008 || Dapat Rezeki

301 91 2
                                    

“Eh, Esha? Ngapain malam-malam gini di luar.”

Esha yang semula berjongkok di trotoar depan gedung apartemen spontan berdiri kala seorang pria kisaran umur 22 menurunkan kaca mobilnya dan bertanya kepadanya. Itu adalah Kean, atau yang lebih akrab di sapa Mas Kean. Sepertinya dia baru saja pulang dari kampus? Atau mungkin rumah temannya?

“Ini Mas, Esha lagi nunggu Pak Harun.” Balas Esha sembari tersenyum canggung. Pasalnya setelah cinta sepihaknya berakhir hari itu, Esha tak pernah lagi bertegur sapa dengan Mas Kean. Mungkin sesekali berpapasan hanya saja ketika disapa Esha akan selalu berusaha menghindar seolah tak ingin lagi mengobrol dengan Mas Kean.

Dan Esha kembali mengeluarkan suara untuk Mas Kean hari ini, setelah satu tahun berlalu. Sebenarnya jika bukan Mas Kean yang berhenti dan menurunkan kaca mobilnya untuk sekedar bertanya padanya, Esha tak akan menjawab mungkin atau malah memilih menghindar lagi.

Bukan belum move on, Esha bahkan sudah biasa saja ketika berpapasan dengan Mas Kean. Hanya saja jika untuk mengobrol dan bertukar pikiran seperti satu tahun lalu, Esha masih membutuhkan waktu. Sudah Esha katakan ia bukan belum move on, hanya sedikit canggung saja. Apalagi Esha tahu bahwa kekasih Mas Kean sangat tak suka padanya, mungkin dulu Aruni kekasih Mas Kean sadar akan perasaan Esha. Sesama perempuan mana mungkin tidak sadar bukan? Apalagi dulu Esha sangat kentara sekali kala menunjukkan rasa tertariknya.

Tapi hari ini, Esha jadi merasa mungkin sudah waktunya ia kembali seperti dulu. Bukan, bukan mengejar Mas Kean lagi. Maksudnya berbincang layaknya tetangga dan teman seperti dulu, atau bahkan mungkin selayaknya adik dan kakak.

“Oh, Pak Harun gak jualan malam ini.” Kata Mas Kean sembari mengalihkan pandangannya kembali ke dalam mobil, seolah mencari sesuatu.

Omong-omong, Pak Harun itu adalah penjual nasi goreng yang sering sekali mangkal di depan gedung apartemen ini. Esha sudah kenal baik dengan beliau, karena biasanya jika ia sedang malas masak ia akan membeli nasi goreng Pak Harun.

“Kok, Mas Kean tau?” tanya Esha bingung, posisinya masih sama seperti tadi berdiri di pinggir.

“Tadi ketemu di rumah sakit. Anaknya lagi sakit.”

Mendengarnya Esha jadi murung. Pasalnya ia memang sedang malas sekali masak, padahal bahan masakan yang kemarin ia beli bersama Noa masih banyak di dalam lemari pendingin. Hanya saja Esha terlalu malas untuk mengolahnya.

“Udah, gak usah cemberut gitu. Nih, buat kamu. Kebetulan tadi saya beli dua, tadinya mau buat Aruni, tapi ternyata dia gak mau.” Ujar Mas Kean sembari menyodorkan satu kotak martabak yang terbungkus plastik putih.

“Eh, gak perlu mas. Esha gak papa, nanti bisa masak kok. Lagian Esha gak lapar-lapar amat.” Esha mundur selangkah, berusaha menolak pemberian Mas Kean sehalus mungkin.

“Gak papa. Buat camilan, lagian malam-malam gini biasanya cewek kan gak suka makanan berat. Bukan rasa kacang juga kok, ini keju cokelat.” Mas Kean kini sudah turun dari mobil dan menyerahkan satu kotak martabak itu kepada Esha.

Akhirnya karena Mas Kean terus mendesak Esha memilih menerimanya. Jika Esha pikir lumayan juga untuk camilannya ketika menonton nanti. “Makasih, Mas Kean.”

Dan Mas Kean tersenyum membalasnya. Senyum yang dulu pernah menjadi alasan semangat Esha membara.

Setelah Mas Kean hilang bersama dengan mobilnya ke basemen, Esha sudah memasuki lobi dan menunggu lift untuk naik kembali ke unit apartemennya.

“Kenapa senyum-senyum gitu?” tanpa menoleh pun Esha tahu siapa pemilik suara yang bertanya dengan nada menyebalkan itu. Siapa lagi jika bukan, Noa.

Hidden Couple Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang