001 || Musuh Bebuyutan

399 86 20
                                    

Rushea Esha, kata orang tuanya dia dulu adalah anak yang penurut dan sangat pemalu, katanya Esha bahkan bisa tahan tidak mengeluarkan suara seharian penuh. Tetapi entah mengapa, setelah Esha memutuskan untuk merantau, kepribadiannya seolah berubah seratus delapan puluh derajat.

Rushea Esha yang pemalu itu kini berganti menjadi Rushea Esha yang bawel, galak, dan pemberani. Bahkan kata Anna, temannya Esha, dia terkadang merasakan telinganya berdengung sakit setiap kali Esha berteriak. Teriakan Esha itu sangat nyaring, bahkan Anna sering dibuat ngeri takut jika pita suara Esha rusak karena terus-menerus dipakai untuk berteriak.

Tambahan dari Kiran yang juga teman Esha, dia mengatakan bahwa mungkin saja berteriak sudah seperti rutinitas wajib yang harus Esha lakukan. Kiran bahkan mengacungkan empat jempolnya kepada Esha, mengakui bahwa suara Esha memang benar-benar nyaring.

Dan karena itu juga Esha yang notabenenya sekretaris kelas terkadang sengaja di gandeng Erin agar ikut bersamanya ketika menagih tunggakan kas setiap anggota kelas. Terlebih ketika menagih tunggakan kas dari tiga orang yang paling tidak waras di kelas 11 IPA 3. Siapa lagi jika bukan, Noa, Saka, dan Agan. Kalau kata Erin sih, Esha lebih baik menangani Noa saja. Sementara Agan, si gila yang tunggakan kasnya lebih besar dibanding teman-temannya yang lain ditangani Erin.

Bukan rahasia umum lagi jika Noa dan Esha dikenal sebagai musuh bebuyutan. Ibaratnya, mereka adalah Tom and Jerry versi manusia. Dan Noa adalah alasan dibalik teriakan menggelegar Esha setiap hari.

Setiap hari, mau itu masalah kecil sekali pun, Noa dan Esha akan selalu membesarkannya. Dari a sampai z akan mereka bahas dengan tuntas, dengan tambahan urat pula. Maksudnya saling egois dan tak mau mengalah. Kalau kata Sarga sih, Noa sama Esha jangan di satukan nanti IHS meledak.

Sama halnya dengan hari ini misalnya. Gadis yang rambutnya diikat dengan rapi itu kini sudah berlarian mengejar Noa yang ikut berlari menghindar dari amukan Esha.

“NOA!! SINI GAK LO!!”

Bahkan keenam cowok yang terduduk di meja kantin paling tengah membuang napas lelah secara bersamaan. Pemandangan ini sudah seperti rutinitas pagi mereka. Noa yang ribut dengan Esha. Entahlah mereka bahkan tidak tahu alasan apalagi yang membuat Esha marah pagi ini.

Hal yang membuat mereka lebih heran lagi adalah suara Esha yang tak pernah habis, padahal dia selalu menggunakannya setiap hari untuk berteriak memarahi Noa.

“Si Esha suaranya gak pernah habis, heran gue.” Ujar Sarga yang dibalas anggukan kepala pertanda setuju dari teman-temannya yang lain.

“Yang lebih heran, kenapa tuh dua bocil tiap hari ribut, udah kayak Tom and Jerry aja.” Dan entah bagaimana kalimat Javier barusan dapat di dengar oleh Noa yang masih berusaha menghindari Esha yang membawa sebuah buku yang sengaja ia gulung dijadikan senjata untuk memukul Noa nanti.

“BUKAN TOM AND JERRY!” bantah Noa, dia berhenti untuk mengatur napasnya yang tersengal, diikuti oleh Esha yang juga ikut berhenti.

Gadis itu duduk lesehan di lantai, sembari mengusap peluh yang mengucur melewati poninya. “Cape,” keluhnya dengan napas yang masih tidak beraturan.

Noa melirik Esha, gadis berwajah bulat dengan poninya yang rapi itu benar-benar terlihat kelelahan. “Siapa suruh cari ribut,” sinisnya.

“LO YANG CARI RIBUT DULUAN!!” Esha kembali berteriak tak terima. Pasalnya Noa memang yang mencari keributan lebih dahulu, cowok dengan tinggi 186 cm itu menyontek tugasnya tanpa meminta izin dahulu. “LO YANG NYONTEK GAK IZIN DULU!”

Noa semakin melirik sinis Esha dengan mata sipitnya. Cowok itu dengan sengaja menendang pelan kaki Esha yang kebetulan sejajar dengan kakinya. “Cih, emang kalau gue minta izin lo bakalan kasih?”

Esha terdiam, benar juga. Dia tak akan semudah itu memberikan izin kepada Noa untuk menyalin tugas yang minggu lalu diberikan Pak Bandi. “Ya, makanya belajar dong. Jangan enaknya nyontek doang, lo kira gue bank contekan lo?” balas Esha sewot, gadis itu membenci sifat Noa yang satu ini, selalu seenaknya.

“Gue minta ajarin, lo-nya gak mau.”

“Semua orang juga gak mau kali kalau ngajarin lo yang bahkan dengerin penjelasan materi aja ogah-ogahan.” Esha mencibir membuat Noa semakin kesal, karena kalimat Esha barusan sedikit menyentil hatinya.

“Jangan bawa-bawa orang lain. Lo aja yang pelit ilmu.”

“GUE GAK PELIT! LO AJA YANG RESE!!” lama-lama telinga Noa bisa sakit jika terus menerus  mendengar teriakan Esha, gadis itu benar-benar mudah sekali berteriak jika dengannya.

“Pelit mah pelit aja kali, gak usah cari pembelaan.” Noa balas mencibir secara terang-terangan, ia tak sadar bahwa wajah manis Esha sudah berubah menjadi merah karena rasa kesal yang sudah tak bisa lagi ditahan. 

Gadis yang memiliki mata bulat berbinar itu langsung menerjang Noa, membubuhkan banyak pukulan maut untuk cowok menyebalkan yang hobi mengganggunya itu.  “NOA JELEK, I HATE YOU!!”

“Akh, anjir gila lo ya. Sakit woy, Sha anjir!” Noa menghindar, berusaha melindungi dirinya sendiri dari setiap pukulan Esha yang cukup membuatnya sedikit kewalahan.

Keenam teman Noa yang tadinya hanya diam memperhatikan menjadi heboh, ketika Esha akhirnya melayangkan banyak pukulan untuk Noa.

“Kacang mana kacang woy, seru nih!” Agan berseru heboh, bahkan cowok yang katanya setengah waras itu sudah bertepuk tangan mendukung Esha bersama dengan Saka, Sarga dan Javier.

Sementara Haraz diam saja tapi dia menyilangkan lengannya di depan dada seolah menikmati tontonan yang ada. Lain halnya dengan Jiel yang diam-diam mendengkus malas, sedikit merasa aneh mengapa dulu ia mau-mau saja diajak gabung ke dalam geng abal-abal ini.

“Jangan dikasih semangat woi, nanti makin brutal mukulnya!” Noa berseru kesal sembari terus menghindari setiap pukulan Esha. Cowok itu melupakan satu hal, alasan mengapa setiap pukulan Esha terasa sakit itu karena ia mengikuti ekstrakurikuler taekwondo sama seperti Agan.

“Terima aja kali, siapa suruh mancing cewek buat marah.” Agan yang memang pada dasarnya punya cewek yang tak jauh berbeda dari Esha tertawa puas. Semakin merasa puas dengan fakta bahwa Esha adalah teman satu eskulnya, yang berarti pukulan gadis itu tak main-main.

“AWAS AJA LO!” pukulan Esha berhenti karena bel masuk berbunyi, gadis itu memukul keras bahu Noa sebagai peringatan terakhir sebelum akhirnya memilih keluar dari kantin menuju kembali ke kelasnya.

“Gila, sakit banget buset.” Noa meringis sembari menyentuh pelan bekas pukulan Esha.

Seluruh orang yang berada di kantin tertawa, ketika melihat bagaimana kacaunya keadaan Noa sekarang. Rambut dan baju yang berantakan, jangan lupakan dengan luka memanjang di keningnya karena kuku panjang Esha.

“Lagian, anak taekwondo lo tantang.” Ejek Javier, cowok itu sedikit bergidik ngeri melihat kacaunya penampilan Noa.

“Gue kira gak bakalan kenceng mukulnya.”

“Anak taekwondo kalau mukul pelan juga bisa bikin muka orang bonyok kali.” Balas Agan sembari terus mengatur napas setelah puas menertawakan Noa.

Noa mendengkus, ia lantas berdiri sembari sesekali mengusap bekas pukulan Esha di bahunya. Ia melirik pintu kantin di mana punggung Esha masih terlihat, gadis dengan rambut sengaja diikat tinggi itu terlihat berjalan angkuh di matanya. “Gue balas lo, Sha.”

🌻🌻🌻

Jadi, bagaimana chapter ini menurut kalian?

Apabila ada kesalahan dalam penulisan, di mohon untuk mengoreksi. Karena aku dengan senang hati menerima kritik dan saran kalian.

Dan terima kasih sudah berkenan membaca ceritaku. Semoga kalian senang, dan jangan lupa untuk menyentuh tombol bintangnya, okay!

Karena satu bintang dari kalian sangat berharga buat aku. Terima kasih.

Salam dari aku pacar Lee Heeseung

Sa

Hidden Couple Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang