Keesokan harinya. Pada siang hari. Alden Godfrey menatap kagum pada bangunan besar di depannya. Bentuk bangunan itu sangat unik seperti gedung pencakar langit.
Bangunan tersebut adalah perusahaan Astra Light. Perusahaan Astra Light merupakan salah satu perusahaan terbesar di Asia.
Alden Godfrey tidak menyangka bahwa pria tua itu berkerja di perusahaan tersebut. Pantas saja pria itu kemarin mengirimkan uang lebih padanya.
Alden Godfrey kemudian masuk ke dalam. Ketika pemuda itu masuk, seorang wanita menyambut dengan sopan dan ramah yang menjabat sebagai resepsionis.
Pada saat Alden Godfrey akan bertanya padanya. Wanita itu langsung menyuruh untuk pergi ke lantai 45. Dimana lantai tersebut merupakan lantai terakhir.
Dalam lift. Alden Godfrey termenung sejenak. Kemudian pemuda itu mengangkat paper bag yang berisi beberapa jenis kue terenak di tokonya. Dia tersenyum lebar.
Lift berhenti. Alden Godfrey keluar dari benda tersebut. Hal yang pertama terlihat adalah sebuah lorong. Kemudian dia segera berjalan di lorong tersebut.
Lima menit kemudian. Alden Godfrey terlihat kebingungan mencari ruangan pihak lain. Resepsionis mengatakan bahwa ruangan pria itu berpintu gold. Pada saat kebingungan, terlihat seorang pria dewasa menghampirinya.
"Permisi, apa anda tuan Alden?"
Alden Godfrey langsung menatap pria tersebut. Dia tersenyum lebar, dan menjawab dengan sopan. "Tentu. Saya Alden Godfrey."
Pria dewasa itu tertegun melihat senyuman itu. Sangat manis, kemudian dia mencoba kembali tersadar.
"Kemari tuan. Presiden sudah menunggu anda."
Alden Godfrey mengerutkan alisnya, saat mendengar. Dia bertanya dalam benaknya. Presiden? Apa maksudnya?
Tidak lama kemudian. Alden Godfrey sedikit terkejut melihat pintu di depannya. Apa pintu itu terbuat dari emas? Sangat mewah.
"Silahkan masuk."
Alden Godfrey mengangguk. Kemudian dia mengucapkan terima kasih. Setelah itu, dirinya perlahan membuka pintu tersebut dan masuk ke dalam.
Pada saat Alden Godfrey masuk. Dia terperangah, ruangan tersebut sangat elegant dan clasic. Dia tidak akan bosan jika berlama di ruangan ini.
Kemudian pemuda itu melihat ke depan, dan terkejut. Ternyata pihak lain sedang menatapnya tanpa ekspresi.
......
Ketika pria tua itu memberikan akta pernikahan kepadanya. Dia masih mematung. Dia tidak memiliki cara apa pun untuk mencerna apa yang baru saja terjadi?
Alden Godfrey menatap kosong pada dokumen tersebut. Dia tidak memiliki cara untuk menerima kenyataan bahwa dirinya kini sudah menjadi suami sah orang lain.
Kemudian pemuda itu menatap pihak lain. Wajahnya sudah berubah menjadi pucat. Dia bergumam pelan. "Aku harus bangun. Ini mungkin hanya mimpi belaka."
Tetapi karena di ruangan tersebut senyap. Sehingga gumaman pemuda itu terdengar oleh pihak lain.
"Kau tidak bermimpi." Suaranya sangat dalam terkesan dingin. Wajahnya tanpa ekspresi menatap pemuda itu.
Alden Godfrey kembali tersadar. Kemudian dia menatap pihak lain, dan tersenyum canggung.
"Tuan pasti bercanda bukan?"
"Apa aku terlihat bercanda?" Pria tua itu membalas dengan tatapan tajam.
Alden Godfrey menelan ludahnya. Dia tidak tahu harus bahagia atau menangis.
"Apa kau tidak mengingat-ku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Kesalahan (Tamat)
Teen FictionSuatu hari Alden Godfrey menemukan kekasihnya bermain dengan orang lain dibelakang. Dengan perasaan sakit hati, pemuda itu pergi mengunjungi bar. Dia berpikir bahwa mengunjungi bar adalah yang terbaik untuk menenangkan hati dan pikiran. Tetapi siapa...