Margaret tak bisa mengingat apapun saat ia terbangun begitu saja dengan kepala yang terasa berat. Samar - samar, ia mendengar suara orang berbicara walaupun suara mereka sangat pelan. Margaret berusaha membuka matanya perlahan, mencari siapapun yang ada di sekitarnya saat ini.
"Kau sudah sadar? Apakah kau bisa mendengar suaraku?"
Margaret menoleh ke kiri saat ia mendengar suara tersebut. Kenneth tersenyum sekilas kepadanya. Margaret bahkan merasa bingung mengapa Kenneth bisa ada di kamarnya sekarang.
"Ken." Ujarnya singkat.
"Ya, aku disini." Kenneth yang sejak tadi menggenggam tangan Margaret kini menciumnya dalam - dalam. Saat Margaret berhasil mengingat semuanya, tiba - tiba saja ia menangis. Tangisannya pelan, tetapi sangat pilu.
"Sayang, ada apa ini? Kau tahu kau bisa menceritakan apapun kepadaku." Kenneth menghampirinya dengan sigap. Ia duduk di tepi ranjang, sedikit membungkuk sehingga kini ia dapat bertatapan langsung dengan Margaret.
"Ken, aku..." Belum sampai Margaret berbicara, ia sudah menangis duluan. Kenneth mengusap air matanya dengan telaten, menunggu Margaret siap untuk berbicara.
"Margaret." Panggilnya pelan seraya menenangkan permaisurinya tersebut. Tangisnya memang mereda, tetapi tidak dengan duka yang dipancarkan melalui mata wanita tersebut.
"Ken, aku ingin pulang ke rumahku sendiri. Aku tidak ingin berada disini lagi. Ini sudah di luar kemampuanku." Ujarnya gemetar sembari menatap Kenneth dalam - dalam. Kenneth termenung seketika. Hatinya hancur berkeping - keping.
"Kau mau pergi kemana, Margaret? Ini adalah rumahmu. Katakan, apa yang kau inginkan sekarang. Aku akan mengabulkan semua keinginanmu." Lelaki itu berusaha membujuknya sembari mengecup tangan Margaret yang sejak tadi ia genggam.
"Aku tidak meminta apa - apa darimu, Ken. Aku hanya ingin pulang ke Godrech. Aku sudah tidak bisa bertahan disini lebih lama lagi. Tolong aku."
Kenneth membatu saat mendengar Margaret meminta hal tersebut dengan sungguh - sungguh. Ia tetap terdiam hingga kesadaran Margaret kembali hilang perlahan. Wajah cantik wanita tersebut kini dipenuhi oleh lebam akibat kecelakaan tadi pagi yang dialaminya. Kenneth baru saja menyadari bahwa ia sudah lalai dalam menjaga Margaret sehingga kini wanita tersebut sangat menderita di dalam rumahnya sendiri, rumah yang telah Kenneth janjikan padanya.
***
Malam itu, Kenneth tak bisa tidur sehingga ia terjaga di depan perapian. Paviliunnya sangat luas sehingga Kenneth merasa kesepian disini. Mary ada di kamar depan, Kenneth telah mengeceknya dan putrinya tersebut sudah tidur sejak tadi. Kenneth memang kembali larut malam sehingga ia tidak bertemu dengan Mary.
Cedric melangkah masuk dengan hati - hati. Ia memutuskan untuk tidak pulang setelah serangkaian kejadian mengerikan yang terjadi di Istana hari ini. Ia melihat perapian yang masih menyala, menandakan bahwa Kenneth masih terjaga malam ini. Lelaki itu menunduk sejenak untuk memberi hormat. Kenneth tak menoleh, tetapi melalui ekor - ekor matanya, ia tahu bahwa Cedric ada disana sehingga ia segera memberi kode kepada Cedric untuk mendekat.
"Apa yang kau lakukan disini? Mengapa kau tidak pulang? Istana ini bukan tempat yang nyaman untuk dijadikan tempat tinggal." Tanpa basa basi, Kenneth menyingung mengenai semua masalah yang ada di Istana Dakota akhir - akhir ini. Cedric terdiam sejenak. Ia harus menata kalimatnya baik - baik sebelum bicara kepada Kenneth.
"Aku sudah bicara dengan Henrietta tadi. Ia berkata bahwa ibu suri sempat berpapasan dengan permaisuri saat permaisuri baru saja keluar dari ruang sambutan. Ibu suri berkata bahwa permaisuri adalah orang yang lemah. Cepat atau lambat, ia akan ditinggalkan oleh semua orang di Istana ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DAYS : Season 1 - House of Chaos
Исторические романыWRITTEN IN BAHASA THIS STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY ME, NO PLAGIARISM ALLOWED *** From The Days Universe THE DAYS : Season 1 - House of Chaos Keluarga Days : Musim 1 - Rumah Kehancuran *** Tak ada lagi kehidupan indah bak dongeng *** Godwhite mema...