6

158 21 0
                                    

Rubi sedang membantu ummah dan Mbok Laras menyiapkan menu makan malam. Mukena dan jilbab panjang yang mereka pakai tidak menghalangi gerakan mereka. Terakhir, Rubi menyimpan beberapa lauk ke atas meja.

Menu malam ini terhidang, dibuat dengan waktu sesingkat mungkin. Mbok Laras sudah memisahkan diri, ia hendak makan di kamarnya. Padahal sudah ditawari makan bersama. Namun, ia malah merasa sungkan katanya. Bisa-bisa Mbok Laras salah menyuapkan sesuatu, saking groginya.

"Udah lapar ya Rubi?"

Yang ditanya langsung menyengir lebar. Jian tersenyum, kemudian duduk di sebelah Rubi, hendak membuka suara. Namun terpotong saat seseorang datang sambil mengucap salam, disusul dengan dua orang di belakangnya.

Dua perempuan itu menjawab salam. Jian bangkit dan menyalami suaminya. Rubi pun turut menyalami pamannya, karena beliau termasuk mahramnya--adik kandung umminya, setelahnya ia kembali duduk.

Shaka dan Hakam mengambil tempat yang kosong setelah menyalami sang ibu, mereka duduk berdampingan, berhadapan dengan Rubi dan ummah. Sedangkan buya duduk di sisi lain, bersebalahan dengan Jian dan Hakam.

Jian menyiukkan nasi serta lauk untuk suaminya. Lalu yang lainnya pun sibuk mengambil nasi masing-masing. Makan malam dimulai dengan doa.

Di sela kegiatan makan, Azhar membuka obrolan ringan. Ia menanyakan satu-persatu kegiatan anak-anaknya hari ini. Kini giliran Rubi.

"Kalo Rubi, mulai ospek kapan?"

Rubi mencomot kulit ayam di piringnya, lalu menyuapkannya. "Mulai minggu depan, Ya." jawabnya di sela kunyahan.

Azhar mengangguk singkat, "Udah ketemu guru ngaji?" Setelah itu, ia menyuapkan nasi ke mulutnya dengan sendok.

"Udah, tapi rumahnya lumayan jauh dari sini." jawab Rubi, setelah menelan kunyahannya.

"Nanti Rubi pake Vespa aja, bisa 'kan?"

Rubi mengacuhkan jempol tangan kanannya yang berminyak. "Bisa dong!"

Azhar tersenyum tipis, "Nanti ke kampus juga boleh pake itu."

"Siap Buya!" Setelah itu, Rubi fokus menghabiskan makannya.

Makan malam sudah selesai, kini mereka tengah memakan buah-buahan sebagai makanan penutup sambil berbincang-bincang.

Rubi mengupas buah jeruk. Wajahnya mengerut saat lidahnya mencecap sari buah tersebut. Ia menyodorkan buah jeruk yang baru dikupas setengah itu ke depan.

"Gak mau ah Bang. Asem!" cicitnya bergidik.

Shaka terkekeh, ia mengambil buah yang tergeletak di hadapannya. "Makan anggur aja." Ia menawarkan anggur ke hadapan sepupunya.

Rubi menggeleng cepat. Mengamati itu, Jian terkekeh. "Masih gak suka buah-buahan?" tanyanya.

Bibir tipis Rubi tertarik, "Bukan gak suka, Mah. Tapi, Kurang suka." koreksinya.

"Kalo stroberi?" Shaka bertanya sambil menghabiskan buah jeruk di tangannya.

"Kalo buahnya gak suka, tapi kalo rasanya aja suka."

Shaka mengangguk, "Es krim stroberi?" Alisnya terangkat sebelah, menunggu jawaban Rubi.

"Suka dong!"

Shaka menunjuk dengan dagunya, "Ada di kulkas, tadi Abang mampir ke minimarket beli--" kata terakhir Shaka menghilang. Ia melirik ke arah buya yang tengah santai memakan buah, sambil berbincang dengan ummah.

"Rokok?" tebak Hakam. Mendengar kata itu, buya dan ummah mengubah atensinya.

"Siapa yang ngerokok?" tanya Jian. Hakam hanya menoleh pada sang ibu tanpa membalas.

BAHTERA HARU [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang