16. Fitting

1.1K 131 3
                                    

Bau tekstil masih tercium saat Ailee mendekati segulung kain yang menjadi bahan pembuatan pakaian. Aroma manis yang sengaja ditaruh tak mampu menghilangkan secara keseluruhan.

Sama seperti hati. Sudah berapa kali keyakinannya dipupuk oleh kata menyerah. Namun tetap saja, dia terus menjadi pemenang.

"Ada lagi yang ingin kau beli?" Suara bariton menginterupsi. Ailee menggagalkan tangannya yang hendak menyentuh gulungan kain.

"Tidak, Tuan."

Helaan nafas terdengar. Licht mendengus kesal saat lagi-lagi Ailee tak mengindahkan perintahnya sebelum berangkat ke butiq pakaian.

"Sudah ku bilang jangan panggil Tuan saat di luar. Kau adalah pasangan ku yang datang dari negeri Girsan."

"Maaf Tu... ehem, ma-maaf Licht," ucap Ailee. Agak canggung.

Kedatangan mereka ke butiq terkenal ini tak lain untuk fitting. Pakaian untuk acara pesta ulangtahun permaisuri yang akan diadakan minggu depan memaksa mereka harus mengenakan pakaian serasi. Karena di malam itu, mereka akan menjadi pasangan di depan publik. Ailee tahu dirinya gila karena sudah menerima tawaran yang jelas-jelas bisa ia tolak. Tapi.... ini adalah kesempatan!

Tak dapat dibohongi. Siapa pun ingin setidaknya sekali seumur hidup memasuki istana. Satu hal yang menjadi impian kebanyakan pelayan. Lagi pula... Ailee ingin bertemu kembali dengan permaisuri Lilyana. Melihatnya dari jauh saja sudah cukup. Demi keinginan itu, Ailee siap menerjang kokohnya benteng pertahanan dan berakhir seperti sekarang. 

"Jika ada yang ingin kau beli katakan saja. Tidak perlu sungkan."

"Hum."

Punggung tegapnya kian menjauh.  Seorang wanita paruh baya menghampiri. Mengajaknya ke dalam ruangan fitting. Tadi, bagian Ailee sudah. Tidak adilnya, dia boleh duduk di sana sambil memperhatikan wanita paruh baya itu mengukur setiap lekuk tubuh Ailee. Sekarang?

"Cih! Dia mengajak ku keluar karena tidak ingin dilihat? Dasar!" gerutu Ailee. Ia kembali melihat-lihat dress tersaji di etalase. Beberapa dipajang di dekat jendela besar yang menampakan jalanan pasar.

"Kau terlihat seperti bangsawan," celetuk seseorang. Ailee berjengit sebelum menoleh ke sumber suara. Ah, Ailee lupa kalau ada orang ini di sini.

"Sir Galan, siapa pun bisa ditipu dengan penampilan. Itu sebabnya harga dress berkualitas sangat mahal." Diraihnya kain halus salah satu baju terpajang. "Karena pakaian adalah identitas yang menunjukan martabat seseorang. Itulah yang membedakan antara bangsawan dan rakyat biasa." Ailee kembali tegak. "Dan peran ku hanya menjadi bangsawan palsu selama beberapa hari ke depan. Setelah semuanya selesai. Aku akan kembali menjadi diri ku."

"Setidaknya nikmatilah peran mu. Dalam beberapa hari ini. Jadilah Cinderella."

Ailee menunduk. "Cinderella ya?" Senyum mirisnya mengembang. "Adakah pangeran yang akan menjemput ku dengan sepatu kaca setelah ini?"

"Mungkin ada...." Galan melirik ke pintu di sana. Tentu saja gelagat itu diketahui Ailee. "Kau tidak berpikir pangerannya Tuan Licht kan?"

"Entahlah." Dia melengos. Tak menunjukan ekspresi berminat membuka obrolan lagi. Dia akhiri di sini.

Yah, yang Ailee tahu karakter Sir Galan memang pendiam. Hanya dengan Tuan Licht dia berbicara panjang lebar. Itu pun hanya menyampaikan laporan. Selebihnya diam. Bagaimana kalau Sir Galan dan Carla disandingkan? Uh! Mereka seperti dua sudut bertolak belakang.

Carla, lebih baik kau pikir ulang menyukai laki-laki jelmaan balok es ini.

Hendak ke sofa di sana, kakinya pegal berdiri. Langkah Ailee dibuat berhenti di depan cermin besar yang menampakan pantulan dirinya.

The Broken CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang