38.

12.7K 527 12
                                    

Setelah dua hari berada di puncak, akhirnya mereka telah kembali pulang ke rumah masing masing. Menjaalan rutinitas seperti biasanya, meskipun yang kuliah, sedang libur kuliahnya.

"Sayang ini minum dulu susunya" ucap Rony pada Salma yang masih membaca buku di meja belajarnya.

"Bentar mas"

"Buruan, keburu dingin ini"

Salma menutup bukunya, mengelus perutnya, lalu berdiri menghampiri suaminya.

"Duduk sini" Rony menepuk sebelah ranjangnya.

"Jam berapa mas?" Tanya Salma.

"Jam sembilan, udahan ya baca bukunya. Sekarang udah malem, kamu harus istirahat" tutur Rony. Salma hanya menganggukkan kepalanya, karena dia sedang meminum susunya.

"Ahhhhh"

"Pinter banget siii mama" ucap Rony sembari mencowel pipi Salma dengan gemas.

"Ayo bobo" ucap Salma.

"Iya, sini aku bantu naikin kakinya" Rony mengangkat kaki Salma naik ke atas ranjang, lalu memijatnya pelan.

"Bengkak banget sayang, aku balurin minyak kayu putih dulu ya"

"Iya mas"

Rony mengambil minyak kayu putih di meja rias Salma, lalu dengan lembut mengusap dan sedikit memijat kaki istrinya.

"Enak banget di pijit gini mas, tapi maaf ya jadi ngga sopan" ucap Salma pada suaminya. Posisi kaki Salma ada di pangkuan Rony.

"Ngga sopan kenapa?" Tanya Rony lirih.

"Mas Rony jadi pijit kaki aku"

"Engga dong, mana ada ngga sopan" jawab Rony, setelah membalurkan minyak kayu putih Rony membenarkan posisi tidur Salma. Rony membantu Salma memiringkan sedikit badannya, lalu mengganjal punggungnya dengan bantal. Kemudian mengangkat kaki Salma dan dia taruh diatas bantal khusus kaki.

"Nyaman ngga sayang?" Ttanya Rony.

"Nyaman banget mas, makasih yah"

"Iya" Rony merebahkan diri di sebelah Salma, lalu dia memiringkan badannya menghadap istrinya. Tangannya terulur, dengan pelan mengusap usap perut Salma.

"Habis ini aku kkn, pas aku kkn mungkin dia udah genap 5 bulan ya mas. Berarti aku lahirannya mungkin sebelum wisudah" ucap Salma pada suaminya.

"Kamu siap ambil skripsi tahun ini sayang?" Tanya Rony.

"InsyaAllah siap mas"

"Kalau kamu ngga siap, kamu bisa undur di tahun depannya lagi"

"Ngga mau, insyaAllah aku bisa kok"

"Yaudah kalau itu semua sudah menjadi tekat kamu, tapi kalau lelah dan ga sanggup. Kamu bilang ya, kita cari solusinya sama sama" pungkas Rony.

"Iya mas" Salma tersenyum pada Rony, senyum indah, sangaaaaaaatttt indah sampai terbawa ke dalam mimpi suaminya.

*^*^*****^*^*^*^***^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*

"Papaaaaaaa" Salma berhambur kedalam pelukan papanya, saat papanya datang ke ruamhnya.

"Sayaaaaaanggg" papa Demis mencium kening Salma.

"Aku kangen banget tau"

"Papa juga nak, kamu apa kabar?"

"Sehat, dua bocil di dalam perut juga alhamdulillah sehat"

Papa Salam berjongkok di depan perut Salam mengelusnya pelan lalu mencium perut Salma.

"Orang tuamu telah berjuang dengan keras, memenuhi semua kebutuhan mu. Ayah mu telah berusaha penuh, untuk memenuhi keinginan keinginanmu melalui ibumu. Naak, jika nanti saatnya kalian lahir ke dunia, bersiaplah dengan mapan yaa, cari jalan yang tepat. Yang tidak menyusahkan dan menyakiti ibu mu" doa papa Salma sembadi mengelus perut anaknya.

"Aahhh papa aku terharu, ayo duduk disini"

"Heleh, apasih cillll. Masih bocilll udah mau punya bocil" sahut mama Salma di sebelah papanya.

"Mamaaaa, aku udah bukan bocil yah. Kan aku udah 20 tahun" ucap Salma.

"Ooohh udah berkepala dua dia mah" ucap papa Demis pada istrinya.

"Mana? Papa bawa ngga pesenan Salma semalem?" Salma celingukam mencari barang pesanannya.

"Bawa dong, demi cucu papa, papa cariin ini muter muter sama mama"

"Kalau suamimu kerja gini, kamu ngapain aja dek?" Tanya mama Salma.

"Rebahan aja di kamar kalau ngga ada yang di kerjakan"

"Kenapa ngga minta art aja sama suami mu?"

"Mas Rony sudah pernah nawarin mah, tapi aku menolaknya. Karena aku yakin, aku bisa seperti mama. Mengurus rumah tangganya dengan kedua tangan dan jerih payahnya sendiri" jawab Salma dengan panjang lebar.

Mama Ita tersenyum haru "anak kita sudah dewasa pa. Dia sudah benar benar siap menjadi ibu. Perasaan baru kemarin mama gendong dia, gantiin popok dia, sekarang dia sudah segede ini" tanpa terasa air mata mama Salma mengalir di pipinya.

"Aaaah maamaaaaa, jangan nangis dooooon" Salma mengusap air mata mamanya, lalu memeluknya.

Mama Salma mengeluarkan pesanan Salma dari dalam kantung plasik, kemudian memberikannya pada Salma.

"Waaahhhh. Ayo paaa balapan kita" ucap Salma pada papanya. Salma duduk di lantai dengan pelan, lalu mengambil satu keong san memberinya abab.

"HAH" satu kali "haaaaaaaaahhh" setelah dua kali keong itu keluar dari cangkangnya.

"Hahahah, ayo paaa punya aku udah jalan nih"

"Bentar dong dek, kamu curang, kan belum di hitung, papa juga baru ambil keongnya"

"Yaudah ayo ulangi paaa"

"Ayo siap"

"Satuuu duaa tigaaa" mama Salma mulai menghitungnya.

"Haaaaaahhhhh"

"Haaaaaaaaaaah"

"Ayooo plontos, kalahin papa plontos" Salma memberi nama keongnya plontos.

"Ayoooo majuuuuuu ahahhahaa papa kalah wellkk"

"Papa ngga kalah ya, papa cuman ngalah"

"Enggak papa kalah wellkkk" Salma mengejek papanya "hhhaaaaaaaaahhhh adoooohh awshhh asshh akhhhhh sakit papaaaaaaaa" teriak Salma ketika plontos mencapit bibirnya.

"Kok bisa sih dek hahahh" bukannya menolong mama Salma malah tertawa melihat anaknya.

"Mama kok tertawa ihh hiks, sakit ini bibir aku"




22.43

Young Parent'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang