24. Kebebasan yang Diinginkan

958 113 3
                                    

Secara tak sadar Ailee terus menyisir rambut. Mengulangnya walau helaian rambut itu sudah terasa lampias.

Rambut Ailee agak bergelombang di ujungnya. Walau begitu, Ailee tak pernah punya masalah dengan rambut. Justru kata orang itu adalah anugerah. Tak perlu susah payah ke salon kecantikan. Ailee punya mode rambut yang sedang trend di kalangan para gadis seantero kekaisaran.

Ah lupakan tentang mode kecantikan. Bukan itu yang sedang menggandrungi pikiran Ailee sekarang sampai dirinya melamun tak berkesudahan.

Dia menatap laci nakas. Sisir motif bunga itu ditaruh. Tangannya menarik laci dengan kayu ukir di sana. Terlihat benda kecil yang hanya segelintir orang tahu. Sebelum Allan menjelaskan, Ailee pun tak pernah melihat wujudnya. Hanya sekedar ulasan singkat yang pernah Ailee dengar dari bibir pemilik manik biru.

"Tidak ku sangka akan memilikinya. Benda ini." Ailee mengangkat benda mematikan itu. Ditatapnya lamat-lamat. Seiring dengannya, kilasan memori kembali teringat.

"No... ah tidak, Ailee. Aku punya sesuatu untuk mu," ucap Allan yang masih gagu dengan panggilan. Ailee memakluminya. Ia pun masih canggung memanggil Allan tanpa embel-embel Tuan.

"Ini bukan tentang makanan lagi kan? Kau sudah membuatkan banyak tadi," canda Ailee. Berusaha memecah canggung di antara mereka.

"Hahaha, tidak, tidak." Allan mengambil posisi duduk menyerong dari Ailee. "Yah, walaupun aku masih punya segudang resep yang belum pernah ku coba. Asal kau tahu, aku menjadikan mu yang pertama menyicipi masakan ku."

"Oh ya? Bagaimana dengan Tuan Sieg Rosword dan adik mu, Alfonse? Kau tidak pernah membuatkan mereka?"

Allan tersenyum kaku. Agak menunduk. "Tidak. Aku tidak akan bisa menunjukan bakat memasak ku di depan mereka. Itu adalah kesalahan."

"Kenapa?" Ailee mulai penasaran.

"Menurut mu... apakah anak pertama dari keluarga Rosword diperbolehkan mengotori tangannya di dapur?" Allan menggeleng. "Tidak Ailee. Ada harga diri yang harus ku jaga. Ya, itu harga diri keluarga ku. Garis keturunanan master pedang. Salah satu ksatria yang melindungi kekaisaran."

"Aku tidak akan menunjukannya pada mereka. Walau rasanya lebih nyamam berada di dapur. Membuat inovasi baru. Dari pada harus berlatih pedang sampai malam." Dia menatap tangannya yang timbul banyak kapal. "Ada tanggung jawab yang harus kupikul sebagai anak pertama."

"Padahal masakan mu enak. Hampir setara dengan Jean."

"Ah, benar. Aku hampir lupa dengannya. Kau bilang tujuanmu ke Semenanjung Karapan untuk menemui Jean kan? Dia siapa mu?" tanya Allan agak menggebu. Kentara sekali dia ingin tahu hubungan Ailee dengan Jean.

"Teman. Tadinya dia koki di kediaman Easther. Dan sekarang merintis restorannya sendiri di sini."

"Hmm, begitu. Maaf Ailee. Tadinya aku bermaksud mempertemukanmu dengannya. Tapi itu harus dilupakan. Sebisa mungkin kau harus mengurangi kontak dengan orang-orang yang mengenalimu dulu. Kau juga tidak ingin mereka ikut terlibat bukan?"

Ailee menunduk. Ini adalah bagian dari konsekuensi. Dan yang jelas, benar apa kata Allan. Ailee tidak mau melibatkan siapa pun yang dia kenal.

"Hum, aku tidak akan membiarkan Jean terlibat," ucap Ailee sedikit bergumam.

"Baiklah, kembali ke maksud utama. Aku ingin memberikanmu sesuatu."

Ailee terdiam. Menatap sorot mata hitam yang memandangnya penuh keseriusan. Tak lama dia memperlihatkan sebuah kotak dengan ukiran kayu. Di dalamnya ada benda yang tidak pernah Ailee lihat.

The Broken CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang