14. Sekotak Rasa Kehilangan

360 51 6
                                    

We are between the wild thoat of certainty and the mad zitidar of fact - we can escape neither

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

..
We are between the wild thoat of certainty and the mad zitidar of fact - we can escape neither.
Edgar Rice Burroughs

..



Hujan riuh turun secara tiba-tiba, seperti langit di atas sana hendak permainkan Doyoung atau malah ingin memeluk Doyoung? Mobil Bintang sudah melenggang pergi tinggalkan Doyoung dengan isi kepala yang penuh pertanyaan.



'Wanita tadi mamanya?'





'Hubungan Bintang dan mamanya itu apa?'





Setidaknya ada dua hal besar yang buat Doyoung penasaran. Ingin rasanya tarik masa kebelakang untuk coba rangkai kemungkinan yang terjadi, namun ia malah takut.


Apa sejujurnya ia sudah di buang sejak mama meninggalkannya di rumah bordil? Apa mama pergi tanpa pernah punya niat sedikitpun untuk kembali menjemputnya? Apa papa dan mama menjualnya di rumah pelacuran lalu setelahnya memulai hidup baru? Bahagia? Tanpanya?



Lalu sejujurnya, untuk apa Doyoung ada di dunia ini?



Ia menghela nafas berat, padahal ia ingin berteriak kencang entah itu untuk panggil mamanya atau hanya sekedar untuk mengumpat 'brengsek!' Pada alur kehidupannya.






Kembali Doyoung berjalan lewati hujan. Ia biarkan bagaimana air memeluknya hingga kedinginan. Ia biarkan bagaimana semesta menghancurkannya.

"Lian?" Suaranya terdengar samar sebab berpadu dengan riuhnya hujan. Doyoung menoleh lalu dapati seseorang di balik mobil yang kacanya terbuka, ada Jaehyun di sana.




"Heh, Lian?!" Teriak Jaehyun nyaring ketika Doyoung melangkah semakin jauh pergi, cepat-cepat Jaehyun keluar dari mobil sambil bawa serta sebuah payung untuk kejar Doyoung.



"Lian?" Ketika lengan Doyoung sudah bisa ia raih, Jaehyun lekas angkat payung agar lindungi kepala Doyoung "Kenapa?" Tanya Jaehyun.

Doyoung benci, kenapa selalu Jaehyun? Kenapa pula Johnny tidak jawab panggilnya sedari tadi? Ia mendongakkan kepala dan tatap payung yang lindungi kepalanya.


"Jangan ganggu gue!" Doyoung dorong lengan Jaehyun buat payung yang halau hujan di atas kepalanya hampir terbang. Doyoung ingin pergi, ia ingin pulang, ia ingin Johnny, ia ingin dipeluk, ia ingin menangis di pelukan Johnny, bukan jadi dramatis di sini dan dengan Jaehyun.

"Lian, tung-



-LO TUH BISA NGGAK SIH, SEHARI AJA JANGAN GANGGUIN GUE?!" Doyoung seka wajahnya yang penuh air hingga tutupi pandangannya "Lo tuh! Argh!" Doyoung berjalan menjauh, meski demikian ia dapat dengar langkah kaki Jaehyun pun ikuti kemana kakinya beranjak.




Melankolia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang