033 || Tokyo and The Secret Dream

103 26 4
                                    

Sembilan orang itu tiba di kota Tokyo setelah menempuh perjalanan selama 7 jam lebih. Kini mereka sekarang tengah berada di sebuah apartemen mewah bergaya klasik modern. Ini adalah apartemen orang tua Jiel, yang biasanya selalu digunakan jika melaksanakan perjalanan bisnis.

Jiel sempat meminta izin untuk menggunakan apartemennya, dan kedua orang tua Jiel mengizinkan dengan senang hati. Kedua orang tua Jiel tidak merasa keberatan, asalkan anaknya dan teman-temannya senang, lagi pula mana mungkin kedua orang tua Jiel membiarkan anak dan teman-temannya terlantar.

“Lo berdua tidur di kamar itu,” Jiel menunjuk kamar di tengah untuk Nana dan Esha.

Sementara kamar di sebelah kiri diisi oleh Javier, Sarga dan Saka. Dan sisanya di kamar sebelah kanan. Mereka membagi posisi tidur itu dengan cara yang selalu mereka gunakan, yaitu suit.

Setelah pembagian kamar itu mereka mulai memasuki kamar untuk membereskan barang bawaan. Karena baju milik Noa di koper Esha, jadi cowok itu ikut masuk ke dalam kamar Esha dari pada kamarnya yang baru saja dibagikan.

“Loh, lo kenapa ke sini?” tanya Nana menatap horor kedatangan Noa.

“Mau ambil hoodie gue. Sini lepas,” pinta Noa mengulurkan tangan meminta Esha agar melepaskan hoodie yang sejak pagi tadi membalut tubuh kecil Esha.

Esha mendengkus, dengan bantuan Nana ia berhasil melepas hoodie kebesaran Noa dan langsung menyerahkannya.

Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Noa langsung keluar dari kamar Esha, dan memilih untuk merebahkan tubuhnya di atas sofa yang luas. Bermain ponsel tanpa peduli dengan teriakan saling bersahutan dari teman-temannya.

Layar ponselnya langsung berubah kala ada yang menghubunginya. Noa menghela napas sebelum akhirnya mengangkat panggilan itu, menetralkan suaranya agar terdengar biasa saja.

“Kenapa?” tanyanya langsung tanpa basa basi.

“Kapan kamu kembali, Noa? Nauni sudah mencari kamu, kalau sampai kamu tidak jadi kembali. Papa akan seret kamu pulang secara paksa.”

Noa mendengkus kecil mendengar ancaman itu. Ia memang tidak mengabari Papanya perihal kedatangannya hari ini. Rencananya Noa akan mengunjungi Nauni besok, ia ingin istirahat hari ini sekaligus menetralkan perasaannya yang sejak tadi sudah berdenyut nyeri, sedikit merasa takut juga.

“Besok Noa pulang.” Jawabnya singkat. Tanpa pikir panjang langsung memutus sepihak panggilan itu. Tak mau mendengarkan ocehan Papanya yang selalu membahas hal itu-itu saja. Noa muak mendengarnya.

“Kayaknya gak bisa biarin gue tenang sebentar aja!” cetusnya kesal, mulai memejamkan mata untuk sekedar mengusir rasa takut yang sudah menghantuinya sejak menginjakkan kaki di kota Tokyo ini.

Noa memejamkan matanya terlalu erat, hingga berakhir terlelap tanpa sadar. Selang kurang dari setengah jam teman-temannya keluar, tadinya ingin mengajak membeli makan sekaligus menikmati cantiknya kota Tokyo yang padat. Tapi ketika melihat Noa yang tertidur, mereka jadi terdiam dengan perasaan yang hampir sama. Yaitu, rasa khawatir. Karena mereka tahu, esok adalah hari di mana Noa akan kembali bertemu dengan orang-orang yang menyakitinya.

“Biarin. Jangan di bangunin, dia perlu istirahat.” Tegur Jiel kala melihat Esha yang akan membangunkan Noa.

“Hooh, jangan di bangunin. Biarin aja, si Noa perlu energi buat hadapin kenyataan besok.” Mendengar Agan yang baru saja berbicara bak orang waras spontan membuat Esha mengerjapkan mata. Saka mengorek telinganya seperti Javier.

Hidden Couple Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang