yang nakal, gak mungkin saya melakukan hal seperti itu," ujar Aurora.

Tok tok tok
"Masuk."
Seseorang yang adalah Clarisa pun masuk dan duduk di samping Aurora.
"Clarisa, jelaskan."
"Yang di foto itu benar Bu," ujar Clarisa, yang mana membuat Aurora terkejut.

"Saya kemarin bertemu dengan Aurora, tujuan saya untuk bertanya mengenai yang ada di foto tersebut, tetapi karena marah Aurora langsung saja melakukan kekerasan kepada saya, Bu."
"Masih mau mengelak?" tanya guru BK tersebut.
"Tapi itu benar-benar bukan saya, Bu."
"Akui kesalahan kamu, dan untuk hal ini kamu di skors selama 2 Minggu," ujar guru BK.

"Silahkan keluar."
"Tapi Bu, itu benar-benar bukan saya, ini gak adil," ujar Aurora yang tidak terima.
"Apa yang tidak adil? Ini sudah sangat adil Aurora, karena kamu sudah memberikan contoh yang sangat buruk kepada teman-teman kamu!"

"Tapi Bu..."
"Saya bilang keluar, dan orang tua kamu akan saya panggil."
Dengan terpaksa Aurora keluar, dan ia sudah mendapati teman-temannya yang memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Gue tau kalian memang gak percaya sama gue, tapi gue sudah bilang, itu benar-benar bukan gue," ujar Aurora sambil menahan tangisnya.
"Gue percaya," ujar Clara.
"Edgar..."
"Kepercayaan gue gak pernah ada untuk, lo," ujarnya lalu pergi begitu saja.

Tidak lama kemudian, kedua orang tua Aurora sudah datang dan langsung menghampirinya.

"Rora, apa yang terjadi?" tanya bundanya.
"Bun, apapun yang dikatakan guru BK di dalam, Rora mohon jangan percaya," ujar Aurora memohon.
"Bunda gak ngerti," ujar bundanya.
"Iya Rora, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Ayah Aurora.

"Orang tua Aurora, silahkan masuk," Ujar guru BK.
Kedua orang tua Aurora pun masuk ke dalam ruang BK untuk membahas masalah yang terjadi, sementara Aurora sudah sangat takut jika kedua orang tuanya percaya dengan semuanya.

Hai Guys,ini Cerita untuk Event PENSI VOL 3
Support aku ya😊
Jangan lupa Vote,Komen, dan Follow ❤️✨
Tunggu kelanjutannya besok ya
Pantengin terus akunnya Renn
Khamsahamnida ✨❤️❤️

My Ketos My Husband |END| (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang