28

106 11 12
                                    

Georja datang saat hari masih gelap. Ia datang bukan karena telah mendapat izin dari Kenneth untuk menemui Margaret. Ia datang karena Margaret sendiri yang memanggilnya. Wanita tua itu memeluk Margaret begitu saja saat ia melihat Margaret untuk pertama kalinya dalam puluhan tahun terakhir. Margaret berusaha untuk tidak menangis sekalipun ia masih berduka atas kematian Elise. Begitu juga dengan Georja, wanita tersebut nampak berkaca - kaca saat menatap Margaret.

"Ya Tuhan, aku bersyukur bisa melihatmu, Grace. Aku sangat khawatir dengan keadaanmu begitu skandal ini mulai merebak luas. Firasatku tidak meleset. Kau butuh bantuan disini."

"Aku ingin pulang." Ujarnya lirih. Spontan Georja mengangguk dengan cepat.

"Kau akan pulang. Aku yang akan membawamu pergi dari sini. Aku akan membawamu kembali ke rumahmu yang seharusnya. Ayah dan ibumu pasti bahagia melihatmu pulang ke Istana Godrech."

Margaret tak mengatakan apapun, tetapi air matanya menetes begitu saja saat Georja berkata demikian. Wanita tersebut cepat - cepat mengusapnya karena ia tak ingin menangis lagi. Untuk sesaat, waktu seakan berhenti. Para pelayan sedang menyiapkan barang - barang Margaret yang akan ia bawa pergi. Ya, mereka semua sedang membantu Margaret berkemas. Henrietta dan Tabib Beth berbincang mengenai pengobatan yang harus ditempuh Margaret sementara Georja dan Panglima Ansel sibuk membicarakan rute yang akan mereka tempuh dari Dakota menuju Godrech. Margaret berdiri sendirian disana, menatap kesibukan mereka masing - masing sementara ia sendiri masih dilanda duka yang mendalam sehingga ia tak ingin bicara dengan siapapun. Dunia ini terasa kurang tanpa kehadiran Elise di sisinya.

***

Pagi - pagi sekali, Mary keluar kamar mengendap - endap lalu turun dari paviliun Witchave. Ralat, selama beberapa hari terakhir, Mary selalu melakukan hal yang sama. Mary bahkan sengaja bangun saat hari masih gelap, semata - mata untuk memperhatikan kapan biasanya ayahnya bangun. Semua itu ia lakukan untuk bisa turun dari paviliun tanpa diketahui oleh ayahnya. Gadis itu hanya ingin memastikan bahwa ibunya masih ada di Istana. Bagaimanapun juga, keinginannya sangat kuat untuk ikut kemanapun ibunya pergi.

"Ibu." Mary datang dengan nafas terengah - engah. Nampaknya ia berlari supaya ia dapat mempersingkat waktu. Ia harus kembali ke paviliun sebelum ayahnya bangun.

"Mary? Ibu sudah lama sekali tidak melihatmu." Margaret terkejut saat ia bisa melihat Mary, tetapi gadis itu jauh lebih terkejut melihat saat ia bisa bertemu dengan ibunya. Biasanya, Margaret belum bangun saat Mary datang. Mungkin karena itulah Margaret tidak pernah tahu bahwa Mary datang setiap hari untuk menengok keadaannya. Namun sekarang, Mary melihat beberapa tas besar berjajar dengan rapi. Pakaian ibunya juga nampak formal, padahal sudah lama sekali Mary tidak melihat ibunya memakai gaun cantik. Biasanya, ibunya hanya memakai gaun sederhana berwarna putih yang lebih mirip dengan gaun tidur. Mary juga melihat mantel yang tergantung pada tiang, sepertinya sebentar lagi akan dipakai oleh ibunya.

"Ibu mau pergi kemana? Aku ikut." Ujarnya cepat.

"Ibu akan pulang ke Godrech, Mary."

"Mengapa ibu tidak memberitahuku? Aku ikut, ibu." Gadis itu memelas.

"Ibu akan berangkat sebentar lagi sedangkan butuh waktu lama untuk berkemas..."

"Aku sudah berkemas. Tunggu aku membawa barang - barangku, ibu. Aku ingin ikut dengan ibu. Tunggu aku, sebentar saja. Aku ingin ikut ibu, ibu sudah berjanji kepadaku." Pintanya sembari merengek. Margaret tidak memiliki pilihan lain saat Mary terus memohon seperti itu.

"Baiklah, mari bertemu di depan Istana. Ibu akan menunggumu."

"Terima kasih. Aku harus pergi sekarang sebelum ayah bangun." Spontan Mary memeluknya lalu beralih begitu saja. Georja dan yang lain hanya melihatnya dengan tatapan bingung.

THE DAYS : Season 1 - House of ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang