24

108 9 4
                                    

Saat Mary bangun tidur, ia terkejut mendapati ibunya duduk di depan perapian bersama ayahnya. Spontan gadis itu berlari ke arah ibunya, memeluk wanita tersebut dengan mata berkaca - kaca. Ya, Mary sangat merindukan ibunya.

"Mary, kau sudah bangun? Ibu tahu kau sedang tidur sehingga ibu tidak membangunkanmu tadi." Ujarnya lembut.

"Ya, aku baru saja bangun tidur. Aku sangat senang ibu datang kemari."

"Ibu juga senang bisa bertemu denganmu. Ayo, sekarang berkemaslah. Ibu akan meminta pelayan untuk menyiapkan makan malam untuk kita." Margaret menggiringnya pergi sementara Kenneth hanya memperhatikan mereka berdua dari belakang.

***

Makan malam berjalan sangat lancar. Suasana malam itu cukup hangat walaupun cuaca di luar sangat dingin. Mary tiada hentinya bercerita kepada ibunya. Padahal saat bersama Kenneth, gadis itu selalu diam dan merasa canggung. Kenneth tahu hal tersebut sehingga ia tidak ingin merusak kesenangan Mary atas pembicaraan tersebut, terutama saat Mary baru saja menyaksikan kejadian traumatis dimana Kenneth memukuli Archer habis - habisan. Sejujurnya, Mary tidak mau keluar kamar semenjak kejadian tersebut.

"Ibu, sekarang aku membaca lebih banyak buku! Aku membawa beberapa buku dari perpustakaan. Bila aku sudah membaca semuanya, maka aku akan mengembalikannya lalu menukarnya lagi dengan buku - buku yang lain."

"Benarkah? Buku apa saja yang kau baca?" Margaret menanggapi pembicaraan tersebut dengan baik.

"Banyak sekali! Beberapa adalah bacaan ringan, terkadang ada satu dua buku mengenai pemerintahan. Aku membacanya sebagai selingan."

"Itu pasti sangat menyenangkan. Dulu ibu juga suka mengambil buku dari perpustakaan lalu membacanya di kastil."

"Emily bahkan datang kemari saat aku tak kunjung mengembalikan buku - buku ke perpustakaan. Ia mengira aku lupa mengembalikannya!" Tawa Mary lepas seketika, diikuti oleh tawa Margaret pula. Kenneth hanya tersenyum mendengar gelak tawa mereka. Di balik canggungnya sikap Mary padanya, gadis itu sebenarnya mudah tertawa bila ia sudah bertemu dengan orang yang tepat. Margaret adalah salah satunya.

***

"Baa - Baa domba hitam apakah kau memiliki wol? Ya Tuan, tiga tas penuh. Satu untuk tuan saya dan satu untuk nyonya, serta satu lagi untuk anak yang hidup disana."

Mary menyanyikan lagu tersebut sembari menggelanyuti leher ibunya. Ia berada tepat di belakang Margaret yang sedang menyalakan lilin - lilin lalu membawanya. Ya, mereka akan pergi tidur karena ini sudah memasuki jam malam. Margaret masuk ke kamar Mary sehingga Kenneth memilih untuk tetap duduk di ruang santai. Lelaki itu berpikir bahwa Margaret pasti akan menemani Mary untuk tidur.

Tiba - tiba saja Henrietta datang seorang diri sembari membawa bungkusan hitam. Wajahnya nampak tenang sehingga Kenneth tak berpikiran buruk disana. Wanita tersebut menunduk sejenak sebelum meletakkan bungkusan tersebut tepat di depan Kenneth.

"Apa itu?" Tanyanya datar.

"Jangan lupa untuk meminumkan ramuan ini kepada permaisuri sebelum ia tidur, Yang Mulia. Ini wajib. Aku akan kembali kemari esok pagi. Selamat malam." Henrietta menunduk lagi lalu berjalan mundur sebelum pergi dari hadapan Kenneth. Lelaki itu melirik kepergian Henrietta dengan ekspresi yang tak dapat dijabarkan. Ralat, sebenarnya Kenneth merasa bahwa sikap sopan Henrietta hanya formalitas belaka. Selebihnya, sikap wanita paruh baya itu menunjukkan rasa ketidaksukaannya kepada Kenneth.

***

Margaret ketiduran di kamar Mary sehingga Kenneth menggendongnya kemudian memindakannya ke dalam kamarnya sendiri. Tidur wanita tersebut sangat pulas, membuat Kenneth menimbang lagi untuk membangunkan Margaret. Ia melirik bungkusan hitam yang tadi diberikan oleh Henrietta. Mulanya, ia akan memberikan ramuan tersebut kepada Margaret saat wanita tersebut selesai menidurkan Mary. Namun nyatanya, ia juga ikut tertidur sehingga Kenneth tak tega untuk membangunkannya. Pada akhirnya, Kenneth memilih untuk tak memberikan ramuan tersebut pada Margaret. Ia memilih untuk merebahkan dirinya di sebelah Margaret kemudian memejamkan matanya dengan tenang.

THE DAYS : Season 1 - House of ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang