Ya sekarang mereka udah baikan seperti biasanya lagi.
Sean benar-benar tidak mau mereka berpisah, sebisa mungkin dia selalu membuat Adrena senang dan melupakan gugatan tersebut.
Hari ini mereka mau berkunjung ke rumah keluarga Sean, Mamahnya Sean minta mereka buat main kesana. Kata Adrena juga gapapa lah kali-kali jangan orangtua terus yang main.
Sesampainya disana mereka disambut sama Mamah Sean yang nunggu di pintu.
"Ohh kalian udah dateng, Mamah nungguin dari tadi loh." Ujar Mamah Sean ketika anak dan mantunya memasuki pintu.
"Mamah ngapain disini?" Tanya Sean setelah menyalimi Mamahnya.
"Nunggu kalian lah."
"Orang mah nunggunya di dalem aja Mah." Timpal Adrena merasa tak enak, Mamahnya Sean ini begitu baik padanya. Ga nyangka juga kalo orangtua mereka ternyata sahabatan padahal anak-anaknya kaya tom and jerry ga pernah akur.
"Gapapa Mamah kangen sama Rena nih, ayo nak Mamah bikin kue kamu cobain deh." Ajak Mamah Sean memeluk lengan mantunya dan di ajak ke dalam rumah langsung menuju dapur.
"Mah Sean gimana, ditinggal gitu aja." Ujar Sean yang diam di tempat sambil menatap Mamahnya sama Adrena yang meninggalkannya di pintu.
"Kamu masuk sana, samperin Papah. Katanya ada yang mau di omongin." Ujar Mamah Sean, bahkan tidak menengok ke arah anaknya.
"Anak kandung Mamah siapa sih sebenernya, ko gue berasa jadi mantunya." Gerutu Sean cemberut dan berjalan menuju ruang kerja Papahnya.
Sesampainya disana Sean langsung duduk di sofa, Papahnya lagi di meja kerja nya.
"Kamu udah dateng." Ujar Papah Sean basa-basi.
"Baru nyampe, kenapa Pah. Kata Mamah ada yang mau di omongin." Ujar Sean mulai tiduran di sofa, dia lagi capek mangkanya mau tiduran disana. Papahnya Sean cuman bisa gelengin kepala aja liat kelakuan anak bungsunya.
"Gimana?" Pertanyaan ambigu dari Papahnya membuat Sean mengangkat kepalanya untuk menatap Papahnya secara jelas.
"Gimana apanya?" Sean malah balik tanya karna ga paham maksud dari kata gimana tuh.
Papah Sean membuang nafasnya sabar, "Gimana, kapan kamu mau kerja di Kantor. Papah masih nunggu loh." Ujar Papahnya.
Sean terkulai malas, "Kan aku udah bilang Pah, aku ga kepikiran buat ke Kantor. Aku udah nyaman sama sekolahan." Jelasnya.
Pasti ini yang mereka bahas kalo udah ngobrol berdua.
"Terus Papah gimana Sean, yang lanjutin di Kantor siapa kalo bukan kamu." Ujar Papahnya membujuk putranya.
"Ada Abang noh, kenapa harus aku." Tolak Sean.
"Abang kamu udah di kasih sama mertuanya, karna gaada anak cowok jadi mereka mutusin buat yang ngola si Abang." Jelas Papahnya semoga Sean Paham kenapa dia bersikeras pada putranya untuk kerja di Kantor.
"Ck tapi Sean emang udah ga minat Pah, nanti deh nunggu anak Sean buat nerusin Kantor Papah." Ucapan ngelantur Sean membuat Papahnya melepas kacamatanya dengan lelah.
"Sean itu kelamaan! Istri kamu aja belum hamil udah bahas anak kamu aja, kasih Papah cucu yang bener dulu. Sembarangan aja main suruh kerja di Kantor." Kesal Papahnya.
"Yang pentingkan Sean dah ngajuin." Ucap Sean santai, Papahnya hanya menggelengkan kepalanya. Bingung ko bisa sih dia punya anak macem Sean ini, bikin capek aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amnesia? [END]
Short Story[Shortstory] Part nya ngacak. . Abis jatoh dari tangga ketimpa pula. Bangun-bangun perubahan yang dialaminya membuatnya stres berkepanjangan. Statusnya berubah, kehidupannya pun ikut berubah. Sebenernya dia salah bumi apa gimana sih? . Birthday pro...