Edgar yang sudah berpamitan dengan orang tua Aurora dan juga orang tuanya pun segera pergi menuju markas.
Edgar yang baru saja sampai, sudah disambut dengan kedatangan seorang perempuan yang sangat dibencinya.
Perempuan tersebut menghampiri Edgar, lalu memeluknya. Edgar yang mendapatkan pelukan tiba-tiba, langsung saja mendorong perempuan tersebut.
"Ihhh, Edgar! Kamu Apaan sih," ujar perempuan tersebut kesal.
"Jangan dekat-dekat, virus," ujar Edgar, lalu pergi menghampiri kedua temannya.
"Kenapa gak bilang, kalau tuh kuman ada di sini?" tanya Edgar dengan wajah datarnya.
"Gue pikir, lo bakal suka sama kedatangan dia," balas Alvaro.
"Yakali," ujar Edgar.Edgar pun duduk, lalu menatap ke arah perempuan yang berstatus mantan pacarnya itu.
"Ngapain lo, masih di sini?" tanya Edgar.
"Aku kan kangen sama, kamu," ujar perempuan tersebut, lalu mendekat dan duduk di samping Edgar."Jauh lo!" ujar Edgar kesal.
Tetapi perempuan tersebut masih saja mendekat kearahnya.
"Jangan kasar dong, sama pacar sendiri," balas perempuan tersebut dengan wajah cemberutnya. Sama sekali tidak terlihat lucu."Diam lo! Kita udah putus, ngapain lo balik lagi ke sini!"
"Tapi, aku gak mau kita putus!" ujar perempuan tersebut.
"Gue, gak peduli." Edgar pergi begitu saja. Saat ini mood nya sedang buruk, ia pun kembali lagi ke rumah Aur adaora."Ehh, nak Edgar. Orang tua kamu udah pulang, baru aja," ujar Bunda Aurora.
"Ohh, iya Tante. Rora nya, udah bangun?" tanya Edgar.
"Belum, kayaknya dia belum vit banget badannya," balas Bunda Aurora."Ya udah, kalau gitu Edgar pulang ya, Tan." Edgar berpamitan kepada Bunda Aurora, lalu pergi pulang ke rumahnya.
Beberapa hari berlalu, dan hari ini adalah hari dimana Edgar dan Aurora akan pergi untuk fitting baju pengantin dengan Mama Edgar dan Bunda Aurora.
Satu Minggu lagi, mereka akan melangsungkan pernikahan di tempat yang sudah dipersiapkan oleh orang tua mereka. Semakin mendekati hari pernikahan, Aurora semakin ingin membatalkan pernikahan tersebut.
Pasalnya, beberapa hari yang lalu, Aurora hampir masuk rumah sakit. Karena kelakuan bodoh dari mantan pacar Edgar, yang masih cinta mati dengan Edgar, dan yang terkena imbasnya adalah dirinya sendiri.
Setelah sampai di sebuah butik milik Mama Edgar Dengan antusiasnya, kedua wanita 40 tahun tersebut mengajak kedua anak mereka untuk mencoba baju-baju pengantin yang sudah didesain khusus oleh Mama Edgar.
"Kamu suka yang ini?" tanya Mama Edgar kepada Aurora.
Aurora melihat setiap inchi gaun pengantin tersebut, hanya satu kata yang ada di benaknya, sexi.Aurora menggeleng, "Terlalu terbuka, Tan," ujar Aurora menolak.
Mama Edgar tidak menyerah begitu saja, ia dengan segera mengambil 5 gaun pengantin dan menunjukkan kepada Aurora.Aurora menatap semua gaun pengantin yang ada dihadapannya, "Kalau gaunnya modelan begini, sekalian aja gak usah pake baju," batin Aurora.
Setelah beberapa lama berpikir, akhirnya Aurora bisa menentukan pilihannya, yaitu sebuah gaun pengantin yang tidak simpel dan elegan walaupun sedikit terbuka.
Setelah mencobanya, Aurora segera keluar dari ruang ganti dan memperlihatkan gaun yang sangat cantik ketika dipakai ditubuhnya. Edgar yang juga sudah siap dengan setelan jasnya, menatap Aurora tanpa berkedip.
"Edgar, jangan lihatin Rora gitu dong, dia kan jadi malu," ujar Bunda Aurora sambil tersenyum, Edgar yang mendengar perkataan tersebut mendadak malu.
"Sekarang, coba kalian berdua berdiri secara berdampingan," ujar Mama Edgar.
Edgar pun menghampiri Aurora, lalu berdiri di sampingnya."Ya ampun, cocok banget sih," ujar Bunda Edgar.
"Jangan lebay Bun," ujar Aurora.
Bunda Aurora dengan segera mengambil ponselnya, lalu mengambil foto mereka berdua.
"Bunda!" ujar Aurora kesal, sementara Edgar hanya tersenyum saja.Setelah fitting baju, Edgar dan Aurora ditinggalkan begitu saja di butik tersebut, sementara Mama Edgar dan bundanya Aurora sudah pulang terlebih dahulu.
"Bunda jahat banget," ujar Aurora.
"Udah, ayok pulang," ujar Edgar.
Mereka berdua pun pulang. Diperjalanan, Edgar memecahkan keheningan dengan bertanya kepada Aurora."Lo, mau makan?" tanya Edgar.
"Gak usah, gue mau cepat-cepat sampai rumah," balas Edgar.
"Yakin?" tanya Edgar.
"Ck, ketos sialan! Kenapa sih, Lo itu banyak omong banget dari kemarin-kemarin, heran gue," ujar Aurora dengan wajah kesalnya."Ya, gue cuma mau mencoba untuk dekat dengan lo, apalagi kita sebentar lagi mau nikah," ujar Edgar.
"Berharap banget lo. Bahkan beberapa hari ini, gue selalu mikir, gimana caranya biar perjodohan ini batal."
"Jangan coba-coba, buat batalin perjodohan ini," ujar Edgar serius.
"Loh? Kenapa? Mau banget ya lo, nikah sama gue," ujar Aurora.
"Gue, cuma gak mau mereka semua kecewa, cuma karena keegoisan lo.""Gue gak egois! Mereka semua yang egois! Gak pernah mikirin kebahagiaan gue!" ujar Aurora marah.
"Turunin gue."
Ucapan Aurora sama sekali tidak di gubris oleh Edgar, dan tetap menjalankan mobilnya.
"Gue bilang, turunin!" ujar Aurora marah.Dengan segera Edgar menginjak rem, dan membuka pintu, "Silahkan," ujar Edgar.
Setelah Aurora turun, Edgar pun melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.Hari sudah mulai gelap, dan Aurora masih terus melangkahkan kakinya untuk pulang, sesekali ia mencari tumpangan kepada taksi yang lewat, tetapi tidak ada yang mau berhenti. Dan juga ponselnya yang sudah habis baterai.
Sementara Edgar, ia sudah sampai di rumahnya sedari tadi, dan sekarang sedang bersantai di kamarnya. Dering ponselnya berbunyi, dan muncul panggilan dari Bunda Aurora, Edgar pun segera mengangkatnya.
"Halo, Tan."
"Edgar, kamu lagi sama Rora, kan? Kenapa belum pulang?"Edgar terdiam kaku mendengar perkataan calon ibu mertuanya itu, bagaimana bisa Aurora belum pulang. Bahkan jam sudah menunjukkan pukul 21.22.
Dengan segera Edgar memutuskan panggilan teleponnya, dan meraih jaketnya. Ia akan pergi mencari Aurora.
Dengan kecepatan penuh, Edgar melajukan mobilnya, membelah jalanan. Saat ini ia sangat khawatir, takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dengan Aurora.
Edgar juga sesekali melihat kanan kiri, ia juga sempat menghubungi kedua sahabat Aurora, tetapi mereka mengatakan bahwa Aurora tidak datang Ket rumah mereka.
Ia baru ingat, bahwa saat ini ada penjahat buronan polisi yang sedang berkeliaran di kota mereka.
"SIAL!" Edgar berteriak marah. Ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika terjadi sesuatu dengan Aurora, karena ini juga kesalahannya.
"Lo kemana, sih!"
Edgar terus saja melajukan mobilnya, sampai pada akhirnya, pandang Edgar mengarah kepada seorang perempuan yang sedang diganggu dengan segerombolan laki-laki.Edgar pun tersadar, bahwa perempuan tersebut adalah Aurora. Dengan segera ia turun dari mobil, dan menghajar habis-habisan segerombolan laki-laki tersebut.
Hai Guys,ini Cerita untuk Event PENSI VOL 3
Support aku ya😊
Jangan lupa Vote,Komen, dan Follow ❤️✨
Tunggu kelanjutannya besok ya
Pantengin terus akunnya Renn
Khamsahamnida ✨❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ketos My Husband |END| (TERBIT)
Teen FictionEdgar Emiliano Adison, seorang laki-laki dengan sifat dinginnya dan ketegasannya dalam menjalankan tugasnya menjadi seorang ketua Osis. Datar adalah ekspresi wajah yang selalu ditunjukkannya kepada semua orang. Bagaimana jika seorang Edgar menjalin...