12. Sekotak Perasaan Bimbang

342 55 16
                                    

Dia menusukkan pisau kepadamu, tapi kamu yang meminta maaf karena darahmu mengenai kakinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dia menusukkan pisau kepadamu, tapi kamu yang meminta maaf karena darahmu mengenai kakinya. terkesan tidak adil, tapi inilah hidup.




..


Doyoung itu batu, bahkan sesering apapun air jatuh menimpanya ia tetap kokoh tak berlubang, tidak hancur sedikitpun sebab dari awal ia memang sudah hancur tak berbentuk. Katakan ia adalah bodoh atau tolol,


Seperti hari setelah Jaehyun mengantarkannya pulang misalnya. Jeonghan sudah memperingatkannya jauh-jauh hari, setidaknya ada tiga orang yang akan menghukumnya ketika ia melawan arus atau keluar dari jalur yang seharusnya ia pijak, mommy di bordil, bos Prinz di bordil dan tentu saja Johnny, lalu mengapa ia tetap saja menerima kehadiran Jaehyun lebih dari sekali?


"Lian, jangan lupa besok!" Motor milik Jaehyun sudah berhenti di depan rusun, pun Doyoung juga sudah turun dari motor tersebut "Besok kenapa nggak gue jemput aja?"

"Gue ke kampus, ngirim tugas"


"Nggak apa, gue anterin sekalian deh ke kam—


"Nggak! Udah sana pulang!" Gestur Doyoung begitu lihai mengusir Jaehyun,


"Hati-hati jangan?" Senyuman mengembang, namun Doyoung sambut senyum tersebut dengan perasaan kesal. Kenapa Jaehyun seperti roman picisan begini sih?



"TOLOL! Lo kira Lo anak SMA hah?! Najis!" Doyoung kesal, kenapa pula diantara ratusan manusia di bumi ia harus bertemu dengan Jaehyun? Kenapa anak itu punya tindak tanduk yang aneh?



"Iya, gue pulang ya, bye" Jaehyun mengalah, ia hidupkan kembali mesin motornya lalu bergegas pergi.




"Iya, gue pulang ya, bye" Jaehyun mengalah, ia hidupkan kembali mesin motornya lalu bergegas pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Doyoung melangkah naiki tangga menuju unitnya. Hari belum terlalu malam, pantas saja masih sepi atau malah para penghuni lain belum pulang? Ia lekas menghela nafas untuk cari kunci di saku, namun ketika hendak memasukkan kunci ke dalam lubang, ternyata rumahnya tidak terkunci.


Melankolia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang