Sean kembali memasuki kamar anaknya.
Mereka semua tidak berada di kasur, sekarang para lelaki itu tengah berkumpul di depan tv yang sedang digunakan untuk main PS.
Ketika para Abang main PS si kecil Angga memainkan tablet yang sempat di mainkan Chiko tadi.
Sean berjalan pelan menghampiri mereka yang sepertinya belum sadar akan kehadirannya.
Lalu dia ikut mendudukan dirinya di dekat Angga yang tiduran tak jauh dari para Abangnya.
"Papah."
Angga langsung beranjak dan duduk di pangkuan sang Papah, Sean yang awalnya ragu mulai membelai rambut putra bungsunya.
"Lagi main apa?" Tanya Sean basa-basi, bagaimana pun dia sedikit canggung karna perdana berinteraksi dengan ke tiga anaknya. Belum lagi yang dia sempet ga ngenalin mereka, gatau deh di tanggepin serius apa ga sama mereka.
"Main bola." Jawab Chiko yang fokus pada layar tv dan stick di tangannya.
Hening sementara.
"Pah, Papah bener ga inget kita?" Kali ini Seno yang bertanya, pria kecil itu sedikit menatap Sean.
Sean bingung mau jujur takut buat mereka sedih tapi mau bohong takut berakibat kedepannya gimana.
"Maaf P-Papah bakal berusaha inget lagi." Sean berujar begitu kaku ketika mengatakan 'Papah' pada dirinya sendiri.
Kaya 'serius gue udah jadi bapak-bapak'
"Berarti bener ya." Terdengar suara lesu dari Seno membuat Sean menatapnya cemas.
"Yaudah Bang kita buat inget lagi Papahnya." Celetuk Chiko.
"Gimana?" Seno menyerit.
"Kita kasih tau yang biasa kita lakuin sama Papah, biar inget lagi." Ujar Chiko.
Sean menampilkan senyumnya.
Nah ini yang dia pengen obrolin bersama mereka.
Seno tampak berfikir.
"Iya Papah kesini sebenernya mau diskusi sama kalian, bantuin Papah biar inget lagi." Ujar Sean tampak santai sekarang.
"Hmm oke kita bantuin, tapi ini benerkan Papah kita. Papah Sean?" Ujar Seno yang tampak curiga kalo itu bukan Papahnya biar dikata mukanya sama.
"Iya dong, Papah Sean, Papah kalian." Sean tidak menyangkal malah menjawabnya dengan mantap.
"Aaaa sayang Papah." Kedua anak itu beranjak dan langsung menyerang Sean dengan memeluknya secara tiba-tiba.
Sean bahkan hampir terjungkal kalo ga menahan tubuhnya.
Perasaan aneh di rasakannya ketika mereka memeluknya, Sean membalas pelukan keduanya dengan tersenyum kecil.
Oh begini rasanya di peluk anak sendiri, hangat, menenangkan hati.
"Papah sayang kalian juga." Sean memejamkan matanya meresapi pelukan hangat dari anak-anaknya, perasaannya sekarang begitu hangat walaupun baru sekali skinship dengan mereka.
Angga yang berada di pangkuannya pun turut ikut memeluk perutnya.
Sean tidak menyangka kalau seperti ini bisa membuatnya bahagia padahal belum sepenuhnya dia mengenal dengan mereka semua.
Lalu mereka melepaskan pelukannya, kedua anak tersebut duduk di kedua samping tubuh Sean. Angga masih di posisinya.
"Mmm Papah boleh tanya?" Tanya Sean, sebenarnya dia sedikit ragu menanyakan ini kepada anak-anaknya tapi menurutnya lebih baik bertanya dengan mereka dari pada Adrena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amnesia? [END]
Short Story[Shortstory] Part nya ngacak. . Abis jatoh dari tangga ketimpa pula. Bangun-bangun perubahan yang dialaminya membuatnya stres berkepanjangan. Statusnya berubah, kehidupannya pun ikut berubah. Sebenernya dia salah bumi apa gimana sih? . Birthday pro...