038 || Sebuah Janji

119 28 1
                                    

Noa menyimpan kembali ponselnya ke meja kecil yang ada di balkon apartemen, Ibunya baru saja menghubunginya, mengajak Noa dan teman-temannya untuk ke rumah sakit lagi esok hari. Entah Noa pun tak mengerti mengapa Ibunya meminta hal yang sudah jelas akan Noa lakukan. Sudah pernah dikatakan bukan, bahwa Noa akan terus mengunjungi adiknya.

Bicara tentang Ibunya, Noa terkadang merasa bahwa apa yang ia alami kemarin hanyalah sebuah bunga tidur. Tetapi ternyata tidak, semua itu bukan mimpi, dan Ibunya memang benar-benar sudah kembali.

Tujuh tahun yang lalu, ia pernah berharap bahwa Ibunya akan kembali menyayanginya. Sayang doa itu tidak dikabul, karena nyatanya Tuhan mempunyai rencana yang lebih indah untuk hidupnya.

Tujuh tahun bukan waktu yang sebentar, Noa harus kehilangan kewarasan, harus kehilangan semangat dan sempat hampir menyerah.

Dulu Noa kira, warna hidupnya akan terus seperti itu, hingga hari itu ia bertemu dengan Saka dan Haraz. Saka yang membawanya ke sebuah rumah meski bibirnya terus saja mengomel, Haraz yang memberinya makan dan mengenalkannya pada Jiel.

Sejak hari itu, warna hidup Noa mulai kembali. Bersama dengan teman-temannya Noa bisa sedikit melupakan semua rasa sakitnya, bisa kembali tertawa dan bahagia. Teman-temannya yang pertama kali menyembuhkannya dari luka. Mereka yang berkorban banyak hal hanya agar Noa tersenyum dan berani berbicara.

Saka yang meskipun sering jahil dan hobi mengomel, adalah orang yang paling Noa sayangi. Karena jika bukan teriakan dan tarikan Saka hari itu, Noa mungkin tak akan lagi ada di dunia. Lalu Haraz, dia yang selalu melindunginya, menasihatinya meskipun dengan cara yang terbilang aneh.

Jiel, Noa menyayangi Jiel layaknya seorang Kakak. Walau Jiel pelit bicara, dan omongannya yang terkadang pedas, tapi Noa menghormati Jiel. Jika bukan karena Jiel, Papanya mungkin tak akan pernah berbaik hati lagi kepadanya.

Javier, dia adalah orang yang pertama kali membuat Noa tertawa. Bukan karena sebuah candaan, melainkan karena wajah polosnya yang lucu. Peran Javier memang tidak banyak, tetapi justru dia lah yang selalu mengingatkan Noa dengan figur seorang Ayah. Kepribadian Javier yang ramah dan baik membuat Noa mudah merasa nyaman.

Lalu Sarga, si bucin itu memang menyebalkan. Sarga si gengsian, Sarga si menyebalkan, justru adalah orang yang berhasil membuat Noa pertama kali berbicara hanya dengan satu sogokan udang goreng.

Dan yang terakhir si gila Agan, dialah yang banyak berperan dalam hidup Noa, dia yang selalu membuat Noa tertawa dengan bercandanya yang nyeleneh.

Hidup Noa terasa jauh lebih menyenangkan karena mereka.

Hingga saat awal masuk SMA, ia bertemu dengan Esha. Hidup Noa yang mulai terasa menyenangkan, semakin terasa sempurna kala gadis itu hadir dan menjadi kekasihnya.

Esha adalah orang yang berhasil menyembuhkan kebiasaan buruknya, gadis itulah yang pertama kali mengobatinya saat Noa menyakiti dirinya karena rasa cemas dan rasa bersalahnya muncul kembali.

“Lo tau gak, di dunia ini banyak banget orang yang harus masuk rumah sakit karena luka dan kehilangan banyak darah. Mereka yang sebenarnya mau pulang harus terpaksa menunggu lebih lama lagi kalau stok darah di rumah sakit habis. Dan lo, yang sebenarnya sehat malah dengan sengaja lukai diri dan buat darah berceceran begini.”

Esha saat itu berbicara panjang lebar dengan tangan yang masih membersihkan luka lebar di pergelangan tangan Noa. Sementara Noa hanya diam tanpa memberi perlawanan, hanya diam mendengarkan setiap kalimat yang Esha keluarkan.

Oke, gue emang gak tau lo kenapa, lo ada masalah apa, tapi gue minta sama lo buat berhenti nyakitin diri. Kalau suatu saat keinginan melukai diri itu kembali, lo harus ingat sama orang-orang yang terbaring di rumah sakit dan berharap bisa sembuh.”

Hidden Couple Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang