Assalamualaikum readers!
Apa kabar?
***
"Rubi, udah pulang?"
Rubi menoleh seraya menyuapkan sendok ke mulutnya. Kepalanya ia anggukan cepat seraya mengunyah.
Jian menghampiri keponakannya, kemudian mengelus kepala yang tertutup kain berwarna hitam.
"Masih sakit? Ummah tadi khawatir banget, pas kamu berangkat les." Wajah Jian tampak mengerut khawatir. Melihat itu, Rubi terkekeh kecil.
"Udah sembuh, Mah. Liat ini, aku lagi makan pedes."
Jian melirik mangkuk yang ditunjukkan Rubi, seketika matanya melebar.
"Astaghfirullah! Enggak ya!" Ia langsung merampas mangkuk bakso Rubi. Membuat gadis itu melongo tak percaya.
"Kalo kayak gini, nanti gantian perut kamu yang sakit. Makan masakan Ummah aja itu." titahnya menunjuk makanan yang tertutup tudung saji di depan Rubi, setelah berhasil mengamankan mangkuk berkuah merah itu.
Rubi cemberut, pelupuk matanya sudah menggenang. Ia ingin memprotes namun tidak berani.
"Rubi udahan aja 'deh, Mah, makannya." cicitnya, masih dengan posisi duduk di meja makan.
Jian menghela napasnya. "Maafin Ummah, ya. Tapi ini demi kebaikan kamu," karena tidak tega, ia beranjak dari meja makan ke dapur. Kemudian membuang kuah tersebut ke wastafel dan hanya menyisakan beberapa biji bakso saja yang berbeda ukuran.
"Ini Ummah rebus lagi ya bakso nya?! Lihat ini, baksonya sampe berubah warna gini jadi kemerahan."
Rubi mendengar itu, namun maunya hanya diam saja seraya menaruh kepalanya di atas lipatan tangan. Bahkan suara decitan kursi di sebelahnya pun tak ia hiraukan. Kepalanya baru menoleh saat sebuah suara bertanya kepadanya.
"Kenapa?"
Rubi menatap lawan bicaranya dengan wajah memelas. "Bakso gue disita Ummah," lirihnya. Lantas kembali menunduk.
Hakam sekuat tenaga menahan dirinya agar tangannya tidak terulur ke atas kepala Rubi, begitupun dengan ekspresi wajahnya, ia kontrol agar tidak terlihat seperti sedang merasa gemas.
Setelah berhasil mengontrol dirinya, Hakam bersuara lagi. "Makan ini aja."
"Udah gak mood," gumam Rubi tanpa merubah posisinya.
Hakam memperhatikan Rubi dalam diam, sedetik kemudian ia mengalihkan pandangannya. Ia berdehem untuk memulai kembali pembicaraan.
"Tadinya gue mau ngajak lo pergi kajian, tapi, lo nya lagi gak mood."
Rubi langsung menoleh, ia menatap sepupunya dari atas hingga bawah. Ternyata Hakam sudah rapi dengan kemeja kokonya dipadukan dengan celana kain berwarna hitam.
"Berdua?" tanya Rubi.
Hakam menggeleng kecil, "sama Ummah juga."
Rubi kembali diam. Hakam pun tidak tahu harus apa lagi, ia hanya bisa mengamati punggung gadis itu saja.
Tak lama Ummah datang dari dapur seraya membawa mangkuk berisi bakso yang sekarang tampak putih yang katanya tadi berwarna kemerahan.
"Ini, udah dibuatin versi Ummah." Jian meletakkan mangkuk tersebut ke hadapan Rubi yang langsung menegakkan punggungnya.
Rubi melirik makanan itu sedikit tak minat. Namun ia tetap ingin menghargai usaha tantenya.
"Gimana?" tanya Jian saat Rubi menyuapkan sendok ke mulutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BAHTERA HARU [On Going]
SpiritualKisah seorang laki-laki yang sedang berusaha memperjuangkan cintanya pada sepupunya. __________ Cerita ini murni karangan Author! Dilarang plagiat! Mohon maaf bila ada kesamaan dalam cerita ini. __________ Cover by : canva