12

68 7 0
                                    

Margaret baru saja bangun tidur saat ia melihat Henrietta nampak sibuk menata sesuatu. Ia memindahkan baju - baju yang baru kering ke dalam tas yang memang ia siapkan. Seperti apa yang telah disepakati dengan Kenneth tadi, Henrietta akan pergi meninggalkan sayap barat dan kembali ke Witchave.

Margaret terkejut melihat mereka, begitu pula sebaliknya. Elise sendiri tak menyangka bahwa Margaret sudah bangun. Parahnya lagi, suster Reina sedang keluar entah kemana.

"Henrietta, kau mau kemana?" Tanyanya heran. Kenneth yang semula sedang berbincang dengan Panglima Cedric di luar segera masuk ke dalam saat ia mendengar suara permaisurinya.

"Margaret." Kenneth menghampirinya dengan cepat. Ia sudah bersiap menengahi apabila terjadi sesuatu di luar prediksi mereka.

"Ken, mengapa Henrietta mengemasi bajunya? Dia akan pergi kemana?"

"Dia akan pergi ke Witchave, sayang. Mulai sekarang, suster Reina akan merawatmu." Jawabnya lembut.

"Sebentar..." Margaret berusaha berpikir tetapi ia tak kunjung menemukan alasan yang logis sehingga ia melangkah begitu saja menghampiri Henrietta yang berdiri membatu di samping Elise.

"Mengapa kau pindah? Apakah ada hal yang tidak membuatmu betah disini? Katakan kepadaku, ada masalah apa memang?" Tanyanya penuh keingintahuan.

"Tidak ada masalah apa - apa, Yang Mulia. Semua baik - baik saja. Suster Reina akan tinggal disini atas perintah Yang Mulia Raja. Tidak ada cukup kamar disini sehingga aku akan kembali ke Witchave supaya suster Reina bisa tidur bersama Elise." Henrietta mengarang alasan yang sekiranya tidak mencurigakan.

"Bila begitu, maka kita perlu kembali ke Witchave supaya semua orang mendapat kamar masing - masing"

"Tidak bisa, Yang Mulia. Aku..."

"Yang Mulia, apakah kita akan kembali ke Witchave? Henrietta harus tetap bersamaku. Aku tidak mau pelayan yang lain." Margaret menoleh begitu saja pada Kenneth. Di balik wajahnya yang cemas, tatapan mata Margaret benar - benar menyiratkan ketulusan, membuat Kenneth tak bisa berkata apa - apa disana. Kepergian Henrietta adalah murni keinginan wanita itu sendiri.

"Henrietta, jangan pergi. Apakah kau tega meninggalkanku? Aku akan menemanimu bila nantinya kau tidur di sofa. Aku mohon jangan pergi." Margaret justru bereaksi lain. Ia menggenggam tangan Henrietta begitu saja dengan penuh pengharapan. Ketulusan hati Margaret benar - benar mengetuk hati nuraninya. Henrietta menjadi bimbang. Ia merasa tak bisa meninggalkan Margaret begitu saja karena jauh di dalam hatinya, ia merasa ikut bertanggungjawab atas apapun yang terjadi pada Margaret. Bagaimanapun juga, ia adalah pelayan utama permaisuri. Selain itu, Margaret juga sudah memperlakukannya dengan sangat baik dan kerap melindunginya dari amukan Kenneth saat ia membuat kesalahan - kesalahan kecil. Setiap tahun, Margaret selalu memberinya hadiah ulang tahun. Wanita itu telah memperlakukan Henrietta layaknya temannya sendiri. Melihat semua hal yang telah diberikan Margaret padanya selama ini membuat Henrietta berkaca sendiri. Bila Margaret selalu membahagiakannya, maka ia juga wajib ada saat Margaret sedang dalam masa sulitnya. Kesetiannya sedang diuji saat ini.

"Baiklah, aku akan tetap disini. Aku akan berbagi ranjang dengan Elise sehingga suster Reina bisa tidur di ranjangku. Ranjang Elise lebih besar, cukup untuk ditiduri oleh dua orang."

"Ya!" Margaret spontan memeluknya dengan senang. Kenneth dan Elise hanya memperhatikan mereka berdua dengan tatapan lega karena akhirnya Henrietta mengubah keputusannya.

***

Archer termenung lama di depan perapian. Saat itu hari sudah larut malam, orang tuanya pasti sudah tidur. Archer meminum arak dengan tatapan mata kosong. Di saat - saat seperti ini, Archer benar - benar terlihat sebagai manusia biasa yang memiliki banyak masalah dan berusaha untuk bertahan.

THE DAYS : Season 1 - House of ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang