“Noa maaf, dong. Habisnya lo juga sering ganggu gue, bukan salah gue kalau yang pertama kali gue tuduh itu lo.”
Noa yang baru saja akan memaafkan Esha kembali mendengkus mendengar kalimat terakhir Esha. Oke, Noa mengakui bahwa ia memang sering mengganggu Esha, salah memang karena tingkahnya itu Esha jadi sering menuduhnya tanpa bukti. Tapi wajar juga kan, jika Noa marah sekarang. Bukan sekali dua kali Esha menuduhnya seperti ini. Maka untuk kali ini Noa memilih mendiamkannya. Biarkan saja, ia tak akan bersuara sekali pun Esha merengek nantinya.
“Lo, sih Saka!” Esha menatap kesal Saka yang duduk di depannya sembari menopang dagu agar sudut bibirnya yang terluka tidak mengeluarkan darah. Tanpa perlu bertanya pasti kalian tahu luka itu muncul karena siapa. Benar, Rushea Esha.
Saka mendengkus, tak membuka suara karena sudut bibirnya yang robek. Saka mengakui itu memang salahnya, tapi Saka berani jujur demi dewa Neptunus, Saka tidak tahu bahwa kotak pensil yang tadi ia simpan di kolong meja itu milik Esha.
Ketiganya sedang berkumpul di kantin. Agan tidak ada, cowok itu masih sibuk melarikan diri dari kejaran Diza yang tidak pernah berhenti. Ralat, sempat terhenti karena jam pelajaran dimulai. Dan dilanjutkan kembali saat bel pulang berbunyi.
Bel pulang sekolah memang sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Esha masih di lingkungan sekolah karena harus membujuk Noa sekaligus memberi pelajaran kepada Saka. Tenang saja, Esha juga bertanggung jawab kok, dia sempat membersihkan luka Saka tadi.
Karena Noa tak kunjung membuka suara akhirnya Esha memilih cara terakhir yang berada di kepalanya sedari tadi. “Oke, kalau lo maafin gue sekarang. Gue bakal bantuin lo buat selesain tugas-tugas lo yang kosong, gimana?” tawar Esha.
Noa meliriknya, dalam hati ia bersorak senang. Tak pernah terpikirkan olehnya bahwa Esha akan membujuknya dengan cara seperti itu. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan akhirnya Noa mengangguk setuju.
“Oke, deal.” Katanya seraya mengulurkan tangan dan Esha menyambutnya cepat.
Sementara Saka di sampingnya melotot. “GAK BISA GITU DONG, GUE ADUIN BU LISTIA, YA!” teriak Saka tidak terima, dia juga seolah lupa bahwa sudut bibirnya masih terluka.
Saka merasa bahwa Noa curang sekaligus iri karena Noa di bantu Esha untuk menyelesaikan tugas-tugas kosong itu. Sementara dirinya tidak, dan bukan suatu kemungkinan jika Agan juga akan di bantu oleh mantan terkasihnya, Diza.
“Mau gue tambahin luka, lo?” ancam Noa melirik sudut bibir Saka yang masih bersih, ia takut Saka akan benar-benar mengadu kepada Bu Listia nantinya.
Saka diam, dan mendengkus setelahnya. Meskipun tidak terima tapi ia tidak bisa lagi melawan karena takut dengan ancaman Noa. Karena luka di sudut bibir kirinya saja masih kering, masa harus ditambah lagi oleh Noa. Nanti yang ada Saka tidak bisa leluasa untuk makan dan berjulid ria.
“Lo juga bisa kali minta bantuan, Naya.” Saran Esha membuat perhatian Saka teralih. Ia yang tadinya bertopang dagu mulai duduk dengan tegak.
“Naya pelit. Gue deketin aja susah, apa lagi buat minta bantuan gini.” Pikirannya menerawang mengingat seorang gadis kutu buku yang menarik perhatiannya akhir-akhir ini. Gadis bernama Nayana itu memang sulit sekali ditaklukkan, dan hal itu malah semakin membuat Saka tertarik.
Esha menjentikkan jarinya ketika satu ide muncul di kepalanya untuk membantu Saka lebih dekat dengan Naya. “Justru itu. Jadiin kesempatan ini buat deketin dia. Kalau lo deketin dia terang-terangan pasti susah emang, apa lagi Naya susah berbaur. Tapi, coba lo deketin dia pelan-pelan, tugas kosong lo bisa jadi alasannya.”
Saka mengerjap, takjub dengan pemikiran cerdas Esha. “Pintar lo, Sha. Thanks, gue bakalan pake saran lo!” Saka berseru senang, mengepalkan tangannya dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Couple
Teen FictionYang orang lain tahu, Noa dan Esha adalah musuh bebuyutan. Atau kalau kata Lizard boy, mereka adalah dua bocil kematian yang hobinya merusuh. Saling mengejek, saling tendang, saling pukul, itu sudah seperti rutinitas wajib mereka. Pokoknya tiada har...