Setelah sampai di butik milik mamanya, Edgar mengajak mereka semua untuk memilih model baju dan warna yang cocok untuk pernikahan dirinya dan Aurora nanti.
"Gue suka modelnya gini," ujar Clara yang menunjuk salah satu disain dress.
"Iya, Alana juga suka, tapi warna apa?" tanya Alana.
"He, kalian berdua mau warna apa?" tanya Clara kepada Cakra dan Alvaro.
"Warna nude aja," balas Alvaro."Iya, nude aja, pasti bagus," sambung Alana.
"Ok, warna nude. Gue sama Alan dress nya kayak gini, kalau lo sama Varo, yang itu aja," ujar Clara sambil menunjuk salah satu jas.Cakra dan Alvaro pun melihat ke arah yang ditunjuk oleh Clara.
"Ya udah, itu aja, gue juga malas cari-cari model," ujar Cakra.
"Ok, kalau gitu, yang bayar Edgar," ujar Aurora.Edgar yang mendengar hal tersebut, membelakkan matanya. Sebelum ingin protes, Aurora langsung saja berbicara.
"Ayok, biar Edgar yang urus. Kita cari makan aja." Aurora mengajak yang lainnya untuk pergi ke restoran yang tidak terlalu jauh dari butik tersebut, dan meninggalkan Edgar yang melongo tidak percaya.
"Permisi, kalau Mas Edgar gak bisa bayar sekarang, nanti juga gak papa, kok," ujar salah satu pelayan.
"Enggak-enggak, gue bayar sekarang." Edgar pun memberikan salah satu kartu kreditnya kepada pelayan tersebut.Setelah selesai membayar, ia pun pergi menyusul Aurora dan yang lainnya, karena saat ini juga ia sangat lapar.
"Enak banget lo pada, gue yang bayarin semuanya," ujar Edgar dengan raut wajah kesalnya.
"Lo kan, banyak duit," balas Cakra.
"Mata lo, Lo pikir duit gue untuk bayarin lo pada. Ini itu duit untuk tunjangan hidup gue sama anak dan istri," ujar Edgar.Aurora yang mendengar hal tersebut, langsung tersedak. Sementara yang lainnya sudah sangat heboh.
"Cie... Cie...udah dipikirkan matang-matang, nih kayaknya," ujar Clara sambil melirik ke arah Aurora."Anak dan istri, gak tuh," sambung Cakra.
"Kalau suka, bilang, jangan di pendam," ujar Alvaro.
"Berarti nanti, kalau kalian udah nikah, langsung punya anak, ya?" tanya Alana dengan wajah polosnya."Alana udah pintar ya, benar banget tuh, nanti Alana jadi Tante," ujar Alvaro.
"Ya udah, nikahnya cepat-cepat aja, biar Alana langsung jadi Tante." Ucapan Alana membuat semuanya yang mendengar menjadi tertawa, sementara Aurora sudah menunduk malu, dan Edgar hanya tersenyum tanpa dosa.Setelah banyaknya hal yang mereka lakukan hari ini, mereka pun memutuskan untuk pulang karena sudah hampir sore. Edgar dan Aurora satu mobil, mereka berdua pun dalam perjalanan menuju rumah Aurora.
Setelah sampai di rumahnya, Aurora langsung saja turun dan menghampiri Bundanya yang memang sedang berada di luar, begitu juga dengan Edgar yang ikut turun.
"Eh, udah pulang, kenapa lama?" tanya Bunda Aurora.
"Tadi ke butik dulu, Tan," balas Edgar.
"Butik? Ngapain, bukannya udah semalam fitting baju pengantinnya, ada yang salah?"
"Enggak, Tan. Cuma lagi nemenin teman-teman buat beli baju, karena berhubung mereka udah tau," ujar Edgar."Loh, kok bisa? Yang kasih tau siapa?" tanya Bunda Aurora dengan raut wajah terkejutnya.
"Mereka udah curiga bun, jadi mau gak mau, Rora kasih tau aja. Terus katanya mereka mau jadi Bridesmaid Rora nanti," ujar Aurora.
"Wahh, bagus dong kalau gitu," ujar Bunda Aurora senang."Menurut Bunda, tapi Rora masih malu, karena udah mau nikah aja," ujar Aurora sambil menunduk.
"Jangan gitu Rora, mereka kan gak ada bully kamu, kenapa harus malu," ujar Bundanya."Masuk dulu Edgar, kita bicara di dalam, sekalian nanti makan malam bersama," ujar Bunda Aurora.
"Iya, Tan," balas Edgar.
Mereka pun masuk, dan Edgar memutuskan untuk pulang nanti malam, karena calon ibu mertuanya mengajak dirinya untuk makan malam bersama.Sambil menunggu waktu makan malam tiba, Bunda Aurora meninggal Aurora dan Edgar, hanya berdua di ruang tamu.
"Gue, mau ganti baju dulu," ujar Aurora lalu beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya.
Beberapa menit kemudian, Aurora sudah kembali lagi ke ruang tamu, dan ia mendapati Edgar yang sudah tertidur pulas di sofa.Aurora pun memutuskan untuk duduk dan bermain ponsel. Sampai pada akhirnya, Bundanya datang.
"Loh, Edgar nya tidur?" tanya Bunda Aurora.
"Iya bun, kayaknya dia kecapean," ujar Aurora.
"Ya udah, Bunda mau lanjut masak, ya." Bunda Aurora pun kembali lagi ke dapur untuk melanjutkan acara masaknya.Tidak lama kemudian, Ayah Aurora pun pulang dari kantor, bersama dengan kedua orang tua Edgar yang ikut berkunjung.
"Loh, Edgar?" tanya Mama Edgar.
"Iya Tan, kami baru pulang," ujar Aurora.
"Dia tidur?"
"Iya Tan, kecapean mungkin," balas Aurora.
"Ya udah, biarin aja, Bunda kamu mana?"
"Ada di dapur, tan, lagi masak," ujar Aurora."Tante mau bantu Bunda kamu dulu," ujar Mama Edgar lalu pergi menuju ke dapur.
Sementara Ayah Aurora dan Papa Edgar, pergi menuju ruang kerja untuk membicarakan kerja sama mereka.Malam pun tiba, dan sudah tiba waktunya makan malam. Edgar juga sudah bangun dan baru saja selesai mencuci mukanya.
Saat ini mereka semua sudah berada di rumah makan. Makan malam hari ini terlihat sangat banyak, karena kedatangan orang tua Edgar.
Di tengah makan malam, mereka pun sesekali berbicara untuk membahas pernikahan yang tinggal 4 hari lagi.
"Jadi, kalian sendiri yang cerita sama yang lainnya?" tanya Bunda Aurora.
"Iya bun," balas Aurora.
"Karena pernikahan kalian tinggal 4 hari lagi, Mama mau kalian untuk tidak bertemu selama mulai besok," ujar Mama Edgar."Ya udah, gak papa kok, Rora sama sekali gak keberatan," ujar Aurora.
"Edgar juga," sambung Edgar.
"Beneran?"
"Iya," ucap Aurora dan Edgar secara bersamaan."Baiklah, kalau gitu, berarti selama 4 hari ini juga kalian gak usah sekolah, kalian akan berdiam di rumah," ujar Bunda Aurora.
"Jangan gitu dong, bun. Masa gak keluar rumah," ujar Aurora tidak terima."Nanti kalau kalian berdua kami izinkan keluar rumah, kan bisa aja kalian nanti ketemuan diam-diam di luar," ujar Ayah Aurora.
"Enggak yah, lebay banget sih," ujar Aurora sedikit kesal.
"Intinya gak boleh," ujar Bunda Aurora.Aurora hanya diam saja, dan melanjutkan makan malamnya dengan wajah yang cemberut.
Setelah makan malam, Edgar dan kedua orang tuanya langsung saja pulang, karena waktu sudah menunjukkan pukul 20.21.
Sebelum pulang tadi, Aurora dan Edgar sempat mengalami drama yang memalukan.
Flashback On
"Edgar, peluk Rora nya, dong," ujar Mama Edgar.
"Mah, jangan gitu," ujar Edgar kesal.
"Kalian kan bakal gak ketemu selama 4 hari. Jadi ini pelukan kalian sebelum kembali bertemu 4 hari lagi," ujar Mama Edgar.Dengan sangat-sangat terpaksa, Edgar dan Aurora berpelukan, membuat kedua ibu mereka memekik senang. Setelah pelukan yang memalukan itu, barulah Edgar dan kedua orangtuanya pulang.
Flashback Off
Hai Guys,ini Cerita untuk Event PENSI VOL 3
Support aku ya😊
Jangan lupa Vote,Komen, dan Follow ❤️✨
Tunggu kelanjutannya besok ya
Pantengin terus akunnya Renn
Khamsahamnida ✨❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ketos My Husband |END| (TERBIT)
Teen FictionEdgar Emiliano Adison, seorang laki-laki dengan sifat dinginnya dan ketegasannya dalam menjalankan tugasnya menjadi seorang ketua Osis. Datar adalah ekspresi wajah yang selalu ditunjukkannya kepada semua orang. Bagaimana jika seorang Edgar menjalin...