Bab 26 : Penculikan (1)

7.2K 570 15
                                    

Alden Godfrey tidak mengerti kenapa dia menangis? Apa karena dia kecewa bahwa suaminya adalah seorang mafia? Atau karena dia belum mengenal lebih jauh tentang suaminya? Apa karena hal lain?

Setelah cukup berlari, menjauh dari villa tersebut, Alden Godfrey memutuskan untuk beristirahat sejenak. Tetapi, baru saja dia akan menyandarkan tubuhnya pada pohon. Suara teriakan Ghassan Al-zam terdengar menggema, dan suara itu berbeda dari biasanya.

Pemuda langsung berdiri, dengan sedikit ketakutan dia kembali berlari. Alden Godfrey menghela nafas lega begitu melihat jalan raya, dia mempercepat berlarinya.

Alden Godfrey membungkuk dengan kedua tangannya menopang pada lutut, dia mencoba untuk mengatur nafasnya yang memburu. Tiba-tiba dari arah kejauhan tampak sebuah cahaya melaju ke arahnya, yang tidak lain adalah sebuah mobil.

Alden Godfrey tersenyum bahagia, sebaiknya dia menumpang pada kendaraan itu. Dia langsung melambaikan tangannya, mencoba untuk menghentikan mobil tersebut.

Siapa sangka mobil tersebut berhenti, dia langsung mendekati mobil itu dan mengetuk kacanya. Kaca mobil perlahan terbuka, dan terlihat seorang pria dengan penampilan yang menurutnya sedikit aneh terdapat bercak merah di pakaian putihnya, karena cahaya di dalam mobil tersebut minim, jadi dia tidak bisa melihat wajahnya.

Alden Godfrey menduga pria itu sudah dewasa, terlihat dari bentuk tubuhnya.

"Tuan, bolehkah saya menumpang? Seseorang sedang mengejar saya." Kata Alden Godfrey dengan wajah panik. Dia mencoba untuk terlihat sangat ketakutan.

Tetapi siapa sangka pihak lain menganggukkan kepalanya, tanpa mengatakan apa pun.

Alden Godfrey segera membuka pintu dan masuk ke dalam, dia langsung menyandarkan tubuhnya pada kursi, menghela nafas lega. Tetapi, suara berat dan dingin dari pria itu membuatnya membeku.

"Sudah berlarinya? Hm."

Pria itu langsung menyalakan lampu mobil dan menampilkan fitur wajah yang tampan.

Alden Godfrey terdiam sejenak melihat suaminya itu, walaupun penampilan pria tua itu hanya mengenakan kemeja putih dengan kedua kancing atasnya terbuka dan terdapat bercak darah, itu terkesan sangat seksi dan tampan menurutnya.

"Terpesona huh?"

Kesadaran Alden Godfrey langsung pulih kembali mendengar suara berat tersebut, tepat di depan wajahnya.

Pemuda langsung mendorong tubuh pihak lain, dia segera membuka pintu tetapi hasilnya nihil, pintu mobil sudah terkunci.

"Mau kemana bunny?" Ghassan Al-zam kembali mengungkung tubuh pemuda.

Alden Godfrey tidak menanggapi, dia memalingkan wajahnya tidak ingin melihat pria tua itu. Melihat tingkah pemuda seperti itu, membuat wajah Ghassan Al-zam sedikit terluka.

Apakah pemuda benar-benar kecewa padanya atau takut padanya?

"Bunny? Lihat aku." Ghassan Al-zam memegang lembut pipi pemuda agar menghadapnya.

Alden Godfrey kemudian menatap kedua mata pria tua itu, dia tertegun melihat mata pihak lain berkaca-kaca. Apakah pria tua itu menangis?

"Maaf, maaf, maaf. Maafkan suami. Aku sudah gagal menjadi suami yang baik, maafkan aku." Ghassan Al-zam menjatuhkan kepalanya pada bahu pemuda dan air matanya mengalir.

Dia teringat kejadian beberapa menit yang lalu, dimana dia hampir saja membunuh istri kecilnya.

"Apa bunny takut padaku? Maafkan aku yang hampir membunuh bunny." Suara Ghassan Al-zam terdengar serak.

Alden Godfrey terdiam, dia tidak menyangka bahwa seorang pemimpin mafia akan menangis memohon maaf padanya. Dia kemudian menghela nafas panjang, mencoba untuk menenangkan dirinya.

Satu Kesalahan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang