“Udahan ngambeknya. Nih, gue balikin. Lagian gak gue pake kok.” Noa, cowok yang masih tiduran di sofa itu tengah memainkan rambut Esha sembari terus berusaha membujuknya.
Ya, kemarin Esha tidak jadi ngambek. Tapi hari ini gadis itu malah menyambung acara ngambeknya itu. Masih dengan masalah uang ongkos memang.
Esha menunda acara marahnya kemarin karena Noa sedang tidak baik-baik saja. Sebenarnya dirinya juga sedang tidak baik-baik saja kemarin, hari ini juga. Tetapi kemarin dia tak bisa mementingkan egonya, Noa sedang membutuhkannya. Maka setelah Noa yang menyebalkan kembali, Esha akan melanjutkan acara marahnya yang tertunda itu hari ini.
“Sha, jangan diemin gue dong.” Entah sejak kapan Noa mengubah posisinya, hingga sekarang wajah Noa sudah berada di samping kepala Esha, menatap gadisnya itu dengan pandangan kesal.
“Pelit amat buka suara doang padahal!” Noa terus saja mengoceh tapi Esha masih sibuk dengan laptopnya. Entah apa yang tengah Esha kerjakan, tapi Noa merasa kesal karena didiamkan.
“Jangan diemin gue.” Cukup sudah, Noa sudah tidak tahan lagi. Cowok tinggi itu duduk di samping Esha dan mulai mengganggu kegiatan kekasihnya itu dengan menyandarkan kepalanya di bahu Esha. Tangannya bahkan dengan sengaja menutup mata Esha hingga gadis itu akhirnya membuka suara.
“Apaan sih, singkirin tangan lo. Gue lagi susun makalah.” Bukannya menurut Noa malah semakin menjadi, cowok itu kini menurunkan kepalanya hingga kini mendarat dengan sempurna di paha Esha.
Gadis berponi itu memang duduk di karpet bulu yang sengaja diletakkan di bawah meja. Mejanya sudah di singkirkan maka Esha bisa dengan keluasan selonjoran di sana, jadi Noa juga bisa dengan mudah mendaratkan kepalanya di pangkuan Esha karena tidak ada meja yang akan membuat kepalanya terbentur.
“Jangan diemin gue.” Noa menggesekkan kepalanya beberapa kali ke perut Esha yang tertutupi kaos oversize.
“Lo kenapa jadi manja ih. Awas gak, gue mau selesai ini dulu Noa.” Esha menggerakkan kakinya berharap Noa memindahkan kepalanya itu dari pahanya.
“Asal jangan diemin gue,” di balik matanya yang menyorot Esha kesal, ada bibir yang mencebik lucu. Entah mengapa hari ini Noa terlihat manja seperti ini, Esha rasa biasanya Noa tak serewel ini.
“Gue gak diemin lo. Gue kan lagi ngetik ini, kalau ngobrol sama lo yang ada gue malah ketik hasil obrolan kita daripada materinya. Udah deh, awas dulu kenapa sih? Rewel banget heran, biasanya juga gak gini.” Esha masih berusaha menggerakkan kakinya lebih cepat, benar-benar berharap bahwa Noa bisa menyingkir sebentar.
“Yaudah ketik aja, gue gak bakalan ngomong. Tapi biarin gini, jangan gerakin kaki lo, gue janji gak bakalan banyak omong.” Esha menghentikan gerakan kakinya lalu menatap Noa yang sudah kembali menenggelamkan wajahnya ke perut rata Esha.
Esha membuang napas kasar, terserahlah yang penting Noa tidak mengganggunya lagi. Biarkan saja, paling cowok itu akan tertidur nantinya. Dan Esha memilih fokus kembali ke laptopnya, mengetik banyak materi yang sudah berusaha ia susun dari sumbernya.
Sebenarnya ini adalah tugas kelompok dan sialnya Esha malah sekelompok dengan tiga perusuh kelas, siapa lagi jika bukan Noa, Saka dan Agan. Dan dua orang itu baru saja keluar dari apartemennya setelah memberikan sedikit materi yang mereka cari dari internet. Ya makalah yang sedang mereka kerjakan memang bisa dicari di internet, kata Pak Yanto sih tak apa asalkan tidak di copy semua dari satu sumber, harus berasal dari beberapa sumber dan harus menyambung pula.
Seharusnya Noa satu kelompok dengan Erin, tapi cowok itu protes dan memilih untuk satu kelompok dengannya. Katanya jarak rumah Erin jauh, dan ia tak mau membuang bensin hanya untuk kerja kelompok itu. Maka Agan yang notabenenya memang sudah tahu bahwa Esha dan Noa adalah tetangga memutuskan untuk membawanya masuk ke dalam kelompok itu. Alhasil Kiran harus menjadi korban, karena gadis itulah yang dibarter untuk pindah ke kelompok Erin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Couple
Teen FictionYang orang lain tahu, Noa dan Esha adalah musuh bebuyutan. Atau kalau kata Lizard boy, mereka adalah dua bocil kematian yang hobinya merusuh. Saling mengejek, saling tendang, saling pukul, itu sudah seperti rutinitas wajib mereka. Pokoknya tiada har...