Bab 23 : Nomor tidak dikenal

8.6K 625 18
                                    

"Aku sudah menduga hal ini akan terjadi. Ketika kau mengatakan bahwa, kau selalu mengalami mual di pagi hari. Aku langsung berpikir bahwa kau tengah hamil." Keyla Mehdawi berkata dengan raut wajah bahagia, dan matanya berbinar-binar.

Alden Godfrey tersenyum tipis. Kemudian dia berkata, "Dokter mengatakan bahwa usia kehamilanku baru memasuki satu minggu."

"Benarkah? Wah, Alden kau sangat beruntung. Ini adalah titipan dari Tuhan padamu, aku berharap kau menjaganya dengan baik."

"Tentu, aku akan." Alden Godfrey tersenyum lebar memperlihatkan gigi kelincinya, tetapi wajahnya langsung berubah murung saat mengingat sesuatu.

Bagaimana jika ketika dia memberitahu suaminya, pihak lain akan memandang dirinya aneh dan jijik? Dan langsung meninggalkannya. Memikirkan hal tersebut membuat dia ketakutan, wajahnya langsung berubah pucat.

Melihat wajah temannya tidak begitu baik, Keyla Mehdawi mengerutkan alisnya dan bertanya, "Alden, ada apa?"

Alden Godfrey langsung menatap pihak lain, dan berkata dengan gelisah, "Menurutmu, haruskah aku memberitahu suamiku?"

"Pertanyaan yang sangat bodoh, tentu saja kau harus. Kau hamil anaknya, bagaimana bisa kau tidak memberitahu." Wajah Keyla Mehdawi terlihat kesal saat mengatakannya.

Alden Godfrey tertawa datar, kemudian wajahnya kembali murung. Dia berkata, "Aku takut dia memandangku aneh dan jijik."

Keyla Mehdawi memutar bola matanya malas, lalu berkata, "Kau bodoh. Itu tidak mungkin, jika dia benar-benar menyukai-mu tidak peduli kau seperti apa, pria itu tidak akan meninggalkan-mu. Dan aku yakin pria itu akan sangat bahagia mendengar kabar ini."

"Benarkah?"

Keyla Mehdawi mengangguk mantap. Alden Godfrey langsung tersenyum lebar, beruntung dia memiliki teman sepertinya yang selalu menasehati dan ada untuknya.

"Terima kasih."

Keyla Mehdawi hanya tersenyum. Kemudian keduanya keluar dari rumah sakit dan berpisah. Untuk hari ini dia menutup toko kuenya lebih awal, jadi dia menyuruh pihak lain untuk pulang ke rumah dan dirinya pergi ke perusahaan.

......

Dua puluh menit kemudian. Di perusahaan Astra Light.

Perlahan Alden Godfrey mengetuk pintu ruang kerja suaminya. Kemudian terdengar suara berat dari dalam yang menyuruhnya untuk masuk.

Begitu dia masuk ke dalam, dia terkejut melihat suaminya berdiri dengan bersandar pada meja kerjanya sambil tersenyum lebar.

Alden Godfrey terdiam sejenak, dia menaikkan salah satu alisnya, menatap heran dan aneh pihak lain. Tidak biasanya pria itu tersenyum seperti itu.

"Bunny, kenapa terlambat datang?" Ghassan Al-zam mendekati pemuda dan membantunya untuk duduk di sofa.

"Maaf, tadi ada begitu banyak pelanggan." Alden Godfrey menjawab dengan lembut sambil menaruh kotak makan siang pada meja.

Alden Godfrey semakin mengerutkan alisnya melihat suaminya yang masih tersenyum lebar, dia bahkan bisa merasakan suasana hati pihak lain tengah bahagia.

"Suami, apa terjadi sesuatu? Sehingga membuat suami menjadi bahagia hari ini."

"Tidak. Aku bahagia karena istriku datang." Ghassan Al-zam menatap binar pihak lain.

Melihat wajah pihak lain yang terlihat aneh, membuat Alden Godfrey sedikit menjaga jarak duduknya.

Dia menatap tajam pria tua itu sambil berkata, "Apa suami yakin? Suami tidak menyembunyikan sesuatu seperti menyembunyikan orang lain di sini mungkin."

Satu Kesalahan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang