Archer pulang ke Istana saat hari menjelang sore. Langkah lelaki tersebut mengarah ke Witchave. Dengan wajah yang lesu, ia menghampiri paviliun ayahnya. Kebetulan Kenneth sedang duduk di sofa yang berada di ruang santai. Untuk sejenak, Archer menoleh pada kamar Mary yang tertutup rapat. Ia tak tahu apakah Mary berada disana atau tidak, tetapi yang jelas Istana sedang tidak baik - baik saja saat ini.
"Adikmu ada di dalam." Kenneth membuka suaranya tiba - tiba.
"Apakah dia sedang mengurung diri?" Tanyanya hati - hati.
"Tidak, aku yang mengurungnya." Tandasnya tajam. Archer tidak bisa melihat hal semacam ini bertahan lebih jauh.
"Kau sudah berjanji untuk tidak memperlakukan Mary dengan keras, Yang Mulia."
"Berhenti mempertanyakan apa yang ku lakukan pada Mary. Aku tahu batasan dalam menertibkan anak- anak."
"Kakak! Buka pintunya!"
Archer dikejutkan oleh suara gedoran pintu. Lelaki itu berada tepat di depan pintu kamar Mary. Mary pasti telah mendengar kedatangan kakaknya kemari.
"Mary telah menggigit tanganku untuk berusaha kabur. Dia harus belajar ulang mengenai tata krama. Istana ini bukan taman bermainnya. Ia harus tertib berada disini." Lanjut Kenneth, seolah menjelaskan alasan mengapa ia mengurung Mary di dalam kamar.
"Memang sedikit keterlaluan bila ia sampai menggigit tanganmu, tetapi bila berbicara mengenai ketertiban, sebaiknya kau berkaca kepada dirimu sendiri, Yang Mulia. Sejak dulu, ibu selalu berusaha memperketat aturan yang diberikan kepada Mary. Namun setiap kali Mary berbuat kesalahan, kau selalu melindunginya dengan dalih ia hanya seoranng anak - anak. Mengapa sekarang kau mempertanyakan sikapnya? Bukankah itu adalah hasil dari rasa sayang berlebihmu kepada Mary dulu?"
"Kau mengungkitnya lagi? Demi Tuhan. Archer..."
"Tidak, aku tidak mengungkitnya." Sahut Archer cepat, memotong ucapan Kenneth barusan, tetapi Kenneth tetap melanjutkan kalimatnya.
"Tidak, kau jelas mengungkitnya. Aku sudah menjelaskan dari dulu bahwa ada alasan mengapa perlakuanku kepadamu beda dengan perlakuanku kepada Mary. Aku sudah menjelaskannya berulang kali, Archer. Aku tahu kau iri karena saat kau masih anak - anak, aku dan ibumu cenderung memanjakan Mary."
"Aku tidak iri!" Archer membentak Kenneth dengan keras, secara tak langsung memberi Kenneth gambaran bahwa apa yang ia katakan barusan memang benar. Hanya saja, Archer tersinggung karena ucapan Kenneth terlalu gamblang. Sementara itu, Archer menarik nafas dalam - dalam sebelum ia membuka matanya lagi. Ia tak ingin dikalahkan oleh emosi.
"Baiklah, terserah apa yang ingin kau lakukan, Yang Mulia. Aku kemari karena aku ingin menyampaikan pesan ibu tadi. Ibu ingin Mary tinggal bersamaku untuk beberapa saat hingga keadaan menjadi kondusif." Tanpa meminta izin sama sekali, Archer menarik slot kayu yang mengganjal ganggang pintu Mary. Spontan Mary keluar dengan tergesa - gesa.
"Kakak!" Mary memeluk Archer begitu saja. Kenneth hanya menyaksikan mereka berdua. Ia memilih untuk tidak berkomentar.
"Ikut aku ke Blauer." Ujar Archer datar. Ia sendiri tidak memiliki energi untuk menghadapi Mary. Lelaki itu melangkah lebih dulu meninggalkan paviliun sehingga Mary mengikutinya dari belakang.
"Kakak, apakah kau tahu ibu ada dimana sekarang? Apakah ibu sudah benar - benar pergi ke Godwhite atau masih berada di sekitar Dakota? Aku ingin bertemu ibu. Aku..."
"Diam!" Archer membentaknya begitu saja. Kenneth terkejut, suara Archer sangat keras sehingga Kenneth bisa mendengarnya dengan jelas sekalipun Archer sudah berada di luar. Nyatanya, Archer tak lebih sabar daripada Kenneth sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/350913466-288-k581957.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DAYS : Season 1 - House of Chaos
Ficción históricaWRITTEN IN BAHASA THIS STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY ME, NO PLAGIARISM ALLOWED *** From The Days Universe THE DAYS : Season 1 - House of Chaos Keluarga Days : Musim 1 - Rumah Kehancuran *** Tak ada lagi kehidupan indah bak dongeng *** Godwhite mema...