Bab 25 : Pemimpin Mafia

7.6K 623 10
                                    

Alden Godfrey segera memasukkan kembali foto-foto tersebut pada kotak ketika mendengar suara teriakan suaminya yang menyuruh untuk cepat kembali. Dia kemudian berjalan menuju ruang dapur dan menyembunyikan kotak tersebut di sana.

Pada saat Alden Godfrey kembali ke ruang tengah, dimana suaminya tengah menonton televisi, dia langsung di berikan pertanyaan oleh pria tua itu.

"Siapa yang menekan bel pintu?"

"Bukan siapa-siapa, hanya seorang kurir paket. Aku memesan sebuah gantungan kunci untuk Keyla." Kata Alden Godfrey sambil mendudukkan dirinya di pangkuan pria tua itu.

"Benarkah?" Ghassan Al-zam kembali memeluk erat pemuda dengan wajahnya langsung menelusup pada leher putihnya.

"Ya. Suamiku." Alden Godfrey mengusap lembut rahang pihak lain.

"Kenapa bunny memberikan gantungan kunci padanya? Apakah dia sedang ulang tahun?" Suara Ghassan Al-zam semakin tajam, dia tahu bahwa pemuda berbohong, terlihat dari sikapnya yang tidak ingin menatap dirinya saat menjawab.

Mendengar pertanyaan tersebut, Alden Godfrey menjadi gugup, lalu dia berkata, "Tidak. Sepupunya yang berulang tahun."

"Benarkah? Apa ... "

"Sudah, jangan banyak bertanya. Aku menjadi kesal padamu, suami. Malam ini kau tidur di luar." Dengan wajah kesal Alden Godfrey beranjak, dan langsung melenggang pergi meninggalkan pria tua itu yang mematung di tempat.

"..."

Kesadaran Ghassan Al-zam pulih saat pria tua itu mendengar suara hentakan kaki, dia langsung beranjak dan mengejar pemuda.

"Bunny, maafkan aku! Aku tidak akan bertanya lagi. Jadi, mari kita kembali menonton televisi."

Alden Godfrey tidak menanggapi. Ketika dia sudah masuk ke dalam, dia langsung menutup pintu dengan keras tepat di depan wajah pria tua itu.

Ghassan Al-zam menghela nafas berat, dia seharusnya tidak terlalu banyak bertanya, terlebih pemuda tengah hamil. Seorang istri yang sedang hamil akan sangat sensitif terhadap apa pun.

"Bunny, tolong buka pintunya. Aku ingin tidur di dalam sambil memelukmu." Ghassan Al-zam berkata dengan pelan sambil menyandarkan kepalanya pada pintu.

Menunggu sampai dua menit, tidak ada jawaban sama sekali.

Sepuluh menit, tidak ada. Ghassan Al-zam terus membujuk pemuda. Tetapi hingga satu jam lamanya pemuda tidak kunjung membuka pintu.

Dengan wajah cemberut pria tua itu turun ke bawah dan tidur di ruang tengah dengan keadaan belum mandi.

......

Pagi hari, saat Ghassan Al-zam bangun. Dia berpikir bahwa pemuda tidur di atasnya sama seperti sebelumnya, tetapi kali ini tidak ada, hanya ada sebuah selimut.

Ghassan Al-zam tersenyum kecil, kemudian dia langsung beranjak bangun dan pergi ke lantai atas. Wajahnya cemberut tidak ada pemuda di kamar, dia menduga pihak lain lebih dulu berangkat kerja.

Pada saat dia akan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, suara ponsel miliknya berbunyi di meja nakas, dia kemudian mengambilnya. Wajahnya menampilkan kerutan saat melihat nama asistennya tertera.

[ Ada apa? ] Suara Ghassan Al-zam berubah dingin.

[ B-bos, maaf mengganggu. Para tikus itu kembali membuat masalah dan kami tidak bisa mengatasinya. ] Suara asisten itu terdengar panik dan gugup.

[ Kali ini, apa yang mereka perbuat? ]

[ Mereka menyerang anggota kita bos, banyak anggota kita yang terbunuh dan mereka juga menyerang kami, saat kami melakukan perdagangan senjata di pelabuhan xx. ]

Satu Kesalahan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang