7.

314 40 5
                                    

Sean udah rapih dengan seragam PNS guru, yang disiapin Adrena.

Dia udah degdegan ini, panas dingin dari rumah.

Semalam dia udah nyiapin materi yang dibantu juga sama Adrena, udah nyiapin gimana buat ngehadepin muridnya dan juga para Guru disana.

Ini pengalaman pertamanya.

Dia hari ini dapet full ngajar, ada jadwalnya di meja kerja rumahnya.

Sebelum berangkat ke tempatnya mengajar, dia harus nganter anak-anaknya dulu kesekolah.

Sekarang mereka sudah selesai sarapan, anak-anak menunggu Sean di mobil.

Sean sudah siap juga dengan tas ranselnya.

"Ren." Sean beneran gugup buat menghadapi kehidupan yang baru.

"Kenapa? Kamu masih ga enak badan? Biar aku minta izin aja nambahin cuti kamu." Ujar Adrena tampak cemas karna bagaimana pun suaminya masih sakit akibat kejadian waktu itu.

"Gaaa, bukan gitu. A-aku gugup aja." Sean sebenernya rada malu sih bilangnya tapi ngeliat Adrena yang terus khawatir dengan keadaannya membuatnya harus terus terang.

Adrena menggengam kedua tangan Sean, lalu dia menampilkan senyumannya. Membuat Sean terpana, baru kali ini dia melihat senyum Adrena, karna biasanya perempuan itu selalu menampilkan raut wajahnya yang judes macem bu kost.

"Gapapa, rileks aja. Semuanya baik-baik aja ko." Ujar Adrena menenangkan, Sean tersenyum kecil dan menganggukan kepalanya.

Sedikit menghilangkan rasa gugupnya, Adrena benar-benar seperti obat untuknya. Tanpa perempuan tersebut mungkin dia bakal tersesat di dunia yang belum dia jalanin ini.

'Cup'

"Semangat Papah."

Sean terdiam kaku ketika Adrena mencium pipinya secara tiba-tiba.

Rasanya jiwanya ingin terpisah dari raganya tapi dia menariknya kembali supaya tersadar.

Pipinya menanas, jantungnya juga berdebar kencang.

Seharusnya itu hal biasa ya karna mereka kan memang suami istri, tapi Sean baru merasakannya jadi membuatnya buyar akan semua hal.

"R-Ren." Sean rasanya tidak bisa apa-apa sekarang panasnya dipipi menjalar sampai ke telinganya saat ini.

"Udah sana, anak-anak nungguin." Ucapan Adrena menyadarkannya, perempun itu masih menampilkan senyum manisnya.

"O-oke aku berangkat ya." Sean akhirnya spik membenarkan seragamnya dan itu malah menarik Adrena untuk merapihkannya.

"Udah rapih ko." Adrena merapihkan kerah seragamnya.

"M-makasih, a-aku berangkat dulu- dah." Sean buru-buru pergi dari hadapan Adrena karna dia tidak mau sampai perempuan itu tau kalau tengah salting sekarang.

Adrena menatap kepergian Sean lalu tersenyum kecil, bener-bener kaya awal nikah dan mereka mulai lembaran baru.

Tapi kali ini reaksinya bener berlebihan bahkan langsung kabur tanpa membalas seperti waktu itu.

Sebenarnya mereka musuh dalam artian kaya zamannya sekolah itu mereka tidak pernah akrab.

Bahkan Adrena tidak pernah tuh menganggap Sean and the geng itu musuh, pria itu saja yang berlebihan.

Sean selalu cari gara-gara dengan teman-temannya, selain usil pria itu juga suka meledeknya terus-terusan dan itu membuatnya kesal, jadi seperti itu lah mereka zaman sekolah dulu.

Tidak pernah akrab lebih seperti tom and jerry di kehidupan nyata.

.

Sean sampai di Sekolah SMAN 28 Harapan, dia memarkirkan mobilnya di area parkiran Guru dan Staff.

Amnesia? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang