Bab 14 : Suami hanya menyukai bunny

11.9K 785 7
                                    

Alden Godfrey masuk ke dalam ruangan kerja dengan wajah muram. Dia bahkan menutup pintu dengan keras. Beruntung saat ini pelanggan tidak terlalu ramai.

Dia mendudukkan dirinya di sofa, sambil mendengus dingin. Tidak lama kemudian, pintu terbuka. Keyla Mehdawi masuk ke dalam.

"Bos, apa kau baik-baik saja? Apa yang dia katakan?"

Alden Godfrey menghela nafas panjang, dan menjawab. "Aku baik-baik saja. Dia hanya meminta maaf, dan ... "

Dia tidak perlu melanjutkan kata-katanya. Pihak lain sudah lebih dulu paham. Keyla Mehdawi berkata dengan kesal. "Pria sampah! Dengan tidak tahu malunya. Dia meminta mu untuk memberikan kesempatan kedua padanya, sungguh sampah!"

"Kau jangan luluh terhadapnya."

"Aku tidak akan. Aku sudah tidak memiliki perasaan apapun lagi padanya. Yang ada hanya kebencian."

"Alden, lebih baik kau beritahu suami-mu tentang dia."

Alden Godfrey tertegun. Dia langsung menatap pihak lain. Dengan gelisah berkata. "Haruskah? Aku takut dia akan berpikir buruk tentang ku, atau marah padaku."

"Tidak akan. Aku yakin Alex tidak akan semudah itu untuk menyerah padamu. Dia sangat terobsesi dengan mu. Jadi, dia pasti merencanakan sesuatu."

"Aku juga berpikir seperti itu." Alden Godfrey mengangkat kedua tangannya, dan mengusap alisnya.

Melihat suasana pihak lain sedang tidak baik-baik saja. Keyla Mehdawi berkata lembut. "Baiklah. Lebih baik, kau istirahat sekarang. Aku kembali bekerja."

Alden Godfrey mengangguk. Setelah pihak lain pergi. Dia termenung sejenak. Haruskah dia memberitahu tentang masa lalunya?

Alden Godfrey menghela nafas kasar, dan langsung merebahkan dirinya di sofa. Lalu memejamkan matanya.

Di sisi lain. Di perusahaan Astra Light. Wajah Ghassan Al-zam terlihat tidak begitu baik, ketika mendengar laporan dari anak buahnya. Yang bertugas untuk mengawasi istrinya.

[ Kerja bagus. Kembali bekerja, jangan sampai terjadi sesuatu pada istriku. Kau awasi dia dari jarak jauh. ] Ghassan Al-zam berkata dingin.

Dia langsung menutup ponselnya, bahkan tidak menunggu pihak lain membalasnya. Menaruh ponselnya, Ghassan Al-zam bergumam.

"Alex Turner?"

Dia merasa tidak asing dengan nama itu. Dia seperti mendengar seseorang pernah menyebutkan nama tersebut. Haruskah dia mencari tahu tentang pria itu?

Tanpa berpikir panjang. Ghassan Al-zam langsung menghubungi asisten pribadinya. Kemudian dia langsung mengatakan tujuannya.

Setelah itu, dia menaruh ponselnya. Menunggu hasil dari pihak lain. Tidak lama kemudian, ponselnya berbunyi. Dia berpikir bahwa itu pesan dari asisten pribadinya.

Ghassan Al-zam langsung mengerutkan alisnya, melihat pesan tersebut.

Hannah Al-zam.
[ Kakak, bisakah kita bertemu malam ini? Aku ingin membicarakan sesuatu yang penting padamu. ]

[ Kau bisa langsung mengatakan hal penting padaku, sekarang. ]

[ Tidak bisa. Mari bertemu di restoran xx. Aku berharap kakak bisa datang. ]

[ Baiklah. ]

Setelah bertukar pesan. Dia kembali menaruh ponselnya. Dia termenung sejenak, kemudian dia tiba-tiba teringat akan sesuatu. Untuk menjadi suami yang baik, ketika akan berpergian keluar rumah, seorang suami harus meminta izin terlebih dulu pada istri.

Satu Kesalahan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang