002 || Perusuh Kelas

445 91 3
                                    

“SAK! YANG BENER AJA LO ANJIR!!”

“KE KIRI WOY, MALAH MUTER DI TEMPAT!!”

“BENTAR ANYING, HP GUE NGELAG!!”

Teriakan saling bersahutan itu terdengar nyaring hingga ujung lorong. Tapi para pemilik suara itu seolah tak peduli, sibuk berteriak dengan ponsel miring, dan jemari yang lincah bergerak saling berganti.

“Saka, anjir. Kalah jadinya nih!!” Agan menggeram, bahkan cowok dengan model rambut undercut itu dengan sengaja menggebrak meja melampiaskan kekesalannya karena kalah dari game.

“Bukan gue anying. Noh, si Noa malah keluar!” Saka yang tak terima disalahkan lantas ikut menggebrak meja sembari menunjuk Noa yang sudah duduk pasrah.

Bukan karena terima disalahkan, melainkan karena Esha dan Erin yang sudah berdiri di sisi kanan kirinya, siap dengan gulungan buku. Ralat, hanya Erin yang memegang gulungan buku. Sementara Esha sudah merampas ponsel Noa sebagai jaminan agar Noa tidak lagi kabur dari Erin yang akan menagih tunggakan kas kelas.

“Bukan gue.” Cicit Noa, ia sedikit ngeri karena dua singa betina di kelas 11 IPA 3 sudah berdiri di samping kanan kirinya. Takut karena jika bukan badannya yang akan terasa pegal, telinganya juga bisa jadi korban jika ia masih berani melawan.

“Asyik banget ya,” ucap Erin sembari melangkah mendekat ke arah Saka dan Agan yang sudah ancang-ancang untuk kabur.

Belum sempat Agan dan Saka kabur, kerah belakang bajunya sudah di tarik lebih dulu oleh Erin, bak anak kucing. “Eits, mau ke mana Mas bro?”

“Rin, woi gila lo, gue gak bisa napas!!” Agan berteriak panik sembari berusaha menyingkirkan lengan Erin dari kerah bajunya.

“BAYAR DULU TUNGGAKAN. ENAK AJA MAU KABUR LAGI!!” suara melengking Erin akhirnya menyapa gendang telinga mereka. Gadis yang memegang jabatan sebagai bendahara kelas itu tak akan melepaskan tarikannya sebelum dua cowok gila itu membayar tunggakan kasnya yang menumpuk.

“IYA GUE BAYAR, TAPI LEPAS DULU SAKIT WOY!” kata Saka ikut berseru nyaring, cowok itu juga berusaha melepaskan lengan Erin dari kerah bajunya seperti Agan.

Erin menggeleng, gadis yang hari ini mencepol rambutnya itu malah beralih menjewer telinga Saka dan Agan, sama seperti Esha yang menjewer telinga Noa.

“Bayar sekarang, atau gue lapor ke Bu Karin lagi.” Tegas Erin, gadis itu benar-benar tidak akan memberi ampun untuk kali ini.

Saka dengan gerakan rusuh merogoh saku celananya, mengeluarkan satu lembar uang berwarna hijau lalu memberikannya kepada Erin. “Nih, gue bayar. Udah lepas, telinga gue sakit woy!”

“Nah, gini kek dari minggu kemarin.” Erin mencibir, dan entah ia sadar atau tidak ia malah ikut melepaskan jemarinya dari telinga Agan. Alhasil, cowok yang memiliki dua lesung pipi itu ikut terbebas, tanpa menyia-nyiakan kesempatan Agan berlari keluar kelas ketika Erin mencatat setoran kas dari Saka.

“ERIN WOY! SI AGAN KABUR ANJIR!!” Esha menjerit heboh, membuat Erin yang sedang khidmat menulis akhirnya tersadar.

“GENTA PRAMADJI!!” Erin menjerit kesal lantas keluar kelas mengejar Agan, tak lagi ia pedulikan suara bel sekolah yang sudah mulai berbunyi.

“ERIN!!” Esha akan mengingatkan perihal jam pelajaran yang akan di mulai, tapi Erin sudah terlanjur berlari keluar. Pada akhirnya Esha membiarkan, toh Erin juga tak akan di hukum karena jam pertama hari ini memang kosong. Gurunya sedang sakit kata Adrian, si ketua kelas.

“Sha,” panggil Noa pelan, ia masih ngeri karena meskipun jemari Esha sudah lepas dari telinganya, ponselnya masih di tangan Esha itu artinya jika ia melawan maka ponselnya akan berakhir mengenaskan.

Hidden Couple Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang