Sore itu, sebuah surat datang dari Godwhite. Surat tersebut ditujukan untuk Elise sehingga Kenneth meletakkan kecurigaan. Ia bahkan tak tahu sejak kapan Elise berkirim surat dengan orang - orang yang ada di Godwhite.
"Kau berkirim surat dengan siapa, Elise?" Tanyanya datar.
"Dengan Georja."
"Siapa dia?"
"Bibinya Grace." Sahutnya singkat, tetapi cukup membuat Kenneth terkejut.
"Bukankah Margaret sudah tidak memiliki keluarga lagi?"
"Ya, secara kasat mata, dia sudah tidak memiliki keluarga lagi karena hanya dia yang tersisa dari Keluarga Court. Namun Grace memang memiliki seorang bibi. Dulu, mendiang Pangeran Russel pernah menikah dengan Georja. Namun seperti kebiasaan Keluarga Court pada umumnya, mereka suka menyimpan selir diam - diam. Hal tersebut diketahui Georja sehingga ia pergi meninggalkan Istana Godrech. Semenjak saat itu, ia menjadi suster di gereja. Sebenarnya, ia tidak pernah bercerai dari Pangeran Russel sehingga orang - orang di gereja menjadi lebih segan kepadanya. Sekarang, Georja menguasai suara di gereja - gereja yang berada di Godrech." Elise bercerita sembari membaca surat tersebut dengan seksama.
"Lalu bagaimana dia bisa mengirim surat kepadamu? Apa urusannya denganmu?" Kenneth tetap pada target awalnya. Ia harus tahu mengenai apa saja yang dilakukan orang - orang yang berada di rumahnya.
"Panglima Ansel sepertinya mengirim surat kepada Georja mengenai perkembangan skandal kemarin. Mungkin ia juga mengabarkan mengenai keadaan Grace saat ini sehingga Georja menanyakan kebenarannya kepadaku. Kemarin aku sudah sempat membalas suratnya dan sekarang ia membalas suratku kembali. Ia menanyakan mengenai perkembangan kabar Grace. Ia berkata bahwa ia siap menjemput Grace kapanpun itu. Sebenarnya, di surat pertamanya kemarin, ia meminta Grace dipulangkan apabila kondisinya semakin tidak terkendali."
"Aku sudah memberitahu berulangkali bahwa aku tidak mengizinkan Margaret dibawa keluar Istana dalam alasan apapun." Tandasnya tajam. Elise menutup suratnya detik itu juga lalu memasukkannya kembali ke dalam amplop. Kebetulan Archer baru saja datang, tetapi lelaki itu sudah mencium bau - bau perdebatan yang ada disana.
"Aku tahu, Yang Mulia. Namun aku tetap akan melakukan tugasku sebagaimana mestinya. Aku tetap akan transparan kepada orang - orang terpercaya mengenai kondisi Grace saat ini karena Grace bukan hanya sekedar permaisurimu, Yang Mulia. Kau pasti paham dengan apa yang ku bicarakan barusan. Aku permisi." Elise menunduk sejenak lalu pergi dari hadapan mereka berdua.
"Ayah." Archer cepat - cepat menghampiri Kenneth yang sejak tadi terlihat masam.
"Ada apa ini?" Tanyanya datar.
"Bibi ibumu meminta ibumu dipulangkan ke Godrech apabila kondisinya memburuk. Memangnya dia siapa bisa mengatur Margaret sesuka hatinya? Aku benci sekali dengan segala sesuatu berbau Godwhite. Demi Tuhan, mengapa istriku harus lahir dari kerajaan bermasalah seperti itu!" Kenneth terus menggerutu. Archer hanya diam, membiarkan ayahnya selesai dengan kemarahannya sendiri.
"Ayah, aku ingin bersikap netral disini. Sebenarnya, aku tidak mau ibu dibawa kemana - mana. Namun aku bisa memahami mengapa orang - orang Godwhite ingin ibu dipulangkan. Ibu adalah satu - satunya pewaris monarki. Godwhite menganggap ibu bukan hanya sekedar ratu, melainkan ibu bagi mereka semua. Ayah tahu pasti itu."
"Jadi maksudmu, kau mendukung ibumu dipulangkan ke Godrech?" Kenneth meninggi disana.
"Tidak, bukan itu maksudku. Aku hanya menjelaskan kondisinya, ayah." Archer cepat - cepat meralat ucapannya supaya ia tak terkena amukan ayahnya.
"Archer, kau sudah kembali?" Tiba - tiba Margaret muncul sembari menguap panjang. Spontan Archer menghampiri ibunya lalu mencium tangannya.
"Aku harus mengantarkan Windham lebih dulu untuk kembali ke wismanya karena ia akan pulang besok di pagi buta."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DAYS : Season 1 - House of Chaos
Ficção HistóricaWRITTEN IN BAHASA THIS STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY ME, NO PLAGIARISM ALLOWED *** From The Days Universe THE DAYS : Season 1 - House of Chaos Keluarga Days : Musim 1 - Rumah Kehancuran *** Tak ada lagi kehidupan indah bak dongeng *** Godwhite mema...