15

58 9 0
                                    

Halooo, kangen cerita ini gak?

Jangan lupa vote dan komen ya!

Selamat membaca<3

***

Rubi meluruskan kakinya di sisi teras yang cukup sepi. Lalu seseorang menyusul di sebelahnya sambil mengangkat ponselnya untuk memotret pemandangan di depan.

"Gak ikutan lo?" tanya Rubi. Tangannya sibuk merogoh ransel mencari makanan untuk mengganjal perutnya. Ditemukanlah sepotong roti. Ia menyobek plastik kemasannya lalu menyimpannya di saku ransel.

"cissss!" Adine berseru agar Rubi bergaya saat dirinya melakukan selfie. "Kalo fotonya infishol gue ikutan." sambung Adine sambil menyandarkan punggungnya pada tembok.

Rubi terkekeh ringan. "Yakali."

Suara riuh dari arah lapangan membuat kedua gadis ini terpaku dari jauh. Kini mereka telah resmi menjadi mahasiswa.

Adine menoleh pada Rubi yang sedang makan sambil memandang ke lapangan. Ia heran ketika temannya itu menggigit roti di tangan kanannya sedetik kemudian mengambil botol mineral lantas meneguknya.

Merasa diperhatikan, Rubi melirik sekilas. "Biar gak seret." katanya. Adine langsung mengangguk paham.

"ANGKATAN 54?!"

"EXTRAORDINARY!!!"

Suara teriakan dari arah lapangan itu membuat Rubi dan Adine sedikit tersentak. Tak lama, sudut bibirnya tertarik bersamaan dengan suara tepuk tangan yang menggema.

Adine menangkupkan telapak tangannya di depan mulut membentuk toa. Ia pun berseru heboh ikut merasakan euforia.

Kemudian Adine menarik lengan Rubi hingga lengan gamisnya sedikit terangkat, buru-buru Rubi menurunkannya.

"Maksimal kita harus foto sama ciwi-ciwi seangkatan." Kata Adine semangat.

Walaupun repot dengan barang bawaannya, mereka terus menyelinap hingga berada di posisi yang strategis agar terlihat di kamera.

Gerombolan mahasiswi itu berpose dengan kompak. Selesai membuat video, mereka membubarkan diri untuk bersiap pulang ke rumahnya masing-masing.

"Lo dijemput nggak, Bi?" tanya Adine sambil mencari kontak seseorang.

Kepala Rubi mengangguk, "Tapi gue gak tau ditunggu di mana. Gerbang depan macet lagi." Mereka berjalan beriringan bersama yang lain ke arah gerbang. "Mana HP gue lowbat," keluhnya.

Sesampainya di gerbang, mata mereka langsung menyoroti semua sisi mencari sosok yang dikenalnya. Lalu ada sebuah tangan yang melambai kepada mereka.

"Abang gue udah ada!" pekik Adine. Ia membalas lambaian abangnya. "Bi, maaf ya. Gue udah dijemput duluan." katanya tak enak hati. Wajahnya memelas.

"Sans aja kali. Gue juga kayaknya udah dijemput, cuma, gak tau ditunggunya di mana."

Adine pun mengangguk dua kali. "Oke deh, kalo gitu gue duluan ya?" Ia mengulurkan tangannya. Rubi mengangguk dan menjabat tangan Adine.

"Assalamualaikum!"

"Wa'alaikumussalam warahmatullah..."

"Jangan lupa, besok kita halaqoh!!!" pekik Adine dari kejauhan. Rubi terkekeh, temannya itu langsung dilirik sekilas oleh orang-orang.

Setelah kepergian Adine, Rubi merasa seperti benar-benar sendiri. Ia merasa mual jika harus berpura-pura akrab dengan orang lain. Akhirnya ia memilih menunggu dalam diam.

BAHTERA HARU [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang