3.

14.9K 614 27
                                    

Mama Salma berhasil melepaskan pelukannya, dia pindah duduk di mobil bagian depan, karena Salma sudah teriak teriak ketika mamanya keluar dari mobil, takut dia di tinggalkan sendirian.

"Ayo salim sama nak Rony" ucap mama Salma yang mengahadap kebelakang. Di sebelah Salma sudah berganti dengan Rony.

Dengan gugup Salma meraih tangan Rony, dia menjabatnya 🤝, bukan menciumnya.

"Dia suamimu, bukan presiden mentri keuangan, cium tangannya dek"

"Mamaaa😩" bukannya menuruti mamanya Salma malah semakin mewek.

Mama Ita membuang muka kedepan, dia menghindari tatapan mata dengan anaknya, sebenarnya hatinya sangat tidak tega, namun bagaimana lagi, mungkin ini sudah menjadi jalan takdir Salma.

Rony memberikan lagi tangannya pada Salma, dengan masih menangis Salma menatap punggung tangan Rony, lalu kembali menoleh pada mamanya di depan "maamaaaaaaa😫😭" tangisan Salma semakin menjadi.

Dengan kesal Rony mengait tangan Salma, lalu mengarahkan tangannya ke arah bibir Salma "huaaaa mamaaaa dia maksaaa😩"

"Ck apasih" gerutu Rony.

"Haaaaaaa 😩 masih nyebelin orangnya"

Rony menggaruk tengkuknya yang tak gatal "a ayo keluar" ajak Rony.

"Nak, ikut suamimu" ucap mama Salma.

"S-salma, Salma takut mah"

"Jangan takut" ucap Rony dengan wajah datar "ayo turun, kita minta doa restu sama orang tua"

Setelah sekian lama berdebat, akhirnya Salma turun dari mobil, mengikuti langkah Rony dari belakang, dengan kondisi mata dan hidung yang sangat merah.

Papa Salma menatap anaknya dengan dalam, menyambut Salam yang tiba tiba berhambur kedalam pelukannya.

"Maafin papa ya nak" papa Demis mengusap kepala Salma "papa yakin, Rony adalah suami yang baik buat kamu"

"Jadi istri yang baik, hidupmu sudah berbeda ketika semua orang sudah berkata SAH"

Kini ganti Rony yanh mencium tangan dan memeluk papa mertuanya "papa titip Salma yaa, jangan pukul dia, jika dia tidak bisa menjadi istri yang baik, kembalikan dia pada papa secara baik baik"

"IsyaAllah, Rony akan jaga Salma dengan baik pa" ucap Rony pada papa mertuanya.

Setelah acara meminta doa restu selesai, Salma kembali mendempet pada mamanya, sedangkan Rony menyambut tamu tamu yang datang ke pernikahannya.

"Yang mana jadinya istri lu?" Tanya Nayl teman Rony.

Rony menoleh pada Salma, lalu menunjuknya "tuh yang gelendotan di mamanya" ucap Rony.

"Waw, unyuuu yaaa" ucap Edo.

Tatapan mata Rony tajam pada Edo, mau gimanapun jalan cerita pernikahannya, tetap saja Rony tidak suka jika ada yang memuja muja miliknya.

"Ampun boss, sangEdo hanya memberi penilaian" ucap Edo sembari menundukkan pandangan.

Nayl menepuk pundak Rony "sabar ya Ron, suatu saat lu pasti tau apa alasan Naura pergi dari elu. Tapi jangan pernah buat anak orang lain menderita nantinya, karena dia udah rela ninggalin masa remajanya, demi nyelametin nama baik lu"

Rony tidak menjawab, dia hanya diam dengan anggukkan tipis "kalian makan, gua mau ke dalem dulu" pamit Rony.

Rony masuk ke dalam rumahnya, duduk, lalu merebahkan dirinya di sofa. Pikirannya kemana mana, Naura masih terus saja berputar di kepalanya.

"Mikirin apa bang?" Tanya Diva yang baru saja menghampiri abangnya.

"Enggak"

"Jangan berlarut larut ya bang, kak Naura itu emang ngga tulus sama abang, jangan bikin kak Salma tekanan batin, karena suaminya masih mencintai wanita lain" tutur Diva.

"Naura bukan orang seperti itu Di"

"Masih aja"

"Karena aku mengenal dia sudah lama"

"Tapi bukan berarti abang sepenuhnya tau tentang dia"

"Abang yakin, kalau dia masih cinta sama abang"

"Kalaupun iya, dia bakal bilang dar jauh jauh hari kalau ga bisa menikah hari ini bang, bukan malah pergi dan hanya selembar surat yang datang" Diva menghela nafasnya "jangan bersikap seperti ini bang, masih ada keluarga istrimu" meskipun Diva adik Rony, tapi dia sudah sangat dewa dengan pemikirannya.

Rony bangkit dari rebahannya, lalu berjalan mengambil makan, dan makan bersama teman temannya.

Saat semua orang sudah pulang, dan acara sudah selesai sejak tadi, Dua keluarga kini bersantai di ruang tamu. Para orang tua membahas tentang kisah kisah mereka jaman dulu, sedangkan Salma dan Rony hanya diam mendengarkannya.

Rony bangkit dari duduknya, dia berjalan ke arah dapur "mau kemana sih bang?" Tanya mama Yati.

"Bikin kopi" jawab Rony singkat.

Mama Salma menoleh pada anaknya, menyuruhnya untuk mengikuti suaminya, dan membuatkannya kopi "buatin suamimu sana" lagi lagi Salma menggelengkan kepalanya.

"Ayo dong sayang, kamu kan istrinya" bujuk mama Ita, namun Salam tetap memeluk lengannya dengan erat.

"Dek" satu kata dari papa Demis bisa membangkitkan Salma, dengan mulut maju bagaikan bebek, Salma menuruti ucapan mamanya, dia mengikuti Rony ke dapur.

Saat sudah di dapur, dia mengintip Rony di balik tembok, melihat suaminya sedang bengong sembari menunggu air mendidih, Salma memutuskan untuk kembali saja kedepan.

"Mau kemana?" Suara Rony membuat langkah Salma terhenti, dengan gugup Salma membalikkan badannya.

"Ke mama"

"Ngapain?" Tanya Rony singkat.

"Hah?"

"Ck, mau ngapain ke sini?"

"Di suruh mama"

"Sini"

"Ng-ngapain?" Salma panik, ketika Rony menyuruhnya mendekat.

"Bisa cepet ngga sih?" Kesal Rony.

Dengan pelan Salma mendekat pada Rony, lalu Rony memberikan sendok yang ada di dalam cangkir.

"B-buat apa?"

"Buat nguras lautan"

"HAH? Y-ya ngga bisa dong" pekik Salma.

"Buatin kopi" pungkas Rony, agar tidak semakin lama mereka di dapur, takut di kira ngapa ngapain.

Salma menuang air yang sudah mendidih ke dalam cangkir, lalu mengaduk kopinya dengan pelan, setelah itu, dia memberikannya pada Rony yang sedari tadi terus mmeperhatikannya.

"Makasih"

Salma hanya mengangguk lalu kembali lahi pada mamanya di ruang tamu.


17.53

Young Parent'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang