“Kapan kamu akan kembali ke sini, Kazuhiko Noa?”
Noa membuang napas kasar sebelum menjawab pertanyaan Papanya. “Liburan semester Noa pulang, tapi bukan untuk tinggal lagi.”
“Papa minta untuk pindah, kenapa kamu gak nurut?” Noa dapat mendengar geraman marah dari suara Papanya.
“Papa mau Noa mati mengenaskan di sana? Noa yakin Papa tahu alasan kenapa Noa gak mau kembali ke sana. Udah ya, Pa. Nanti Noa pulang, tenang aja.” Dengan cepat Noa mematikan sambungan teleponnya.
Jujur saja Noa sedikit takut, ini adalah kali pertamanya Noa membantah permintaan Papanya. Namun, Noa juga merasa bahwa keputusannya ini bukan suatu kesalahan. Keputusannya ini sudah ia pikirkan secara matang, ia tidak akan kembali ke Jepang untuk tinggal. Hanya untuk Nauni, untuk adiknya Noa kembali ke Jepang.
Lagi pula Noa rasa ia sudah tidak memilik hak untuk tinggal di Jepang lagi. Ia sudah lama di buang. Keluarganya tidak menginginkannya, keluarganya membencinya. Jadi untuk apa ia kembali tinggal di tempat lukanya bermula.
Benar yang di katakan Esha saat itu. Esha dan teman-temannya sudah berusaha menariknya dari lubang hitam, maka jika ia menuruti permintaan Papanya itu artinya ia malah melepaskan tangan Esha dan memilih jatuh ke lubang hitam yang sama. Noa tak mau itu terjadi, Noa tak mau membuat Esha menangis, tak mau membuat Esha atau bahkan teman-temannya merasa bahwa perjuangannya sia-sia.
Tujuan Noa sekarang hanya Esha. Jadi apa pun rintangannya, apa pun masalahnya Noa akan selalu mempertahankan Esha, menggenggamnya erat dan tak akan pernah melepasnya lagi. Insiden kemarin akan ia jadikan pelajaran. Karena dari kejadian kemarin ia tahu bahwa sampai kapan pun ia tak akan pernah bisa kembali hidup tanpa Esha, tanpa gadis kesayangannya.
Ia mencintai Esha dengan sangat. Gadis itu miliknya selamanya. Katakan saja bahwa ia obsesi, tapi itulah kenyataannya. Noa tidak akan kembali hidup jika bukan karena uluran tangan Esha. Begitu pun teman-teman gengnya, Noa menyayangi mereka layaknya saudara. Karena seperti Esha, mereka juga berkontribusi dalam kesembuhannya.
“Gimana?” tanya Haraz setelah Noa kembali ke dalam kamar Jiel.
Noa memang sedang berkumpul bersama teman-temannya. Tapi karena Papanya yang menghubunginya, Noa harus terpaksa undur diri sebentar.
“Apanya?” Noa balik bertanya membuat Sarga yang kebetulan sedang memakan kacang, melempar sisa kacang itu kepada Noa.
“Papa lo, Noa Azarel.” Cetusnya kesal dengan kelemotan Noa yang menular dari Javier.
“Oh, santai. Gue gak bakalan pindah ke Jepang. Gue ke Jepang cuma buat Nauni.” Balas Noa tegas, agar teman-temannya tahu bahwa ucapannya ini serius.
“Baguslah, kita seneng dengarnya.” Jiel, Saka, Javier, Haraz dan Agan mengangguk setuju dengan ucapan Sarga.
Mereka senang karena Noa tidak harus pindah ke Jepang lagi. Sekaligus mereka juga senang karena Noa dapat mengambil keputusannya sendiri tanpa bantuan.
“Kapan ke Jepang?” tanya Sarga lagi.
“Rencananya libur semester nanti. Bareng Esha.”
“Lah, si micin ikut?” tanya Agan. Cowok itu baru saja kembali ke Jakarta tiga hari yang lalu. Izin yang seharusnya satu minggu itu malah bertambah menjadi dua minggu, karena Ibunya Agan yang tiba-tiba jatuh sakit.
“Micin? Siapa yang lo sebut micin?!” Noa melirik Agan tajam, tak terima nama bagus kekasihnya di ganti-ganti.
“Yaelah, galak bener dah kalau soal Esha. Padahal sendirinya juga suka gitu,” cibir Agan semakin menjadi. Jangan heran, Agan kan memang seperti itu, senang sekali memancing keributan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Couple
Teen FictionYang orang lain tahu, Noa dan Esha adalah musuh bebuyutan. Atau kalau kata Lizard boy, mereka adalah dua bocil kematian yang hobinya merusuh. Saling mengejek, saling tendang, saling pukul, itu sudah seperti rutinitas wajib mereka. Pokoknya tiada har...