Prolog

6.1K 338 9
                                    

Ailee menatap nanar baju kecil milik salah satu anak panti yang baru kemarin diadopsi oleh seorang bangsawan. Ia raih baju itu dengan tangan gemetar. Kilau matanya redup. Masih jelas dalam ingatan bagaimana anak berusia tujuh tahun itu meceritakan cita-citanya di masa depan.

Perlahan, mata bening dengan iris hazel itu tak mampu menahan genangan dan akhirnya luruh. "Seharusnya aku membawanya kabur malam itu."

Hanya Ailee yang tahu. Praktek kotor di balik dalih adopsi. Anak-anak yang pergi. Mereka tak benar-benar mendapatkan keluarga baru. Mereka dijual dengan harga tinggi. Praktek perbudakan ilegal berkedok panti asuhan.

Entah apa yang terjadi pada mereka. Anak-anak di sini menunggu giliran untuk dipanggil. Yang membuat hati Ailee semakin miris adalah kegembiraan mereka yang mengira benar-benar akan mendapat keluarga baru. Nyatanya?

Ah, bagaimana Ailee bisa tahu semua ini?

Kira-kira tiga minggu yang lalu. Ailee tidak sengaja mendengar percakapan dua pengasuh yang sudah Ailee anggap sebagai ibu sendiri. Mereka membongkar semua praktek kotor panti asuhan ini. Dengan itu, mereka mendapat bayaran besar dari para bangsawan.

"Ailee."

DEG!

Pundak Ailee berjengit singkat. Itu adalah suara ibu pengasuh. Sangat lembut tapi menghanyutkan. Ailee mencoba netral. Ya, seperti hari-hari sebelumnya.

"Iya Bu?" sahut Ailee seraya berbalik badan. Tak lupa tersenyum tentunya.

"Apa yang kau lakukan dengan baju itu, hm?"

"Ah, ini...." Ailee menghapus jejak air matanya. "Tiba-tiba aku rindu dengan Kyle. Kira-kira sedang apa ya dia di rumah barunya?"

Seolah tak punya dosa. Ibu pengasuh tersenyum syahdu. Menangkup dua pipi Ailee dan sesekali mengusapnya. "Ailee sayang. Kyle sudah bahagia di sana. Dari pada baju lusuh ini. Dia punya banyak yang lebih bagus di sana."

"Benarkah?" sahut Ailee riang. Ia kemudian menghambur. Memeluk ibu pengasuh. "Kalau begitu. Semoga aku juga bisa keluar dari panti asuhan ini sesegera mungkin."

Sebuah tawa ringan terdengar. "Bersyukurlah Ailee. Baru saja ada bangsawan yang ingin mengadopsi mu."

DEG!

"A-Apa?"

"Hm? Kenapa kau terlihat ketakutan begitu?"

Deru nafas Ailee tak terkontrol. Keringat dingin tanpa malu bermunculan. "T-tidak. A-aku sangat senang sampai rasanya tidak percaya. Ibu tahu kan di antara anak lain aku yang paling tua. Ku pikir aku akan menetap selamanya di sini," dusta Ailee.

"Hehe, itu karena Ailee spesial." Sang ibu mensejajarkan diri. "Kau punya bola mata yang indah.  Rambut bergelombang murni. Dan wajah ini...." ibu asuh menyentuh pipi Ailee. "Ini adalah standar kecantikan yang diinginkan banyak lelaki."

Jujur, jantung Ailee tak bisa diajak kerjasama. Terlalu kuat berdetak sampai rasanya mau meledak.

"I-ibu. Si-siapa yang akan mengadopsi ku?"

"Kau akan tahu nanti. Sekarang...." Sebuah gaun cantik berwarna ungu ditunjukan. "Pakailah. Ibu sengaja memilih warna kuning karena tahu kau menyukainya."

Di panti ini punya tradisi. Sebelum melepas seorang anak. Para Pengasuh membelikan baju sesuai warna yang disukai sang anak. Entahlah, mungkin itu sebagai tanda perpisahan? Ailee juga tidak tahu.

"T-terimakasih Bu. A-aku akan memakainya."

"Baiklah. Ibu tunggu di ruang tengah ya?"

"Hum."

The Broken CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang