18

53 11 0
                                    

Satu insiden panas baru saja terjadi di Godrech, dimana salah satu anggota Dewan Kerajaan Godwhite yang berasal dari Dakota ditemukan terbunuh di rumahnya. Tentu saja hal ini menjadi perbincangan dan menuai banyak kontroversi. Kenneth mendapat desakan dari Dewan Kerajaan Whitemouttier untuk menarik orang - orang Dakota dari Godrech karena nyawa mereka diburu untuk melampiaskan kemarahan orang - orang Godrech atas ketidakpuasan mereka akan respon keluarga kerajaan mengenai skandal kematian mendiang Ratu Loise.

Kenneth sudah sangat pusing dengan masalah tersebut, tetapi bebannya bertambah lagi saat ia diberitahu bahwa orang tuanya baru saja pergi meninggalkan Istana dan hal tersebut benar - benar membuatnya marah. Entah berapa banyak orang di Istana yang telah ia marahi, tetapi yang jelas ia merasa sangat kesal dengan semua orang yang ada disini.

Tentu saja emosi Kenneth mengikuti lelaki tersebut hingga ke paviliun. Mary berdiri di ruang kunjungan yang berada persis di depan kamarnya, seperti menanti kehadiran ayahnya sejak tadi. Namun niatnya menjadi ciut saat ayahnya datang dengan tatapan yang tidak bersahabat sama sekali. Ekspresi gusar gadis tersebut terbaca oleh Kenneth sehingga lelaki itu berhenti tepat di hadapan Mary.

"Ada apa?" Tanyanya dingin. Mary menggeleng cepat dengan kepala yang tetap menunduk.

"Tatap mata ayah saat ayah bicara padamu." Kenneth menegas disana. Spontan Mary mengangkat kepalanya perlahan. Ia tak berhenti memainkan jari - jarinya karena gadis itu memang sangat gemetar. Tanpa aba - aba sama sekali, Kenneth menampik tangan Mary dengan kasar sehingga ia berhenti memainkan jari - jarinya sendiri. Tentu saja, hal tersebut semakin membuat gadis itu ketakutan.

"Ayah, aku ingin bertemu ibu." Ujar Mary sangat pelan, tetapi mampu membuat emosi Kenneth semakin berkobar karena Mary selalu mengulang - ulang kalimat yang sama setiap harinya. Kenneth menarik nafas sejenak sebelum ia menyembur putrinya tersebut.

"Kau lihat bagaimana kondisi ibumu?" Tanyanya pelan, penuh penekanan.

"Apa kau tidak dengar bahwa ibumu ingin dibiarkan sendirian tanpa gangguan orang lain!" Mendadak, amarah Kenneth meluap begitu saja, membuat Mary terkena bentakan tepat di depan wajahnya persis. Detik itu juga, Mary menangis.

"Berhenti menanyakan hal yang sama! Ayah bosan mendengar pertanyaan bodoh semacam itu! Bila bukan karena ibumu yang meminta ayah untuk menjagamu, maka ayah sudah akan menendangmu menuju Burrow! Mengapa kau harus menjadi sumber masalah bila kau bisa diam dan tidak bertingkah?" Tandasnya dengan segala kalimat kasar yang keluar melalui kepalanya yang dipenuhi amarah. Kenneth pergi begitu saja menuju kamarnya, meninggalkan Mary yang masih berdiri mematung setelah ayahnya memarahinya habis - habisan.

***

Archer baru saja datang saat ia melihat Mary mengemasi barang - barangnya dari Witchave. Ayahnya mungkin sedang tidur sehingga ia tidak tahu mengenai apa yang dilakukan Mary. Namun Archer tahu karena para pelayan memberitahunya mengenai apa yang baru saja terjadi di paviliun tersebut. Mary masih menangis, matanya memerah. Ia nampak sangat putus asa dalam hidup ini.

"Mary, kau mau kemana?" Archer masuk ke kamarnya yang sudah hampir bersih. Barang - barang pribadi Mary sudah tidak ada disana.

"Aku tidak mau tinggal disini lagi. Aku benci ayah." Ujarnya sembari menangis sesegukan. Tentu saja ini adalah kali pertama ia mendapat amukan dari ayahnya sehingga hal tersebut benar - benar mengguncang jiwanya.

"Kau mau tinggal dimana memang?" Archer menanyainya, tetapi Mary tak menanggapi hal tersebut sehingga Archer menarik tangan Mary supaya gadis itu berhenti mengemasi barang - barangnya.

"Dengar, ayah akan semakin marah bila kau pergi dari sini." Ujar Archer, berusaha bersabar karena ia tahu bahwa gadis yang sedang ia hadapi sekarang adalah adiknya sendiri.

THE DAYS : Season 1 - House of ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang