16

112 11 4
                                        

Double update!!!!

Gimana?? Suka Gakk??

Mending jarang update tapi sekalinya update double, atau update satu bab tiap hari?

****

Kebanyakan orang memilih jalan memutar melewati koridor panjang, daripada harus melintasi lapangan dan terpapar sinar matahari langsung.

Angin siang sedikit menyejukkan tubuh yang berkeringat. Keramik putih itu memantulkan cahaya matahari. Berbeda dengan kondisi luar yang panas. Ada juga yang tengah berjuang dengan tugasnya di dalam kelas dengan suhu yang dingin.

Semuanya tetap berjalan seperti hari-hari biasa, seperti hari-hari sebelumnya. Kehidupan akan terus berjalan sebelum Sang Pencipta menyuruhnya berhenti. Kehidupan akan terus berjalan meski kita tengah berduka, senang, atau saat ingin menyerah sekalipun.

Di ruangan serba putih berisi peralatan pembuat kue ini terasa wangi vanili. Suara mesin pengaduk roti terdengar bersahutan. Rubi bersama teman kelasnya sedang mengadakan praktik membuat cupcake.

Rubi mengambil jurusan tata boga, yaitu tentang perkuean. Sedari kecil ia sering membantu ummi membuat kue, sehingga hal itu pun menjadi hobinya.

Memiliki toko kue di usia muda, itulah cita-cita Rubi.

***

Setelah mencuci semua peralatan, Rubi melepas apron di tubuhnya. Helaan napas keluar dari bibirnya, tangannya membenarkan kerudungnya.

"Udah?" Adine menghampirinya.

Rubi mengangguk singkat, "Udah."

Mereka berdua lantas keluar dari ruangan tersebut, berjalan beriringan di koridor sambil bercerita soal kegiatan tadi.

"Makanya itu, gue langsung ngerasa, kayaknya gue salah jurusan, deh."

Rubi tertawa mendengar penuturan Adine. Temannya itu sedang bercerita bagaimana dirinya tadi sangat kesulitan.

Kaki mereka sudah menapaki masjid kampus. Mereka memutuskan sholat ashar terlebih dahulu sebelum pulang. Bergegas mereka mengambil air wudhu.

Karena sudah menutup aurat dengan sempurna, kedua gadis itu sholat mengenakan gamisnya. Mereka melaksanakan sholat dengan Rubi sebagai imamnya.

Setelah berdzikir dan berdoa, keduanya segera mengabari orang rumah untuk menjemputnya. Rubi dan Adine berencana menunggu di halte depan kampus.

Saat sedang berbincang ringan di teras masjid terkait jemputan mereka. Tiba-tiba datang seorang laki-laki menghampiri mereka.

"Sorry, ini punya elo bukan?" tanyanya langsung, seraya mengulurkan jam tangan.

Rubi langsung melihat pergelangan tangannya yang kosong. Kemudian ia mengangguk, "Iya, itu punya gue." ujarnya.

Laki-laki yang pernah bertemu dengan Rubi di halte. menyerahkan jam tangan kepada pemiliknya. "Tadi gue nemu di dalem."

Rubi mengangguk singkat, seraya tersenyum tipis. "Makasih ya, Kak?"

"Gue Dary,"

Rubi mengangguk sekali, "Makasih Kak Dary!"

Dengan sigap, Rubi langsung berdiri, mengambil tasnya, dan menarik Adine yang sedari tadi diam mengamati untuk segera mengikuti langkahnya menjauhi pekarangan masjid.

Adine mulai menyeimbangkan langkahnya. "Dia kenal sama lo?"

Gelengan kepala langsung Rubi tunjukkan. Mereka duduk di halte terlebih dahulu, dan Rubi baru mau menjawab.

BAHTERA HARU [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang