Thirty-seven

152 12 5
                                    

British International School

"Kusut amat muka nya?" Gabriel duduk disebelah (Name) memberikan satu cup ice cream rasa cokelat, (Name) hanya melirik es cream itu sekilas.

"Kamu kenapa? Kamu bisa cerita kok sama aku," ucap Gabriel membuka tutup cup ice cream yang dibawanya. (Name) hanya menggelengkan kepalanya.

"Manis, seperti dirimu," Gabriel menyendok es cream dan menyuapkannya pada pujaan hatinya.

"Thanks," jawab (Name) ketika es cream itu masuk kedalam mulutnya.

"Jadi, kenapa kamu terlihat gak semangat gini?" tanya Gabriel

"Gapapa. Oh iya Gab, Laura mana ya kok gak kelihatan?" Tanya (Name) menoleh ke kanan dan kiri tapi gadis cantik itu tak terlihat ketika istirahat.

"Katanya sih masih ada urusan sama ekskul nya," jawab Gabriel. (Name) hanya menjawab oh.

"Kamu mau ikut jadi perwakilan sekolah kita ke Carthwell?" tanya Gabriel

"Ikut dong! Siapa tahu mereka ada yang mau belajar bahasa disini," ucap (Name)

"Pasti ada kalau yang jadi pembicara nya cantik kayak kamu," ucap Gabriel tersenyum

"Bisa aja gombalnya," kekeh (Name)

"Mana ada gombal itu fakta," ucap Gabriel

"Ya ya ya thank you Gab," ucap (Name)

🌼

Carthwell International School

Kosta berdiam diri di belakang sekolah sendirian. Veljko dan Victor yang bersamanya tadi ia usir karena ia sedang ingin sendiri tanpa diganggu oleh kedua sahabatnya.

Kosta masih memikirkan perkataan wanita itu kemarin. Ia menghela nafas berat dan menyenderkan tubuhnya ke tembok yang ada dibelakangnya. Tangannya mengepal, ia tak suka diancam apalagi bersangkutan dengan orangtuanya.

"Hai, ini makan dulu," Alina tiba-tiba datang dan duduk disebelahnya menyodorkan kotak bekal

"Gak,"

"Aku tau kamu belum makan kan? Ini dimakan dulu, tenang aja gak ada racunnya kok," Alina membuka kotak bekal itu dan menyuapkannya pada Kosta tapi Kosta hanya menatapnya datar.

"Ayolah Kosta dimakan dulu nanti kamu sakit," ucap Alina

"Gue dah makan,"

"Gak percaya! Dari tadi kamu gak ke kantin tuh," ucap Alina

"Masih kenyang!" Setelah itu perut Kosta berbunyi menandakan bahwa ia lapar, Alina yang mendengarnya hanya tertawa kecil.

"Tuh bunyi, lapar kan?" Tawa Alina

"Yaudah ini dimakan. Aku yang masak lho," paksa Alina

"Makasih," Kosta mengambil sendok dan kotak bekal dari tangan Alina membuat perempuan itu tersenyum senang.

"Dihabiskan ya! Bagaimana rasanya?" tanya Alina

"Lumayan,"

"Lumayan apa? Enakkan?"

"Biasa aja," ucap Kosta. Ia tak mau jujur bahwa masakan Alina enak nanti perempuan itu tambah baper.

Dandelion (Kosta Kecmanovic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang