Margaret mual hebat di pagi hari sehingga Elise selalu ada di sampingnya setiap saat. Ia baru saja ingat bahwa Margaret tak terlihat makan akhir - akhir ini sehingga badannya jatuh sakit. Margaret menggerutu sejak tadi karena tubuhnya mulai demam. Badannya benar - benar terasa sakit.
"Yang Mulia, Henrietta sedang memanggilkan tabib untukmu. Apakah kau ingin makan sesuatu?" Tanya Elise dengan penuh perhatian.
"Tidak, tubuhku benar - benar sakit." Margaret menggeleng cepat. Sejak tadi ia meringkuk di atas ranjangnya. Beruntungnya Kenneth sudah pergi sejak pagi buta tadi sehingga Margaret bisa tenang sendiri di paviliunnya.
Baru saja Margaret berhasil memejamkan matanya, ia mendengar suara Mary sayup - sayup. Gadis itu tertawa, entah apa yang dilakukannya saat ini. Namun yang jelas, Margaret mulai terganggu dengan suara berisik yang berasal dari luar.
"Aku akan mengurusnya, Yang Mulia." Elise tahu bahwa Margaret risih. Namun baru saja ia akan melangkah keluar, suara dentingan dari benda yang jatuh membuat Margaret terbangun seketika. Suara tersebut sangat keras hingga Margaret terlonjak kaget. Tanpa basa - basi, Margaret bangkit dengan kepulan amarah yang tak bisa dibendung. Elise ingin mencegahnya tetapi ia sendiri takut terkena semprotan kemaran dari wanita tersebut.
"Mary, apa yang kau lakukan disana?" Suara Margaret mulai meninggi, tetapi sepertinya gadis itu tak menyadarinya. Ia masih tertawa sendiri. Disana ada Viktor yang memang sengaja mengantarnya kembali ke Monza karena semalam gadis itu ketiduran di Burrow.
"Ibu, aku ingin keluar ke pusat kota nanti." Ujarnya sembari melangkah ke arah Margaret, tetapi wanita itu cepat - cepat menghindar saat Mary akan menggelanyuti tubuhnya.
"Tidak dalam alasan apapun. Kemarin kau sudah membuat ibu mencarimu karena kau tak kunjung kembali. Kau tidak boleh pergi kemana - mana hari ini karena kau sudah terlalu sering keluar istana." Tandasnya tegas, tetapi Mary masih kukuh dengan idenya barusan sehingga ia berusaha merayu ibunya.
"Ibu..."
"Mary!"
Untuk sejenak, tak ada yang bersuara disana. Semua orang terkejut mendengar bentakan Margaret, padahal wanita itu dikenal sabar dan lembut dalam menghadapi anak - anaknya. Tanpa basa - basi, Margaret masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Mary yang masih mematung menatapnya.
***
Mary menghentakkan kakinya dengan kesal saat ia memasuki Ruang Kerja Raja. Archer hanya meliriknya sementara Kenneth menoleh dengan cepat saat ia melihat Mary datang dengan wajah tidak bersahabat. Padahal, gadis itu selalu ceria.
"Ada apa, Mary? Mengapa kau marah - marah seperti itu?" Tanyanya tenang lalu kembali membaca berkas yang ada di hadapannya saat ini.
"Aku kesal sekali." Nada bicara Mary sesuai dengan ekspresi wajahnya saat ini.
"Ada apa memang? Kau bertengkar dengan siapa?" Begitu Kenneth bertanya demikian, Mary menoleh dengan cepat.
"Ibu membentakku hanya karena masalah sepele. Aku kesal sekali. Aku tidak mau kembali ke Monza." Tukasnya. Kenneth dan Archer spontan saling berpandangan saat Mary berkata demikian.
"Jangan menemui ibu dulu. Ibu mungkin sedang kurang sehat." Archer berada di pihak netral saat ini.
"Ya, aku akan pindah ke Burrow. Aku tidak mau bersama ibu. Ibu pemarah." Mary tak berhenti menggerutu sejak tadi.
"Mary, jangan seperti itu. Tidurlah di kamarmu seperti biasanya. Jangan membuat ibumu mencarimu hingga larut malam." Kali ini Kenneth membuka suaranya.
"Aku tidak mau. Ibu benar - benar pemarah. Aku kesal sekali." Mary tetap kukuh dengan pemikiran sesaatnya. Bagi Kenneth, Mary sangat mirip dengan Margaret. Mereka berdua sama - sama keras kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DAYS : Season 1 - House of Chaos
Historical FictionWRITTEN IN BAHASA THIS STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY ME, NO PLAGIARISM ALLOWED *** From The Days Universe THE DAYS : Season 1 - House of Chaos Keluarga Days : Musim 1 - Rumah Kehancuran *** Tak ada lagi kehidupan indah bak dongeng *** Godwhite mema...