14. Awal Kehancuran

1.4K 143 5
                                    

Kediaman ini punya jadwal terstruktur. Selain melayani majikan, para pelayan pun punya jadwal piket sendiri untuk membersihkan beberapa fasilitas yang disediakan. Salah satunya kamar. Satu minggu sekali, sprei akan dicuci dan sudah ada pembagian jadwal untuk orang-orang yang kebagian jatah mencuci. Dan hari ini adalah jadwalnya Ailee mencuci. Tentu saja bersama tiga orang lainnya. Kediaman ini tidak setega itu mengembankan tugas melelahkan untuk dikerjai satu orang.

"Haaaah, seharusnya aku izin lebih lama. Setidaknya sampai jadwal piket ku lewat," ucap Carla. Menghela nafas panjang.

"Kau ingin surat peringatan mu diturunkan?" tegur Ailee.

"Tidak mau. Nanti gaji ku dipotong."

Begtiulah sistem dikediaman ini. Ada aturan yang mengikat pelayan. Jika dilanggar, surat peringatan pertama akan diturunkan. Dan jika belum jera. Maka pemberhentin sepihak akan dilakukan. Hal itu berlaku untuk kasus ringan yang tidak berdampak buruk untuk citra baik kediaman. Beda cerita kalau sudah kasus berat. Bukan hanya pemecatan, si pelayan akan dihukum mati sesuai kesalahan yang diperbuat.

Mungkin itu salah satu penyebab Licht menyingkirkan Rosa. Sebab, apa yang dia lakukan bersama Ailee termasuk pelanggaran berat dan akan berakibat fatal pada Ailee suatu saat. Saat ini Ailee aman. Tak ada yang berani mengusiknya sebab seluruh kediaman tahu. Dia adalah pelayan kesayangan pemilik rumah.

Akhir dari kesayangan pemilik rumah sepertinya sudah di depan mata. Pamornya redup ketika mereka menyadari Tuannya tak pernah memanggil Ailee secara intens ke ruangan. Membuka peluang baru untuk pelayan wanita lainnya.

Mungkin itu jawaban dari wajah-wajah yang tak pernah luntur dari bedak dan meronanya bibir. Mereka mencoba keberuntungan. Agar bisa seperti Ailee. Tidak tahu saja seporak-poranda apa hati Ailee sekarang. Butuh waktu dan seseorang untuk menyusun kembali hatinya.

"Ailee, langkah yang kau ambil sudah tepat. Kita memang orang biasa. Tapi kita juga punya hak memilih jalan hidup kita," ungkap Carla. Beberapa hari yang lalu, Ailee menceritakan semua. Apa yang dia dengar di balkon waktu itu. Tentang rencana pertunangan dan juga ancaman.

Bagaimana ya? Ailee sudah susah payah menyembunyikan. Tapi Carla ini seperti binatang yang punya keahlian mengendus masalah. Ailee didesak hingga akhirnya menceritakan.

"Hum, kau benar."

"Ah, ngomong-ngomong aku justru tertarik dengan hubungan mu dan Je--mph!" Spontan Ailee membekap mulut Carla. Ancaman Tuannya waktu itu masih berlaku. Ailee susah payah menjaganya. Justru orang ini bicara dengan nada kencang.

"Pelan-pelan!" seru Ailee. Carla mengangguk paham. "Ma-maaf," ucapnya setelah Ailee melepaskan bekapan.

"Tapi, aku tidak menyangka Tuan akan melakukan hal itu pada mu."

"Entahlah. Semakin dekat, semakin aku tidak bisa menebaknya. Dia itu seperti air di lautan. Begitu luas dan dalam."

Carla diam. Selain banyak omong sebenarnya dia adalah pribadi yang suka meneliti ekspresi orang. Senyumnya mengembang samar tatkala wajah Ailee menunjukan pembelokan. Atas apa yang ia sampaikan dan apa yang sebenarnya tersimpan.

"Ini hanya masalah waktu," gumam Carla menyimpulkan.

"Apa maksudnya itu?"

"Hehe, entahlah. Aku hanya ingin bilang begitu."

"Dasar aneh."

Mereka melanjutkan aktivitas. Di tengah terik menyengat. Seseorang hadir membawa sebongkah kenikmatan.

"Waaah, kau benar-benar pahlawan!" ucap Carla kegirangan. Ia meneguk rakus es serut yang dibeli Jean. Seperti biasa, ia belanja bahan makanan. Jarang-jarang Jean mau dititipi. Tapi kalau itu Ailee. Dia tidak keberatan.

The Broken CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang