Margaret mengerjap - ngerjapkan matanya saat ia mendengar suara nafas berat yang sejak tadi ada di sebelahnya. Tatapan Margaret jatuh pada Kenneth yang tidur di sofa yang berseberangan dengannya. Nyawa Margaret belum genap, tetapi tiba - tiba semua ingatan buruk yang ada di pikirannya menyeruak keluar. Margaret hampir terbunuh oleh kalimat - kalimat yang ia dengar dari otaknya sendiri.
Kenneth terlonjak saat ia mendengar suara teriakan Margaret yang mengejutkannya. Ia cepat - cepat bangkit untuk menenangkan wanita tersebut. Henrietta juga mendatangi Margaret, berniat untuk menenangkannya. Namun Margaret justru semakin memberontak diiringi oleh tangisan histeris yang membuat telinga siapapun yang mendengarnya terasa pengang. Bahkan kini wanita tersebut mengambil vas bunga yang ada di atas nakas lalu memukulkannya pada kepalanya sendiri. Baik Kenneth maupun Henrietta tercengang oleh apa yang baru saja mereka lihat.
***
Elise datang bersama Panglima Ansel dengan terburu - buru saat mereka mendengar bahwa baru saja terjadi insiden di Paviliun Monza pagi ini. Saat Elise menemui Margaret, wanita itu sudah dalam keadaan tertidur. Tangannya terikat ke depan. Di pelipis kirinya terdapat bekas luka kemerahan, menyerupai bercak darah yang akan mengering. Elise meneteskan air matanya detik itu juga.
"Ya Tuhan, Grace." Ia menunduk untuk memeluk Margaret lalu mencium keningnya dalam - dalam. Semua orang hanya meliriknya singkat karena mereka juga tidak bisa apa - apa, termasuk Kenneth yang sejak tadi memilih untuk diam seribu bahasa. Suster Reina nampak terkejut melihat keadaan Margaret saat ini.
"Kau harus merahasiakan apapun yang kau lihat disini. Kau mengerti?" Panglima Cedric membuka suaranya dengan tegas. Spontan Suster Reina mengangguk cepat.
"Apa saja perubahan yang terjadi pada permaisuri akhir - akhir ini?" Tanyanya hati - hati.
"Sejak sebulan yang lalu, permaisuri mulai berubah. Awalnya, ia menjadi sangat tempramen, sensitif, dan mudah menangis. Lalu dia mulai mengalami kesulitan tidur dan gangguan makan sehingga tubuhnya lemas. Ia juga cemas berlebihan sehingga emosinya menjadi tidak terkendali. Permaisuri mudah panik sehingga ia sering berteriak dengan alasan yang tidak kami ketahui. Ia kerap melakukan hal - hal aneh yang sebelumnya tidak pernah ia lakukan seumur hidupnya, seperti menggigit jari tangannya sendiri dan memukul - mukul kasur hingga tangannya memerah. Dan baru saja tadi pagi, aku dan Yang Mulia Raja melihatnya memukulkan vas bunga ke kepalanya sendiri sehingga Yang Mulia Raja terpaksa mengikat tangannya supaya ia tidak bertindak lebih jauh. Permaisuri menjadi orang yang sangat berbeda. Kami tidak bisa mengenalinya lagi." Henrietta menjelaskannya dengan sangat rinci, membuat Elise spontan bangkit supaya suster Reina dapat memeriksa keadaan Margaret.
"Apakah di keluarganya dulu ada yang memiliki riwayat depresi atau hal semacamnya?" Tanyanya sembari duduk di tepi ranjang. Wanita itu memeriksa denyut nadi Margaret sembari memperhatikan kondisi fisiknya baik - baik.
"Tidak ada. Ayah dan ibunya tidak ada yang menderita kelainan jiwa." Sahut Elise cepat.
"Apakah ada masalah besar yang menghantamnya saat ini?"
Spontan semua orang terdiam ketika suster Reina bertanya demikian. Ralat, mereka menunggu respon dari Kenneth karena rasanya sedikit kurang ajar bila mereka melangkahi Kenneth untuk urusan semacam ini. Bagaimanapun juga, hanya Kenneth yang memiliki hak untuk mengatakannya.
"Masalahnya sangat kompleks." Kenneth membuka suaranya sembari menoleh singkat. Kini giliran suster Reina yang terdiam karena ia tak bisa memprediksi mengenai masalah sebesar apa yang sedang dihadapi Margaret saat ini.
"Aku tidak ahli dalam bermain tebak - tebakan, tetapi ku rasa masalah yang dihadapi Permaisuri terlalu banyak dan membakar pikirannya perlahan. Bisa juga ada faktor lain yang memperparah kondisinya. Namun dari fisik dan kesehatannya, memang kondisi Permaisuri sedang tidak baik - baik saja. Nadinya terasa sangat lemah dengan malnutrisi yang buruk. Ku rasa akan lebih baik bila Permaisuri diberi suasana baru yang jauh dari Istana. Mungkin kita bisa memindahkannya ke wisma kerajaan untuk sementara."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DAYS : Season 1 - House of Chaos
Historical FictionWRITTEN IN BAHASA THIS STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY ME, NO PLAGIARISM ALLOWED *** From The Days Universe THE DAYS : Season 1 - House of Chaos Keluarga Days : Musim 1 - Rumah Kehancuran *** Tak ada lagi kehidupan indah bak dongeng *** Godwhite mema...