006 || Cemburu

302 84 3
                                    

"Lo kenapa susah banget sih dibilangin!" untuk ke sekian kalinya IHS dibuat tertawa karena lagi-lagi Esha berteriak kepada Noa yang baru saja terkena tendangan pelan kakinya. Tapi tetap saja itu pasti terasa sakit, jangan lupakan perihal Esha yang nyatanya adalah anak taekwondo.

"Nyontek dikit, Sha. Pelit amat lo," Noa mencibir meskipun keadaannya kini sudah sangat berantakan karena blazer birunya yang sudah jatuh ke lengannya dan seragam dalamnya yang kusut bekas tarikan tak manusiawi dari Esha.

"Makanya kalau guru lagi jelasin materi tuh dengerin. Bukan malah tidur!" Esha kembali memukul bahu Noa, tak peduli apa status mereka. Bagi Esha menghukum orang yang memang bersalah itu wajib.

Dan Noa memang bersalah karena lagi-lagi ia menyontek hasil tugas Esha tanpa meminta izin lebih dahulu. Padahal Esha sudah berkali-kali memarahinya karena hal yang sama.

"Marahin aja, Sha. Marahin!" kompor Agan, cowok itu memang senang sekali melihat temannya menderita. Padahal tadi ia juga ikut menyontek tugas Esha.

"Diem lo. Lo juga tadi nyontek tugas gue kan?!" skakmat. Agan yang semula tertawa bahagia kini memasang tampang melas tak jauh berbeda dari Noa.

"Gue ikutan-ikutan aja, Sha sumpah. Lagian ada rezeki nomplok gak boleh disia-siain."

Mendengar itu Esha semakin kesal. "Lo sama aja kampret. Ah, rese banget sih lo berdua!" Esha yang kesal akhirnya melayangkan dua pukulan telak di masing-masing bahu Noa dan Agan. Lalu setelahnya tanpa kasihan Esha juga mendorong tubuh mereka hingga tersungkur bersama di koridor depan kelas mereka.

"Awas aja. Gue laporin ke Bu Nina!" Esha menunjuk kesal wajah Noa dan Agan yang menampilkan raut wajah seolah tidak merasa bersalah.

"Lo, tiap hari hadapin macan kek si Esha, kok bisa tahan?" tanya Agan dengan suara pelan setelah Esha berjalan meninggalkan mereka berdua di depan kelas dan di tonton banyak orang pula.

"Lo juga kok bisa tahan sama dora setan macam si Diza?" Noa balik bertanya. Karena nyatanya Esha dan Diza satu spesies. Sama-sama orang yang mudah sekali marah. Noa pikir Agan juga tak seharusnya bertanya sebab mantan pacarnya yang katanya susah dilupakan itu juga satu spesies dengan Esha.

"Yaudah ganti pertanyaan. Kok bisa kita tahan sama spesies macam mereka?" Noa mengangkat bahunya acuh, tak tahu menahu sebab dirinya saja bingung mengapa bisa suka dengan Esha yang galaknya sangat kelewat batas.

🌻🌻🌻

"Apa?" Esha benar-benar masih marah, gadis itu kini bahkan menatap kesal cowok tinggi di hadapannya.

"Pergi sana, lagi gak terima tamu!" cetusnya kesal sembari berusaha mendorong tubuh tegap Noa yang melipat kedua lengannya di depan dada memperhatikan wajah cemberut Esha.

"Tutup aja, gue tau pin nya kok." Balas Noa sembari menarik kedua sudut bibirnya menatap remeh wajah cemberut Esha.

"Rese!" akhirnya Esha membiarkan Noa musuhnya, ah ralat kekasihnya masuk ke dalam apartemennya.

"Masih ngambek?"

Esha melirik Noa sinis. "Pikir aja sendiri," balasnya ketus.

Noa tertawa, lalu tangannya beralih mengacak surai panjang Esha. "Tunda dulu ngambeknya, gue lapar."

"Gak usah sentuh-sentuh gue!" Esha menghindar, gadis itu beralih ke dapur mengambil semangkuk sup ayam yang baru saja di buatnya. Dia menambahkan nasi ke dalam mangkuk lalu mengambil segelas air putih dan ia bawa kepada Noa yang sudah duduk di bawah sofa yang berbalut karpet bulu dan berhadapan langsung dengan televisi.

Esha akui, meskipun kesal ia tetap tak bisa mengabaikan Noa. Entahlah, Noa mempunyai jurus pelet apa hingga ia tidak bisa berlama-lama marah kepadanya.

Hidden Couple Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang