21

51 8 0
                                    

Cedric pulang ke rumah larut malam setelah ia menyelesaikan perbincangan mendalam dengan Kenneth. Wajahnya terlihat lelah. Keadaan rumah sudah sepi, sepertinya Peter dan Wendyln sudah tidur sejak tadi. Tentu saja, ini sudah tengah malam.

"Akhirnya kau pulang juga. Kau mau makan? Atau minum mungkin?" Rowena muncul dari ambang pintu sembari membenarkan posisi gaun tidurnya. Sementara itu, Cedric justru menatapnya lekat - lekat.

"Bagaimana kau bisa ada disana tadi?" Tanyanya mendalam. Rowena hanya tersenyum tipis. Tentu saja ia tahu bahwa Cedric akan menanyakannya.

"Permaisuri adalah temanku. Ralat, dia adalah sahabat baiku. Aku tidak bisa diam saja saat melihat kondisi sahabatku diperlakukan dengan buruk seperti itu."

"Ya, dan kini kau memancing keretakan hubunganku dengan Yang Mulia Raja." Sahutnya cepat.

"Katakan kepadaku, Ced. Jauh di dalam lubuk hatimu, bagaimana perasaanmu saat melihat kondisi permaisuri?" Rowena memutarbalikkan pertanyaan itu sehingga Cedric kehabisan kalimat.

"Kau sedih, akui saja itu. Bagaimanapun juga, dia yang selalu membantuku saat aku sedang melewati masa - masa sulitku bersama Peter dulu. Kau punya hutang budi kepadanya. Bila kau tidak merasa sedih, tidak mungkin kau menceritakan mengenai kondisinya kepadaku setiap hari. Kau peduli, tetapi kau tidak bisa bergerak karena kau berada di sisi Yang Mulia Raja." Tandasnya tajam. Lagi - lagi, Rowena benar.

"Dengar, aku hanya melakukan apa yang menurutku benar. Katakan kepada Yang Mulia Raja bahwa lebih baik ia mempersiapkan diri untuk melepas permaisuri. Selamat malam." Rowena mengatakannya dengan lugas. Belum sampai ia melangkah pergi, Cedric mencegahnya dengan menarik lengan wanita tersebut kuat - kuat.

"Katakan kepadaku, siapa dalang dari rencana ini?"

"Kau bertanya kepadaku? Mengapa kau tidak mencari tahu sendiri?"

"Rowena, bekerjasamalah denganku!" Bentaknya keras. Cedric menjadi tidak sabaran malam itu.

"Kau mau tahu siapa dalang dari rencana ini? Jawabannya adalah banyak orang! Kau bahkan tak akan bisa membayangkan bagaimana cepatnya rencana ini berjalan. Kami bisa membantu permaisuri pergi hari ini juga bila ia mau. Namun ia tidak berkehendak pergi selagi nasib Elise belum jelas. Jangan lupa juga, permaisuri berniat menceraikan Yang Mulia Raja. Mungkin ia berniat untuk menyelesaikan perceraiannya terlebih dahulu sebelum pergi meninggalkan Dakota." Ujarnya menggebu - gebu. Cedric nampak terkejut dengan ucapan Rowena barusan.

"Jangan terkejut seperti itu, aku tahu semuanya. Terserah bila kau tetap berdiri di sisi Yang Mulia Raja, tetapi semua orang pasti akan berpihak kepada permaisuri. Kau sendirian bersama rajamu, Ced." Lanjutnya lagi dengan seringai jahatnya. Saat itu juga Cedric mendekatkan bibirnya tepat di samping telinga Rowena.

"Hati - hati dengan ucapanmu, Rowena. Kau sedang membawa namaku sebagai suamimu. Bergosip mengenai keluarga kerajaan adalah hal yang paling berbahaya, terutama mengenai Yang Mulia Raja."

Sedetik kemudian, Cedric melepas Rowena begitu saja lalu beranjak masuk ke kamar begitu saja. Rowena masih terdiam sembari memperhatikan langkah Cedric. Lelaki itu benar - benar setia kepada Kenneth, berkebalikan dengan Rowena yang mendukung Margaret hingga titik darah penghabisan.

***

Margaret terbangun dengan keadaan yang kacau. Ia menangis sembari meraung - raung, membuat Henrietta dan Suster Reina bingung bukan main. Sekarang, menjaga Margaret menjadi dua kali lipat lebih sulit, terutama saat tak ada Elise di sisi mereka. Biasanya, wanita tersebut adalah orang yang mampu meredam kegelisahan Margaret. Namun sekarang, Henrietta harus melakukannya seorang diri karena Suster Reina tidak bisa membantu banyak.

THE DAYS : Season 1 - House of ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang